#23: Under The Same Sky

4.4K 705 125
                                    

"Laper?" tanya Jovan pada Jevais.

Keduanya tengah berada di mobil sang laki-laki yang lebih tua setelah festival kampus telah selesai. Para panitia dan anggota Hima diperbolehkan untuk pulang lebih dulu karena pihak penanggung jawab panggung yang akan merapikan kembali panggung nya dan besok mereka hanya perlu membersihkan sampah-sampah dan juga barang-barang yang belum dirapikan.

Jevais menggeleng mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut Jovan, "Tapi, mau kids meal, hehe."

Jovan menggeleng kecil lalu mengarahkan mobil nya pada salah satu restoran Mcd yang masih buka pada pukul 12 hampir 1 malam tersebut.

"Mba, kids meal nya 1 sama ice coffee latte." pesan Jovan.

"Kok minum kopi, sih?"

Jovan tersenyum kembali melaju menuju loket pembayaran dan pengambilan makanan, "Gapapa, lagi pengen aja. Udah jangan bawel. Tenaga lu udah mau abis."

"Emang udah abis." tukas Jevais lalu kembali menyenderkan punggung nya pada jok mobil. Menunggu makanan nya diambil.

"Makan dulu, ya, baru pulang." Jovan memarkirkan mobil nya di parkiran yang terletak di depan restoran tersebut. Suasana nya sangat sepi karena memang sudah sangat larut.

Jevais mengangguk lantas membuka makanan yang ia pesan tadi. Lalu, memakan nya dengan lahap. Jovan yang melihat hal itu tertawa, menyeka saus yang ada di sudut bibir Jevais.

"Pelan-pelan makan nya. Nggak akan gua ambil, kok."

"Ish, diem deh!"

"Iyaaaaaa, diem."

Jovan kembali terdiam namun matanya tak lepas dari wajah Jevais. Menatap laki-laki itu lekat yang membuat sang empunya menjadi terusik karena ulah Jovan. Sangat tidak nyaman ditatap saat makan.

"Nggak usah liatin gue juga! Madep sana aja!"

"Suka-suka gua. Mata punya gua."

"Dih????? Ngeselin."

"Udah abis?"

Jevais mengangguk.

"Mau ke suatu tempat dulu, nggak, sebelum pulang?" tanya Jovan.

"Mau kemana lagi? Lo nggak capek?"

"Capek dikit. But, this going to be worth it," Jovan tersenyum tipis. "Yuk."

"Wow," Jevais membulatkan mata nya saat melihat pemandangan yang disajikan di depan mata nya saat ini. Tangan nya memegang pada pagar dengan kerlap-kerlip cahaya kota yang terlihat dengan jelas dari sini. Juga banyaknya bintang yang bersinar terang. "Kok lo nggak pernah kasih tau gue kalo this beautiful place exist????!!!!"

Jovan mengangkat bahu nya, "Nyari waktu yang tepat, dan lagi belakangan kemaren kan lu jauhin gua. Pas udah adem an dikit mau gua ajak tapi ragu. Yaudah baru kesampean sekarang walaupun kemaleman banget, sih."

"Bagus banget anjirrrr. Lo udah sering kesini?" tanya Jevais yang dibalas gelengan oleh Jovan.

"Baru 2 kali. Tapi, gua tau lu bakal suka tempat ini jadi gua bawa lu kesini. That's why I said this going to be worth it, and see. You like it."

"So much."

Jevais tersenyum sumringah kembali melihat ke arah pemandangan cahaya kota. Menghirup napas dengan rakus. Rasanya seperti seluruh rasa lelah nya hari ini terangkat begitu saja, pun Jovan. Melihat Jevais tersenyum cukup membuat semua usaha nya hari ini terasa sangat terbayarkan.

"Btw, lagu tadi itu beneran buat gue?" Jevais menoleh ke arah Jovan yang berada disamping nya. Laki-laki itu mengangguk, "Mm-hm. Kenapa?"

"Nggak. Gue nggak nyangka aja soalnya lagu nya nggak ada di rundown terus kalian juga nggak latihan lagu itu pas rehearsal, jadi gue kaget tadi. But.. thanks? Lirik nya bagus. I think I'd love to listen that song all day long." Jevais mengulum senyum tipis.

Jovan kembali mengangguk lalu melihat ke arah yang sama dengan Jevais.

Jantung nya terasa berdetak lebih cepat sekarang. Entah karena ia terlalu lelah, atau mungkin dia tengah berada bersama orang yang nama nya masih tersimpan dengan rapi di hati nya selama ini? Karena Jovan memang selalu menyayangi Jevais. Hanya cara nya untuk menunjukkan hal tersebut kadang salah. Maka dari itu, ia sangat menyesal karena seringkali bertindak impulsif.

Dan kali ini, ia tidak akan membiarkan hal itu terjadi lagi.

"Na, lu tau kan kalo gua masih sayang lu?"

Deg!

"Mmm, yeah? I guess."

Jovan menoleh ke arah laki-laki di sebelahnya. Membawa kedua tangan halus tersebut untuk digenggam olehnya. Netra Jovan bersirobok dengan milik Jevais. Menyelam jauh ke dalam sana.

"I wish I can tell you many phrase of I love you in this world just for you. I wish I can tell you that you're precious, beautiful, endearing everyday until you get tired to heard those words. I wish I can hug you on the end of the day, when you feel your body can't stand again because you're too tired. I wish I can protect you from threats so you can take cover under my body. I wish we can go through every circumstances we are under, forever, together, Na,"

"Gua harap gua bisa memutar waktu dan kembali ke—"

"Sshh," Jevais tersenyum, "We can't change what we've done in the past. But, we can change what we're going to do in the future. Apa yang udah terjadi, let it be. Gue nggak pernah nyesel karena lewatin itu semua karena mereka yang membuat gue berada dimana gue, lo, kita sekarang. The stronger me. They built me. Its not always a bad things, we can take the good."

"Thank you for being the you now, thank you for survived."

"No need to."

Jovan berdeham, "You know.. I kinda bad at words. But, let's be boyfriends again? Can we?"

Jevais terkekeh kecil, "Mau gue jawab apa?"

"Why'd you asking me? The answer is yours."

"Then, I'm yours."

Jovan membelalakan mata nya terkejut, "Beneran? Gua nggak lagi mimpi, kan? Coba cubit gua." Jevais tertawa lalu mencubit lengan Jovan, "Aw, sh- Okay. Okay. Ini bukan mimpi. Oke. Jadi, lu pacar gua sekarang? Kan?"

Jevais mengangguk, "Mm-hm."

"So.. now.. what else we going to do?" Jovan linglung.

Tawa Jevais kembali pecah, "Lo kenapa, sih? Kayak baru pertama kali pacaran. Linglung gitu."

"Noooo, I just.. kaget. Gua nggak nyangka lu bakal nerima. Fuck, lutut gua lemes, Na."

"Biasanya lo paling gencer ledekin gue masa gini doang udah lemes lutut lo," cibir Jevais. "You don't wanna hug your boyfriend, huh?"

"Hah? M-mau, lah! Gila lu."

"Hereeee. Hug me."

Jevais merentangkan tangan nya lebar-lebar yang disambut oleh pelukkan hangat Jovan. Laki-laki itu menenggelamkan wajah nya di leher milik Jevais dan melingkarkan lengan nya dengan posesif pada pinggang kekasih nya.

"I love you." Jovan mengecup pucuk kepala Jevais lalu turun ke dahi nya dengan lembut.

"I love you too, bayi besar." []

Nostalgia. ✔Where stories live. Discover now