#04: Lean On.

6K 926 81
                                    

Jevais hampir saja mengumpat terkejut karena pintu kost-an nya diketuk dengan sangat brutal. Sudah bisa ditebak itu pasti Jovan. "Sayang!! Jevais! Nanaaa!! Buka!!" teriak nya dari luar.

Laki-laki manis itu memutar bola mata nya malas dan berjalan gontai ke arah pintu lalu membuka nya perlahan. Membuat Jovan melebarkan mata nya-karena Jevais yang hanya mengenakan oversized hoodie berwarna baby blue-yang membuat nya terlihat gemas karena mungil nya tubuh sang submisif.

Lantas Jovan memeluk Jevais dengan erat, "Akh! Gila lo-G-gue sesek napas. J-jovan!" Jevais memberontak dalam pelukan Jovan hingga sesaat kemudian Jovan mengurai pelukan nya dan tersenyum tidak berdosa lalu berjalan masuk begitu saja ke dalam kost-an Jevais.

Jovan meletakkan bungkus makanan diatas meja. Lengkap dengan semua pesanan Jevais yang kontan membuat laki-laki itu tersenyum senang.

Baru saja ia ingin mengambil makanan nya kalau saja Jovan tidak menghalangi tangan nya, "Eits, utang peluk lo belom lunas, ya. Peluk gue sampe gue puas baru lo bisa makan." ujar Jovan.

Jevais mendelik kesal, "Ish. Mana bisa begitu?!"

"Ya bisa lah. Lagian ini gue beli pake uang gue jadi terserah dong."

"Nggak ikhlas lo ya ngasih gue!?"

"Ikhlas kok. Cuma ada niat tersembunyi aja." Jovan menyengir tak berdosa.

Jevais mendecak sebelum merentangkan tangan nya, bermaksud menyuruh Jovan memeluk laki-laki manis itu. Namun, perlakuan Jevais malah membuat Jovan semakin gemas. Lantas sang dominan memeluk Jevais dan mengendong tubuh mungil nya.

"Eeeeh! Jovan ih turunin!"

"Nggak mau," Jovan lalu berjalan ke arah sofa dan mendudukan Jevais di atas paha nya. Menatap kedua manik Jevais dalam dan menyelipkan anak rambut Jevais ke telinga nya. Jovan tersenyum tipis, kenapa Jevais bisa seindah ini di mata nya?

"Balikan yuk." Kalimat itu terlontar begitu saja dari mulut Jovan. Kalimat yang biasanya hanya Jevais hiraukan karena sudah terlalu sering Jovan ucapkan pada nya. Namun, kali ini rasanya berbeda.

"Mbung."

"Naha ih." Jovan menenggelamkan kepala nya di ceruk leher Jevais. Hal yang sangat ia suka lakukan pada laki-laki manis itu saat masih pacaran dulu.

Jevais tak menjawab namun pikiran nya melayang kemana-mana. Ia tahu Jovan tidak mungkin melakukan ini hanya karena iseng atau yang lainnya. Pasti terjadi sesuatu pada nya.

"You know, you can always trust me." bisik Jevais yang terdengar sangat menenangkan dan candu di telinga Jovan.

"Papa punya pacar lagi, dan Mama udah tau," Jovan menghela napas kasar. "Kayaknya mereka beneran bakal cerai. Gue juga nggak perduli. Terserah mereka mau gimana."

Jevais mengangkat wajah Jovan dan menangkup pipi nya. Menatap obsidian kelam milik sang dominan yang masih terlihat indah.

"Thank you for bearing all the burdens alone. Aku tau kamu kuat. But, tonight you have my shoulders to cry and lean on." Jevais tersenyum tipis.

"Gue nggak mau nangis malem ini." Jovan mengeratkan pelukan nya pada Jevais yang kini tengah memainkan rambut Jovan yang semakin panjang.

"Hm, okay."

"But, can i kiss you, Na?"

Jevais menghentikan kegiatan nya. Kembali menatap Jovan-lalu kedua obsidian itu bertabrakan. Memberi sengatan aneh pada kedua nya. Jevais tersenyum tipis lantas setelah nya Jovan segera mempertemukan kedua bibir mereka.

Nostalgia. ✔Where stories live. Discover now