11. Sesuatu Yang Terbuka

2.4K 312 108
                                    

Ini, aku up. Tau aja aku hampir gila gara-gara Bangbangcon, dipanas-panasin buat update. Ayo di vote!😡💜

Gatau deh ini part sepertinya agak drama. Banyak juga wordsnya. Puas-puasin😋 Yang tanya kenapa updatenya selalu tengah malam, inspirasiku biasanya datang jam-jam segini haha! Kadang update pagi pun itu nulisnya tetap malam. Biasalah. Jam-jam rawan overthingking. Sudah, ayo dibaca. Vote juga. Komen juga. Jangan bikin aku malas update karena ga ada yang apresiasi yah🥲

Luv, x.

—•—

Suara ledakan pistol berhasil membuat Seokjin terhenyak. Tubuhnya limbung mendarat pada lantai basement yang malam ini terasa lebih dingin. Darah mengalir dari tubuh yang terkapar tak bernyawa dihadapannya. Song Hoseok baru saja meregang nyawa didepan mata. Seluruh tubuh Seokjin bergetar panik. Keberadaan Da In semakin tidak membantu. Pasalnya, bocah itu tengah terlentang tak sadarkan diri pula. Tersisa Seokjin menangis karena kejutan yang membuat jantungnya nyaris berhenti.

Kerumitan yang terjadi membuatnya sulit berpikir jernih. Tubuhnya terasa lemas tak berdaya. Perlahan mendekati jasad Hoseok guna memastikan jika masih ada tarikan napas. Nyatanya tidak ada sama sekali. Tangisnya semakin pecah. Meraung-raung ketakutan. Kalut ikut menyelimuti suasana dibasement gelap dan lembab itu. Butuh beberapa menit hingga penjaga datang dan ikut terkejut dengan situasi didalam sana.

Setelah kepergian tragis Hoseok, Da In mengurung diri. Kini ia berada dipuncak keterpurukan. Surai coklat gelapnya tampak kacau. Mata sembab menerawang jauh penuh kepedihan pada jendela yang sedikit terbuka—masih tertutup tirai putih menjuntai. Beberapa luka tergores ditelapak tangan dan juga kaki. Puing-puing kaca berserakan dilantai. Paras cantiknya sudah kehilangan senyuman sejak sebulan terakhir. Ya, sebulan lamanya Da In mengurung diri. Membiarkan kegelapan dan kesedihan melahapnya lamat-lamat.

Sedetik setelah pintu diketuk, seseorang masuk tanpa persetujuan pemilik kamar. Seokjin merasa prihatin melihat adiknya duduk bertekuk lutut didepan jendela. Kamarnya terlihat seperti kapal pecah. Pun Da In tidak mengijinkan seorangpun untuk masuk, bahkan untuk sekadar membersihkan. Kecuali Seokjin dan ayahnya yang masih memiliki akses untuk menerobos pada bilik suram itu.

"Ayah sudah tidak lagi sanggup menutupi masalah ini. Para pengerat itu masih saja berusaha mencari kebenaran." Suara Seokjin menggema hingga sudut ruangan. Kedua tangannya tersimpan angkuh di dalam saku celana. Berjalan hati-hati agar tidak menginjak pecahan kaca menuju entitas si adik bungsu.

Seperti yang diketahui, setelah kematian Hoseok, Valley Hills menjadi gempar. Pasalnya, Presdir Song menyatakan bahwa kematian Hoseok terjadi karena ketidaksengajaan. Sebuah peluru mendarat asal pada dada putranya akibat orang asing yang menerobos masuk rumah mewah itu. Mustahil sekali rumah dengan keamanan paling tinggi di Valley Hills itu bisa diterobos sembarang orang. Itu sebabnya para pewarta tidak serta merta percaya. Pengaruh yang dimiliki keluarga Song cukup besar. Menutup mulut para pengerat bukan perkara sulit. Namun kali ini, gencaran dari awak media menyerang habis-habisan. Seperti tikus kelaparan yang butuh asupan makanan dengan segera. Mendesak keluarga Song untuk mengungkap kebenaran, meski sudah jelas tersangka—palsu—penyebab kematian Hoseok telah mendekam di balik jeruji besi.

Seokjin bersimpuh disebelah Da In. Menggunakan sebelah lutut untuk menyangga tubuhnya. Melirik pada wajah kacau gadis yang masih berkabung atas kepergian Hoseok. Senyum kecil teruntai dari wajah Seokjin. Tangannya bergerak mengusap lembut surai Da In. Seolah dia begitu menyayangi satu-satunya adik yang tersisa.

"Aku berniat melindungimu, Da In. Kau dan Hoseok sudah bertindak terlalu jauh. Bagaimana jika ayah tahu yang kalian lakukan? Dia bahkan akan lebih murka dari saat ini.

Dangerous ChoiceWhere stories live. Discover now