⏲️|33.| Kembalinya Vandalisme ⏲️

591 122 133
                                    

🎼Jadilah Legenda🎼

___⏲️⏲️⏲️___
__⏲️⏲️__
_⏲️_
_

___⏲️⏲️⏲️_____⏲️⏲️___⏲️__

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Remaja nakal udah biasa. Tapi vandalisme berujung sara ke REAM sama halnya tabuh gendrang perang. Ingat legenda REAM selalu sama. Ditumpas untuk menumpas"

⏲️°°°⏲️

"Kok lama keluarnya?" Alkena masih berjalan lesu mendekatinya.

"Mau mampir ke cafe baru gak? Ada menu baru spesial katanya." tawar Dheto tak kunjung mendapat respon.

Alkena menghela nafas kasar. Hari ini dia cukup kelelahan setelah 2 Minggu tak masuk sekolah karena pemulihan operasi berimbas banyaknya siswa-siswi yang menyorot dirinya.

Nilai ulangan harian yang melonjak bagus juga menimbulkan banyak pertanyaan dari siswa dan guru. Lontaran pertanyaan dan tips agar bisa pintar mendadak selalu terdengar panas di telinga Alkena.

Orang pikir Alkena hanya menopang dagu terus melamun dan bisa pintar tiba-tiba? Asal mereka tahu semenjak rumah makannya bangkrut Alkena mulai membiasakan diri membuka buku.

Sampai dia lupa jika kesehatan yang utama, al hasil epilepsinya kumat dan berujung operasi pengangkatan syaraf. Alkena memang tidak boleh kecapekan.

Tapi niat dan tekad Alkena sudah bulat ia berjanji akan membanggakan Alkana di semester ganjil ini. Tuntutan Alkana semakin keras dan Alkena merasakan hal itu.

Untungnya sekarang ada Dheto yang ikut mendampingi belajarnya. Kalian tahu sepintar apa Dheto kan? Umurnya masih sepantaran dengannya tapi sudah bisa kuliah. Tidak perlu diragukan lagi bukan?

"Nilai UH pemrograman dasar di atas KKM kan?" sabar. Hanya itu yang bisa Dheto lakukan, Alkena terus cuek padanya.

"87," singkatnya.

"Good job!" Dheto mengacungkan jempol sebagai bentuk apresiasi. Tidak bisa di pungkiri Dheto memang memberikan perhatian lebih.

"Ini plastik apa? Besar bangat." mata Dheto berlatih pada plastik hitam besar yang di bawa Alkena.

"Bunga Krisan." jujur Alkena pada Dheto.

"Bunga sebanyak ini? Serius lo mau jualan bunga sekarang? Makin lama lo terjun ke dunia bisnis. Kayak Mbak Rrrr!" kata Dheto ikut bernada cedal.

"Nanti gue bantu promosi biar banyak yang beli. Sekarang kita ke cafe baru. Lumayan banyak diskon."

"Bunganya mau di buang. Tapi gak di area sekolah." ungkapnya Alkena setelah lama diam.

"Sayang dong. Mana coba liat siapa tau bisa layak jual." Dheto memaksa membuka plastik hitam itu.

"Tuh kan bunga cakep mau dibuang. Lo suka warna ungu kan?" Alkena merebut plastik itu lalu menali kencang.

Rustic Jam [END]Where stories live. Discover now