7. Peringatan Hari Patah Hati

2.6K 343 90
                                    

Guys, jadi setiap part di cerita ini ada clue untuk part selanjutnya. Misal dipart sebelum ini, kalian bingung Junho itu siapa. Nah, coba perhatiin di part sebelum-sebelumnya, aku kasih clue kalau Junho itu ayahnya Da In, dijelasin juga Junho itu siapa, kok sampe Taehyung kaget pas denger Da In anaknya Junho. Begitu. Tidak menutup kemungkinan dari potongan-potongan flashback ada clue yang nyambung ke part lain juga.

So, siap-siap dibuat pusing sama labirin yang terkoneksi satu sama lain ini👀

Kalau ada yang belum tau, flashbacknya itu bagian yang full italic ya. Jujur bingung, kadang aku tulis pre-story pakai italic kan, jadi takutnya ga kebaca bagian flashback karena dikira pre-story😭😂

Well, selamat berpusing-pusing.. Eh, maksudnya happy reading, luv😜

Ohhh, dengerin rekomendasi di mulmed pas baca bagian flashback okay? Relate banget. Cover sih, tapi ngena.

—•—

"Don't you want to stay with me? Aku akan berusaha membuatmu bahagia. Aku berjanji akan melakukan yang terbaik. Aku tidak akan mengecewakanmu. Can you not leave?" Da In mencoba untuk meyakinkan pria itu untuk tetap tinggal.

"Katakan kesalahanku! Apa aku membuatmu kesulitan? Maaf jika aku membuatmu terjebak dalam masalah. Maaf jika aku melakukan kesalahan. Maaf aku membuatmu merasa tidak nyaman dan tidak bahagia."

Selain sirimiri yang perlahan mulai berjatuhan, tangis ikut turun membasahi kedua pipi gadis itu. Tidak mampu menahan air mata lebih lama. Pertikaian mereka lagi-lagi berakhir dengan satu pihak tersakiti. Bahkan kali ini seolah menghancurkan Da In hingga berkeping-keping. Meminta untuk berpisah saat bertemu pertama kali, setelah mereka tidak bertemu beberapa minggu.

Da In kesal. Marah. Kecewa. Dia tidak tahu menahu alasan perpisahan ini. Kunci mobil yang ia genggam terbang jauh terlempar hingga mendarat ke dasar sungai. Amarah menguasai namun tidak ada pelampiasan. Sama sekali tidak ingin menyakiti pria dihadapannya. Memilih lebur bersama emosi.

"Apa kau memiliki gadis lain selain diriku? Baiklah, aku mengerti. Mungkin kau bosan. Pergilah. Tapi kembali padaku setelah kau selesai bermain dengannya, hm?"

Toxic. Da In cukup sadar hubungannya tidak sehat bahkan sejak awal. Membiarkan dirinya sebagai satu-satunya pihak yang tersakiti. Da In menikmatinya. Lagipula berada disisi pria itu cukup membuatnya bahagia. Tidak ingin sumber kebahagiaannya pergi begitu saja.

Da In mencintai pria dihadapannya. Tidak akan merubah perasaannya sedikitpun meski pria itu melakukan kesalahan diluar nalar. Pun Da In terbiasa dengan hal ini. Bukan pertama kalinya mereka mendeklarkan putus hubungan. Kemudian kembali lagi. Sayang, agaknya yang satu ini lebih serius. Da In mampu merasakan pria itu hendak benar-benar meninggalkannya.

Da In meraih kedua tangan prianya. Menangis lebih kencang hingga wajahnya tertunduk. Menggigit bibir bawah hingga terluka. Berusaha menahan isak yang tak berkeinginan untuk terhenti. Dadanya mulai sesak. Pikirannya kacau balau. Persis seperti hubungannya yang sudah rusak.

"Aku membutuhkanmu, Ji. Don't leave me, please." pinta Da In terakhir kalinya. Nyaris menyerah. Rasa sakit yang menyerang begitu dahsyat.

Jimin melepas genggaman Da In. Mengangkat wajah gadisnya yang sudah terlihat berantakan. Miris. "Kita tidak bisa bersama, Da In. I don't love you anymore. I'm sorry."

Da In sulit bernapas. Seakan baru saja ditampar keras-keras. Sakit sekali. Rasanya mencekik. Histeris dengan tubuh yang perlahan melorot jatuh setelah kepergian Jimin. Dinginnya malam membuat tubuhnya mati rasa. Mengabaikan kenyataan bahwa dia masih berada diluar. Di sebuah jembatan dengan beberapa kendaraan masih berlalu lalang.

Dangerous ChoiceWhere stories live. Discover now