⏲️|17.| Uluran Tangannya ⏲️

725 200 66
                                    

🎼Mungkin hari ini esok atau nanti🎼

___⏲️⏲️⏲️___
__⏲️⏲️__
_⏲️_
_

"Ketika uang jadikan jalan keluar sebuah permasalahan, percayalah Tuhan masih ada bersamamu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Ketika uang jadikan jalan keluar sebuah permasalahan, percayalah Tuhan masih ada bersamamu."

⏲️°°°⏲️

Alterio meneguk air dengan gusar. Perasaannya terus berkecamuk ketika mengetahui Ansel juga terang-terangan mendekati Alkena. Ada perasaan tak suka sekarang.

Perang antara perasan dan logika memang susah. Alterio tak bisa berpikir dengan jernih hingga menumpahkan kuah bakso pada Ansel tadi. Kedatangan Kakaknya pun tak di gubris, lelaki itu terus menuang air putih sampai tumpah dari gelas.

"Udah penuh Al!" seru Helena mendekat.

Alterio tersadar tetap memberikan respon biasa saja, "Iya Mbak!"

Helena duduk mendekat pada sang adik, wajahnya tampak lusuh membuatnya sedikit khawatir. Apa iya adiknya patah hati?

"Tadi Eswa telpon Mbak." ujar Helena membuat Alterio menegang.

"Dia pinjam uang buat bayar gaji karyawan. Katanya rekeningnya bermasalah, terus gak bisa cairkan uang." jelas Helena.

"Mbak yakin itu pasti ulah adiknya." tuding Helena pada Alkuna.

"Kamu kan pinter Al coba bantu Eswa kasih banget hidupnya, tragis akibat ulah keluarganya." cibirnya.

Alterio bingung harus menanggapi bagaimana, di satu sisi kasihan tapi di sisi lain dia tak tega harus memilih. Ada sesuatu yang tak bisa Alterio jabarkan pada semua orang.

Rasa pening semakin menyerang kepalanya. Kenapa semua menjadi belibet. Alterio sadar jika dirinya adalah kunci utama penyelesaian masalah ini, tak ada cara lain dia harus berbicara enam mata dengan mereka.

"Mbak tenang aja biar Al yang urus, pokonya kalo Eswa ada kesulitan Mbak harus bantu dia apapun caranya." tutur Alterio.

"Mbak percaya sama kamu Al tapi kalo bisa kamu jaga Eswa ya, dia sendiri sekarang." cemas Helena lagi.

"Aku masih pantau dia Mbak walaupun dari jauh, kalo ada yang macam-macam pasti aku maju!" ungkap Alterio. Sekalipun itu orang terdekatnya.

Alterio tak bisa menjelaskan mengapa bisa sepeduli itu pada Alkena. Kesan cuek, kaku dan galak hanya menjadi topeng di matanya. Ada kesedihan mendalam yang harus dia jalani.

Kakaknya Helena sudah menceritakan semua hal mengenai Alkena, sekarang sudah menjadi tugas Alterio untuk membahagiakan. Tapi hidup tidak ada yang tahu kan? Apalagi perasaan.

Alterio hanya berusaha bertanggung jawab atas kebahagiaan Alkena. Kalaupun bisa penyakit epilepsinya harus sembuh, mengingat perkataan Mbak Helena dia tak pernah berkonsultasi pada dokter.

Rustic Jam [END]Where stories live. Discover now