⏲️|28.| Maju Babak Final ⏲️

649 138 86
                                    

🎼Salahkah Aku Terlalu Mencintaimu - Fatin🎼

___⏲️⏲️⏲️___
__⏲️⏲️__
_⏲️_
_

"Menutup lembaran luka ini lebih baik dimulai secepatnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Menutup lembaran luka ini lebih baik dimulai secepatnya. Aku tak tahu apa ini menjamin keberhasilan, tapi sedang aku usahakan!"

⏲️°°°⏲️

Kamar lelaki itu tertutup rapat pencahayaan redup. Jika dari luar rumah itu akan nampak seperti rumah kosong tak berpenghuni. Setengah jam yang lalu Kakaknya meninggalkan rumah untuk ikut dengan suaminya. Tinggallah dia sendiri.

Ingatannya menolak lupa bersama perasan rapuh yang  kembali menghampiri. Iris gelap mata Alkena dikelilingi air mata terasa sulit di jabarkan, semua itu membuat Alterio tenggelam dalam luka.

Delima hatinya semakin menjadi. Gadis ketus dengan nada kaku dalam sekejap mampu membius naluri rasanya. Alkena Maheswari. Nama itu terus berputar enggan hilang dalam memori ingatan.

"Gue harus apa sekarang?!" Alterio membenturkan kepalanya keras pada tembok berwallpaper gambar kapal.

Diam tersiksa oleh rasa bersalah. Niat awalnya hanya untuk memberikan pelajaran pada Alkana tapi berimbas besar dampaknya. Tiba-tiba cinta datang, apa bisa di tepis?

Dari awal Alterio melihat Alkena di seberang jalan membantu Kakek yang tak lain almarhum Mbah Surip terasa ada energi yang menariknya untuk tidak melepaskan Alkena.

Kalo saja waktu itu Elvan tidak datang menghampiri Alkena lalu memberikan ejekan mungkin mereka akan tetap menjadi orang asing. Dua anak manusia yang bersekolah ditempat yang sama namun berbeda kelas.

"Bodoh!!" Alterio terus mengumpat.

Emosi dan kesedihan kini menjadi satu. Matanya panas oleh air mata, tenggorokannya kering terlalu banyak mengumpat. Tangan Alterio masih aktif terus memukul tombok.

Prakkk!!
Sampai akhirnya kaca yang terpajang ikut remuk karena ulahnya. Pecahan-pecahan kaca sudah berserakan di lantai, darah segar mulai keluar membanjiri.

"Kenapa bisa kebablasan!" nafasnya belum sepenuhnya normal.

Mata yang tajam kembali mengarah pada tangan yang sedikit ngilu. Tawa pembodohan bergema dalam kamar. Dengan langkah pongah Alterio mencoba mendekati kursi lalu menyalakan lampu mini.

"Rasa sakitnya gak sebanding sama ini, Wa." Alterio meniup pelan pada luka berdarah.

Entah berapa banyak umpatan yang sudah Alterio katakan. Kewarasannya seperti sudah hilang, ia tak tahu jika akan mendapatkan kegagalan akibat dendam dengan pemikiran gegabah. Dia yang memulai dia yang mengakhiri.

Darah masih menetes bau anyir masuk dalam indra penciumannya. Tubuhnya reflek membuka laci mengambil pisau ukir. Anak besi pipih sudah menempel pada kulit putihnya.

Rustic Jam [END]Where stories live. Discover now