23

221 48 3
                                    


"Jadi, keputusanmu bagaimana?"

"Apa yang harus kuputuskan? Tak ada pilihan yang sedang ku bingungkan."


"Hyung! Sudah kubilang, bicara dengannya tak akan selesai saat itu juga. Entah dia yang memang tak peka atau tak mau peka."

"Ish. Jeon  Jungkook, berkacalah pada dirimu yang ternyata diam-diam menyukai Harin tapi kau sendiri yang selalu berlagak mahal padanya."

"Ya!"

"Sudah sudah, kenapa kalian jadi bertengkar? SinB-ah, aku kan hanya bertanya apa kau sudah memutuskan untuk bertanya pada Yoongi atau menunggunya yang bicara padamu."

"Oppa, aku kan sudah bilang, tak ada yang tahu Yoongi Oppa menyukai aku atau tidak."

"Tapi yang jelas kau menyukainya kan?" Telak Jimin

"Itu sih......ish entahlah aku pun."


Ya, sudah seminggu lebih masalah Jimin dan SinB selesai. Tepat di hari itu mereka memutuskan untuk menjadi pasangan sehari, setelahnya kembali lagi dengan Jimin dan SinB yang selalu bertengkar. 

Bahkan kini Namjoon dan Hoseok yang dulunya tak tahu apa-apa, menjadi yang paling antusian dengan 'masalah' ini. Pasalnya siapa lagi kalau bukan Taehyung yang mulutnya sering kali non-filtering ketika berbicara. Intinya, secara tidak sengaja 'masalah'itu tersampaikan ke telinga Namjoon dan Hoseok.

"SinB-ah, kau tahu cara memandangku dan memandang Yoongi Hyung saaanggggaaattt berbeda. Ku kira kau sedang memantrai atau semacamnya." ujar Taehyung bergurau. 

"Terimakasihlah karena aku tak memantrai orang bodoh sepertimu." balas SinB.

"Sepertinya hanya kita yang tertarik dengan cerita mereka berdua, sementara para pemeran utamanya hanya saling menunggu waktu." celetuk Seokjin.

"Kau benar, Hyung." timpal Hoseok.

"Heyyy, Hyung kan baru tahu belum lama ini, secepat itu kah menyimpulkannya?" balas Jungkook.

"Setidaknya otak Hoseok lebih cepat daripada para pemeran utamanya."bela Namjoon.

SinB yang sedari tadi hanya melamun memikirkan hal yang sebenarnya ia pun tak tahu harus dipikirkan atau tidak. 

Persetan dengan Yoongi menyukainya atau tidak.

Pertanyaannya.

Kenapa semuanya yang sibuk memikirkan masalahnya? Sementara dirinya memang hanya menunggu momen yang pas untuk mengakhiri 'masalah' ini.

Jika di tanya apakah dirinya pun menyukai Yoongi atau tidak, ah maksudnya tanpa kata 'pun' ya. Dirinya tak tahu apakah manusia es itu benar-benar menyukainya sesuai dengan apa yang para kurcaci itu katakan.

Mungkin, ya. Dia menyukainya. Namun, entah sejak kapan. Seperti yang orang bilang, jika orang itu tak ada dalam pandangan pasti selalu ditanyakan keberadaannya. Jika orang itu terlihat dalam pandangan,hal yang paling pertama muncul adalah 'mengkhawatirkan'nya.

SinB baru sadar, ia lebih sering pergi menemui manusia es itu dimanapun. Entah ketika dikampus ataupun di rumah. Bahkan ia selalu menanti manusia es itu mengajaknya rekaman. Entah mengapa suasana di studio dengan hanya dua orang dirinya dan manusia itu tak menimbulkan kecanggungan sama sekali. 

Ia pun sadar, tak pernah ia tidak menanyakan Yoongi pada yang lain. Menanyakan setiap kegiatannya dirumah ataupun kampus. Seharusnya ia tahu jika hal seperti itu timbul karena rasa suka.

Namun, bukan SinB namanya jika ia tak mendengarkannya langsung dari mulut manusia es itu. Kata 'suka'. Karena ia tahu, bisa saja perasaan yang orang lain katakan itu sama dengan Seokjin Oppa yang hanya menganggapnya sebagai 'adik'.

Maka dari itu, entah sampai kapan ia lebih memilih untuk menunggu momen yang pas daripada tergesa-gesa dan menimbulkan rasa sakit yang mendalam. Cukup dengan menyakiti Jimin dan Seokjin yang terang-terangan menyatakan perasaan mereka padanya, harga dirinya pun tinggi. Ia tak amu mengambil langkah ceroboh hanya untuk sebuah penolakan atau kata 'adik' atau alasan lainnya.

Menjaga hubungan dengan tujuh orang ini lebih penting baginya. 

Mereka yang bagaikan kurcaci yang selalu menjaga putri salju dalam tidur maupun bangunnya.

________________________________________________________________________________

08.00 AM

"Jimin-ah!!!!" teriak SinB sambil dengan cepat memakan rotinya.

Tak ada balasan dari empunya nama, ia pun berteriak sekali lagi.

"Ya Park Jimin!!!! Aku tak mau terlambat kelasnya pak Choi!" 

Ia pun mencoba pergi ke kamar Jimin dan ia hanya menemukan kamar kosong dengan tempat tidur yang sduah rapi

"Bukannya Jimin sudah berangkat?" ujar Namjoon yang baru bangun, lengkap dengan kacamata dan buku favoritnya.

"Kau kan baru bangun." balas SinB.

"Aku bangun karena suara motornya menggangguku."

"Ish, sialan."

Ya, ternyata tadi adalah suara motor Jimin. SinB sempat mendengar suara itu namun ia kira Jungkook yang memakainya, karena belakangan ini anak itu selalu berpergian dengan motor.

"Park Jimin, awas kau..." gumam SinB kesal

"Mau berangkat denganku?"

SinB menoleh ke arah suara itu.

"Baguslah, untung Yoongi Hyung belum berangkat." timpal Namjoon yang berjalan sudah dengan susu dan rotinya untuk menemani waktu literasi paginya.

"Kalau kau tak mau dikeluarkan dari kelas pak Choi." sambung Yoongi

SinB yang sempat terdiam akhirnya terbangun dari lamunannya.

"Ah..oke oke aku ikut..ish Park Jimin menyebalkan. Pulangnya aku akan dengan Jimin kalau begitu."

"Bukannya hari ini dia ada jadwal rapat?"

"Ah benar juga...oke aku akan minta Jungkook atau Taehyung menjemput."

"Kau hari ini pulang jam 2 bukan? Lebih baik langsung pulang denganku, nanti aku akan jemput ke fakultasmu."

"Bukannya hari ini Oppa ada rekaman ujian?" tanya SinB.

"Eum." balas Yoongi mengangguk

"Lalu kenapa langsung pulang?"

"Memangnya aku selalu minta bantuan siapa untuk rekaman kalau bukan kau? Kuharap aku bisa langsung rekaman setelah kelas. Kau bisa kan?"

"Ah..benar juga. Baiklah."

SinB pun membuntuti Yoongi dari belakang dan berangkat bersama ke kampus.

"Orang ini yang dibilang menyukaiku? Lupakan, kurasa tidak." batin SinB

Her : The One [SinB & BTS FF] ENDWhere stories live. Discover now