30. Love Hurts But ...

1.7K 239 62
                                    

part ini lumayan banyak percakapan. narasinya tapi engga sedikit juga. sama seperti part sebelumnya, 95 votes for next part. aku tambah sedikit challenge-nya 50 komen ya. gampang kan kalau komen bisa berkali-kali.

tw // slightly mature.

—•—

Rebas tangisan payoda malam ini tak ubahnya mengusik dua insan yang sibuk bercumbu satu sama lain. Kedua sukma semakin dekat terikat diantara rengkuhan masing-masing. Pun raga yang turut bersentuhan melalui afeksi antar labium. Keduanya menikmati lengas pakaian yang tidak mampu untuk menghangatkan. Terpatri dalam cinta dan afeksi di bawah gelapnya bumantara.

Merasakan aroma besi yang ikut bergabung diantara ciuman mereka, Taehyung menarik wajah. Kedua obsidiannya membola memperhatikan darah mengalir dari hidung Da In. Tangannya bergerak mengusap darah bercucuran. Tidak peduli dia sedang mengenakan kaos berlengan panjang warna putih berbalut jaket coklat muda. Tidak sulit juga untuk Taehyung membeli setelah yang sama berlusin-lusin. Yang terpenting adalah menghentikan darah Da In yang mengalir.

"Da In..."

Pemilik nama hanya tersenyum tak peduli. "Maaf, aku terlalu bersemangat," ujarnya diselingi gelak tawa.

Bukan alasan serius ketika Da In mengalami epitaksis. Sesuai yang ia katakan, Da In terlalu antusias setelah beberapa hari dia merindukan suasana ini. Tekanan darah tiba-tiba naik ditambah keintiman dari cumbu yang mereka lakukan, sukses membuat darah larut begitu saja dari indera penciumannya.

"Kita pulang sekarang."

"Ke rumahmu?" Da In bertanya penuh harap. Hazelnya menyorot inosen pada obsidian Taehyung. Tatapan polos dia berikan bersama selipan asa agar Taehyung mau membawanya pulang. Maka anggukan dari Taehyung membuat Da In kembali menarik dua sudut bibirnya yang masih menggigil kedinginan.

Taehyung mendekatkan ujung sleeve-nya ke wajah Da In. Mengusap sisa darah yang mengalir. Membiarkan lengan baju putih yang dia gunakan kotor bercak kemerahan. Bisa dia lihat Da In dengan mata anak anjing yang tengah bahagia dan antusias seperti baru ditemukan di penangkaran dan akan segera di bawa pulang. Tidak habis pikir, bagaimana bisa wanita ini tetap terlihat tenang sementara dirinya dilanda panik. Detik berikutnya Taehyung menggantung tangan di udara, memberi uluran pada Da In yang serta-merta disambut begitu saja.

Tidak banyak konversasi yang terjadi diperjalanan. Taehyung sibuk menyetir memperhatikan jalan raya, sementara Da In terdiam sambil mendongak. Takut darahnya akan keluar lagi. Juga di belakang mobil yang mereka tumpangi, pengawal yang diutus untuk mengawasi Da In masih mengikuti. Memutar pada tiap belokan jalan pintas menuju rumah Taehyung. Tanpa harus menghadang, Taehyung tahu mobil di belakangnya akan berhenti sebelum dia sendiri masuk ke pekarangan. Entah apa yang akan pengawal itu laporkan pada tuannya, yang pasti Taehyung tetap membawa Da In pulang malam ini.

Sesungguhnya, tidak pernah ada orang yang menginginkan stori patetis dalam percintaan mereka. Namun tidak pernah ada yang tahu bagaimana semesta bekerja. Tidak peduli sekuat apa mempertahankan, tanpa restu semesta maka kisah apik berbalut romansa dan suka cita tidak akan pernah terjadi. Sekuat apapun mereka memohon untuk bisa bersama seterusnya.

Laiknya dua insan yang tengah dihadapkan kisah tragis mereka, dua orang yang kini saling menatap di dalam ruangan dingin berlantai marmer. Sang adam berdiri tegak memegang pengering rambut, sementara sang puan duduk di atas wastafel, memerhati prianya tengah berusaha mengeringkan surainya dengan hati-hati.

Jika dipikir, entah bagaimana Da In terjatuh pada afsun pria di hadapannya. Semua terjadi begitu saja, bahkan tanpa ia sadari. Tidak ada yang tahu tepatnya kapan, dimana dan mengapa akhirnya dia merasakan gejolak-gejolak menggeletik tiap kali netra mereka bersitatap. Perasaan hangat yang menjalar saat tubuh mereka bersentuhan. Degup jantung yang bekerja tiga kali lebih cepat ketika ia menghidu aroma Taehyung dari dekat. Mungkin semua terjadi saat pertama kali mereka bercinta. Atau mungkin lebih jauh dari itu, saat mereka pertama kali bertemu. Entahlah. Da In tidak bisa menerka.

Dangerous ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang