⏲️|38.| Ganjaran Patah ⏲️

588 110 69
                                    

🎼 Kemarin - Seventen 🎼

___⏲️⏲️⏲️___
__⏲️⏲️__
_⏲️_
_

"Garis takdir merancang ganjaran patahku

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Garis takdir merancang ganjaran patahku. Mungkin ini waktu yang tepat hingga Tuhan melafalkan kalam pahit akibat ulah bejatmu ."

⏲️°°°⏲️

Alkena ingin berteriak namun sudah tak kuat menahan rasa sakit terburuk yang pernah ia alami. Alkena memohon agar mereka berhenti tidak membawanya ke rumah sakit.

Agis dan Alterio yang melihat itu hanya bisa meringis paham betul apa yang Alkena rasakan. Alterio berjalan sedikit mendekat menatap Alkena yang mengenaskan.

"Stop!" air mata Alkena memenuhi wajahnya tapi para petugas menghiraukan apa yang Alkena katakan.

Mereka berhasil mengeluarkan Alkena dan memindahnya ke atas bankar. Mereka bersusah payah membalut lukanya agar darah berhenti mengalir. Agis berjalan mendekat menangis di sampingnya.

"Harusnya gue gak biarin lo setir motor sendiri Ken! Kalo aja gue bisa cegah lo pulang buru-buru semua gak akan terjadi!" Agis menangis semakin histeris.

Gerak Alkena terbatas berusaha memberi tahu Agis bahwa dirinya baik-baik saja. Dan ini semua bukan kesalahan Agis. Ini murni kecelakaan.

"Pak saya ikut ke rumah sakit!" Alkena sudah masuk dalam Ambulance terlebih dahulu.

"Gis kamu langsung pulang aja!" seru Alterio ditengah keramaian.

Agis menggeleng tanda tak mau, "Terus Alkena gimana?" Alterio menjawab, "Keluarga Alkena udah aku hubungi kamu pulang ya?"

"Mas jadi ikut tidak?" seru sang perawat dalam Ambulance siap menutup pintu.

Alterio masuk dalam mobil ambulance kembali menatap Alkena yang terkapar lemah hampir menutup matanya. Tidak! Jangan ambil Alkena sekarang Tuhan!

Tetes air mata semakin memenuhi wajah Alkena yang sembab sedikit dominan dengan darah kering akibat pipi tergores aspal panas. Wajah Alkena tak semulus biasanya.

"Di obati di rumah aja!" seru Alkena sepenuhnya terbata-bata.

Sang perawat memberikan alat bantu pernafasan agar dia tidak kehabisan oksigen. Kepala Alkena terus menggeleng risih dengan benda itu.

"Mau pu...lang!" Alterio bisa membaca gerak bibir Alkena yang ikut gemetar.

Bunyi ambulance terngiang-ngiang di kepala Alkena. Semakin lama bunyi sirine itu seperti menusuk-nusuk indra pendengarannya. Alkena tidak suka apapun yang berbau rumah sakit.

"Jangan lagi! Alkena gak mau masuk rumah sakit, Mas nya ayo bantu Eswa sekarang!" batin Alkena matanya sedikit menyipit ke arah Alterio.

Ambulance berhenti itu pertanda akan ada badai besar, ada trauma yang harus Alkena lawan. Tubuhnya terus berontak agar tak di bawa masuk dalam rumah sakit.

Rustic Jam [END]Where stories live. Discover now