26. Jeda Dari Semesta

1.8K 257 18
                                    

Sesuai janji aku up setelah sampai target. It's getting crazy when it hitted the target less than 4 days😫 Kalian hebat banget! Sayanggg💜

This one is kinda angst. Aku naikin lagi coba targetnya deh. Ayo yang masih belum apresiasi, tinggal pencet bintang doang padahal:( 85 votes for next part, ya

Bacanya pelan-pelan sambil dengar mulmed. Boleh dengar lagu sedih apa saja sih. Aku kasih rekomendasi di bawah nih.

Recommendation songs : BTS - Blue and Gray, Labrinth - Jealous, Kina Granis - Iris.

Happy reading love, x.

—•—

"Kim Mingyu is a bastard. Kita semua tahu itu. Tapi apa pun yang dia lakukan, kita selalu punya alasan untuk memaafkannya. Aku selalu memiliki alasan untuk memaafkannya. Bisa dibilang aku salah satu orang yang mencintai Mingyu teramat sangat. Andai suatu saat dilahirkan kembali, aku ingin menjadi orang yang mendampinginya. Mungkin seperti seorang istri atau kekasih, dan Tuan Kim ku harap kau merestui kami. Karena Mingyu adalah satu-satunya orang yang mengulurkan tangannya saat dunia mencampakkan eksistensiku. Kehadirannya dalam kehidupanku memberikan sebuah harapan bahwa aku bisa hidup dengan kebahagiaan.

Kita melalui banyak hal selama beberapa tahun ke belakang. Dia seperti kakakku, adikku, bahkan kekasihku. Kita selalu setuju akan banyak hal. Tapi Mingyu lebih sering tidak setuju dengan pemikiranku. Mingyu selalu berisik. Selalu melarangku melakukan ini-itu. Tidak ingin aku menghilang dari pandangannya. Dan aku selalu membalasnya dengan mengatakan aku akan meninggalkannya jika dia tidak berhenti melakukan itu. Padahal aku tahu betul, dia hanya takut ditinggalkan. Dia benci sendirian.

Dan sekarang, dia yang meninggalkanku sendirian.

Kau benar-benar brengsek sampai akhir, Mingyu. Sampai akhir kau menepati janjimu. Mencintaiku lebih dari dirimu sendiri. Akan selalu melakukan apa pun untukku. Tanpa kau tahu pengorbananmu hanya meninggalkan luka bagiku, membuatku terluka karena kehilanganmu. Tapi yang paling ku takutkan, saat aku merasa memilikimu seutuhnya, aku malah mengendalikanmu dengan egoku, dan sejujurnya aku membenci itu. Karena kau lebih berarti daripada itu semua. M-maafkan aku karena membawamu dalam kehidupanku. Terima kasih sudah menjadi bagian hidupku Kim Mingyu.

Kau akan selalu terkenang dihatiku meskipun beberapa orang perlahan melupakanmu.

Dari orang yang kau cintai sepenuh hati, dan selalu kau sebut rumah.

Aku menyayangimu selalu."

Begitulah pidato Da In sebelum tungkainya menanggalkan podium. Semua orang tampak menangis tersedu, namun tidak dengan dirinya. Da In hanya berdiri mematung menyaksikan prosesi pemakaman Mingyu hingga akhir. Alih-alih menangis, senyuman tak hilang sedikit pun dari wajahnya. Membuat beberapa orang berbisik-bisik penasaran, apa ada yang salah dengan otak Da In. Meskipun saat melihat sekilas, sangat jelas dalam netranya tergambar ribuan kepiluan. Berbanding terbalik dengan senyum yang terulas terang-terangan, bahkan saat Da In memberikan pesan sebelum prosesi pemakaman dilangsungkan.

Da In menghampiri keluarga Tuan Kim yang masih sibuk menerima ucapan bela sungkawa dari koleganya. Termasuk orang yang dia kenal ada disana, orang yang juga dekat dengan Tuan Kim—dalam urusan bisnis. Didampingi pria tinggi yang mengenakan kacamata hitam. Seokjin dan ayahnya.

Da In tersenyum ketika bertubrukan manik dengan Mina, kakak Mingyu. "Bisa kau membawa ini?" Da In mengulurkan kertas yang berisi pidatonya untuk Mingyu. Sebenarnya, tidak ada pidato di dalam sana. Hanya ada tulisan, selamat beristirahat. "Tolong simpan ini di kamar Mingyu, kak," pintanya tulus dengan suara parau menahan tangis. Mina mengangguk menerima pemberian Da In. Membalas Da In dengan pelukan hangat dan langsung disambut begitu erat. Mina sangat tahu bagaimana hubungan adiknya dengan gadis dihadapannya. Bahkan Mina bersyukur Da In selalu ada di sisi Mingyu. Disaat Mingyu membutuhkan sosok seorang kakak untuk melindunginya dan menasihatinya, Da In berhasil menggantikan posisi Mina saat dia tak ada. Bibirnya melengkung dengan air mata tak henti mengalir, melontar kata tanpa suara 'terima kasih'.

Dangerous ChoiceWhere stories live. Discover now