8. Untrustworthy

2.5K 322 146
                                    

Aku ga tau feels part ini berasa atau nggak. Seharusnya ada beberapa line yang lebih kompleks. Tapi gara-gara draft hilang, aku ga ingat sama sekali apa yang udah aku tulis kecuali plotnya😭 Sebel sih, tapi ga ada yang bisa disalahin juga, masa mau marah-marah ke laptop. Ya kali😭

Warning! I make it spice a little bit👀💦

Happy reading, x.

—•—

Da In baru saja turun dari taksi. Jika bukan karena Mingyu yang masih merajuk sejak seminggu lalu, mungkin dia bisa pergi dengan menggunakan mobil pribadi. Beruntung setidaknya Da In tidak perlu menggunakan bus, sebab akan sangat tidak nyaman dengan pakaian yang ia kenakan. Mini dress hitam ketat dengan potongan dada rendah. Sleeve menutup hingga siku namun masih mengekspos collarbones yang sering kali menjadi kebanggaan Da In. Salah satu daya tarik yang menambah kapasitas keseksian gadis itu. Ditambah dada sintal yang menonjol pada perpotongan dress yang ia kenakan. Jelas membuat para pria ingin mengais lebih dalam.

Seharusnya, Da In paling tahu Jimin adalah pria yang tidak pernah memegang kalimatnya. Mengatakan mereka akan makan malam disebuah restoran hotel mewah—berdua. Membicarakan kesepakatan yang sudah terlambat untuk dilakukan. Namun yang tersuguh didepan mata ketika Da In memasuki ruangan khusus itu bukan hanya Jimin dan hidangan makan malam. Melainkan Jimin dan kedua orang tuanya, ditambah presensi orang yang paling Da In tidak harapkan. Orang yang Da In anggap sudah mati selama ini, Song Seokjin. Sialnya, berkali-kali Jimin berusaha membuai Da In dengan mulut manisnya, berkali-kali pula Da In terlena.

Sambutan hangat dari kedua orang tua Jimin membuat Da In mau tidak mau mengikuti permainan pria itu. Lagipula sandiwara bukan hal sulit untuknya. Saatnya menunjukkan kemampuan akting yang sudah seperti pemenang piala Oscar. Bahkan Da In yakin aktingnya lebih baik. Buktinya, kedua orang diseberang meja mempercayainya begitu saja. Hanya dengan mengulas senyum dan bersikap anggun layaknya putri bangsawan.

Basa-basi selama beberapa menit hingga main course berganti dengan dessert. Da In lebih banyak terdiam. Mengamati dan sesekali tergelak remeh menahan bualan yang terus menerus Seokjin dan Jimin katakan pada satu-satunya pasangan disana—Tuan dan Nyonya Park. Entah apa yang sudah mereka berdua rencanakan, yang pasti Da In mampu mencium hal buruk akan terjadi. Pun mendengar pembicaraan dua orang yang duduk diantaranya, Da In semakin yakin Seokjin dan Jimin sedang merencanakan sesuatu dibelakangnya.

Tepat pada saat Seokjin menyinggung tentang studi yang Da In jalani di London, gadis itu tak mampu lagi menahan tawa. Jelas membuat empat orang disana kebingungan. Bahkan kedua orang tua Jimin mengerutkan kening melihat bagaimana gadis itu tertawa terbahak-bahak hingga tertunduk. Tak berlangsung lama, Da In terhenti. Menyadari hanya dirinya yang menganggap situasi ini seperti lelucon. Atau mungkin, dirinyalah yang menjadi lelucon diruangan itu.

Sekilas Seokjin menggenggam tangan gadis disebelahnya. Membuat Da In memberi atensi dan menatap angkuh. Tidak suka. "Bagaimana jika kita membahas pernikahan kalian? Bukankah pertemuan ini bertujuan untuk membicarakannya?" ujar Seokjin yang berhasil membuat Da In terdiam seribu bahasa. Tidak tahu menahu tentang topik yang baru saja Seokjin katakan. Seketika senyum Da In menghilang.

"Ah, benar. Aku dan orang tuaku sudah menyiapkan tanggal, hyung. Kurasa enam bulan lagi cukup untuk menyelesaikan persiapan."

Kini Da In berpaling. Memberi atensi penuh pada pria disebelah kanannya dengan kedua mata membulat. Entah bualan macam apa yang Jimin katakan pada Seokjin hingga menyetujui perjodohan konyol ini. Sedang kedua orang tua Jimin hanya memberikan senyuman. Membiarkan Jimin bertanggung jawab dengan pilihannya sendiri.

Dangerous ChoiceWhere stories live. Discover now