23. Do You Believe There's A Happy Ending?

1.9K 272 52
                                    

Okayyy, part sebelumnya sudah target beberapa hari yang lalu ya? Semalam aku mau update tapi kelewat karena aku tumbang setelah aku vax 2nd dose :( Jadi hari ini baru bisa aku update.

Pakai target lagi ya? 70 bisa gak? Bisa lah masa enggak. Part selanjutnya🔞🥵 Tapi ada surprise juga. Barangkali ada yang mau cepet update jadi targetnya dipenuhi yo, go go!👀

Ini ini biar semangat aku kasih Taehyung deh!😳

Ini ini biar semangat aku kasih Taehyung deh!😳

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.


—•—

Sudah memasuki hari kedua Da In mengikuti Jimin hingga ke Seoul. Kali ini berdiam mengamati SUV hitam yang baru saja ditumpangi Jimin dengan dirinya yang setia menyimpan bokong pada sebuah kursi kedai. Memperhatikan dari kejauhan setiap pergerakan yang Jimin lakukan. Sesaat lalu, pria itu tampak memasuki gedung tinggi dengan dua pengawal mendampingi di belakangnya. Sementara dua pengawal lain berjaga di mobil.

Menerka-nerka tujuan Jimin datang pada bangunan kantor, mungkin Jimin sedang berbisnis dengan salah satu direksi. Merencanakan untuk bekerja sama atau apa pun itu—hal-hal yang awam bagi Da In. Sama sekali Da In tidak pernah tertarik dengan apa-apa saja terkait perusahaan. Itu sebabnya Da In akan memberi penolakan besar jika suatu saat ayahnya akan mewariskan perusahaan untuknya. Sayang sekali dulu Seokjin terlebih dahulu merasa tersaingi dengan keberadaan Da In. Alasan kakak sulungnya menjebak Da In agar hidup di tengah orang-orang tidak waras dan jauh dari kampung halaman. Sebab pada nyatanya, Da In memang teramat cerdas dan akan lebih mudah mendapat kepercayaan dari ayahnya daripada Seokjin sendiri.

Bahkan Seokjin harus merangkak hingga berdarah-darah hanya untuk mendapatkan seluruh kekayaan dan kepercayaan dari sang ayah. Menyusun rangkaian rencana untuknya sendiri sedari lama. Tepatnya saat ia mendapat hak istimewa untuk bisa keluar dari wastu keluarga Song pada usia belia. Saat yang tepat bagi Seokjin mengenal dunia luar dan mengerti bahwa kehidupan di luar wastu jauh lebih keras. Berbagai macam lingkungan mampu mempengaruhi kinerja otak seseorang. Termasuk Seokjin yang mulai merangkai matlamat untuk mendapatkan harta kekayaan sang ayah.

Namun hal yang disayangkan terjadi saat Seokjin kembali ke rumah. Mendengar percakapan final di meja makan tentang ayah yang sudah menyiapkan sebuah kasino untuk Hoseok kelola, salah satu perusahaan keluarga Song untuk Da In, sementara memberi Seokjin dukungan untuk mengembangkan perusahaan yang sedang dirintis. Tidak. Seokjin tidak ingin perusahaan kecil. Dia ingin duduk di atas kursi hangat pada perusahaan besar tanpa harus merangkak untuk mengembangkan perusahaan anakan.

Lantas hasad mulai memenuhi benaknya. Pilihan untuk keluar dari rumah saat itu ternyata salah besar. Melenceng jauh dari perkiraan Seokjin. Seharusnya setelah semua yang ia lakukan, ayah tidak lagi memandangnya sebelah mata. Seharusnya ayah mengerti bahwa Seokjin mampu bertahan dan siap untuk menerima segala warisan yang diturunkan. Sayangnya, semua yang Seokjin lakukan nyatanya menjadi sia-sia.

Dangerous ChoiceWo Geschichten leben. Entdecke jetzt