13. Cromulent

2.3K 289 97
                                    

Ayo pecahin teka-teki di part ini. Agak membingungkan diakhir-akhir. Seperti biasa setiap part saling berhubungan. Bisa jadi ada clue disini dan jawabannya di part lain, atau part ini jawaban dari part sebelum-sebelumnya. Selamat berpusing-pusing, deh💆🏻‍♀️

Bisa sambil play mulmed. Ost Vincenzo, Adrenaline - Solar. Cocok lagunya sama work ini. Liriknya juga relate banget sama jalan ceritanya.

Happy reading, x.

—•—

Da In bersandar nyaman diatas dada kakaknya, sesekali menguap lelah. Ekspresi letih diwajah sekaligus sisa-sisa peluh masih terlihat jelas. Rasanya, tidak ada yang lebih baik dari kebersamaan mereka selama ini. Mengingat ayah mereka mengasingkan ketiga anaknya dari dunia luar, membuat tiga bersaudara itu tidak pernah menyentuh barang setitik tanah diluar pagar. Sekolah privat, kegiatan hanya dilakukan dirumah dengan memanggil mentor khusus, namun dipenuhi segala kebutuhan oleh Presdir Song. Mereka hanya perlu menikmati kemewahan tanpa bantahan sedikitpun.

"Kak, tidakkah kau ingin berjalan-jalan? Bukan mengelilingi wastu saja, tapi keluar dari rumah." Vokal Da In mengudara setelah suplai oksigen pada paru-parunya mulai terpenuhi—tidak lagi terengah karena kelelahan.

Hoseok diam sejenak. Mengusap pucuk kepala adik kesayangannya. "Ingin. Ingin sekali. Tapi kau tahu perangai ayah. Dia tidak akan membiarkan kita melangkahkan kaki keluar dari sini."

Da In beranjak dari tidurnya. Duduk bersila dengan hazel terpatri pada Hoseok yang masih terbaring. "Bukankah ayah terlalu berlebihan? Lagipula dia bisa mengerahkan anak buahnya untuk mengawasi kita. Aku tahu dia tidak ingin membahayakan kita jika harus berhadapan dengan dunia luar. Tapi ini sangat tidak masuk akal. Dia benar-benar mengurung kita dalam wastu ini."

Sekarang Hoseok sudah ikut beranjak. Menggeser tubuh agar bersandar pada headboard ranjang. Dia mengerti adiknya pasti merasa bosan menghabiskan lima belas tahun di dalam rumah. Sama sekali tidak pernah menilik apa-apa saja yang ada diluar pagar. Berbeda dengan dirinya dan Seokjin yang pernah nekat untuk pergi berdua tanpa sepengetahuan ayahnya. Tentu saja setelah tahu kedua anak laki-lakinya sempat melarikan diri, Junho memberikan hukuman yang cukup berat. Berakhir dengan keduanya tidak mendapat kepercayaan dan selalu diawasi oleh pengawal meski sedang berada di dalam rumah. Junho benar-benar tidak ingin anaknya menampakkan diri pada dunia. Terlalu berbahaya mengingat profesinya kini. Pasti banyak rival yang sudah merencakan untuk menggunakan kelemahan Junho sebagai alat balas dendam.

"Da In, kau hanya perlu menikmati semua hak istimewa yang ayah berikan. Kau memiliki segala hal yang belum tentu dimiliki anak diluaran sana." Tutur Hoseok lembut sekali. Benar-benar menunjukkan bahwa ia adalah kakak yang pengertian.

"Ya, kecuali kebebasan."

Hoseok tersenyum melihat Da In yang masih merajuk geram. Adiknya ini manis sekali. Lalu tangan Hoseok bergerak menyentuh pipi Da In. Mengusak dengan ibu jari. "Bukankah kau pernah mengatakan bersamaku disini lebih dari cukup? Dengar, Da In. Selama ada aku disini, aku akan selalu menjagamu. Aku akan selalu menyayangimu. Kita hanya perlu menunggu sebentar lagi. Setelah ayah memberikan kepercayaan pada kita, aku berjanji akan membawamu pergi ke tempat-tempat yang indah."

Awalnya Da In ragu jika sewaktu-waktu ayahnya akan memberikan kebebasan seperti yang Hoseok bilang. Selama ini, Junho sangat berhati-hati menjaga anak-anaknya. Namun melihat Seokjin yang kini sudah mendapat kepercayaan—menempuh kuliah di universitas, yang mana mendapat ijin penuh dari Junho, mungkin ada harapan untuk mereka berdua juga. Lagipula, Hoseok benar. Kehadirannya saja sudah cukup. Satu-satunya orang yang berpihak pada Da In dan selalu menjaganya dari kelicikan Seokjin atau kemarahan ayahnya.

Dangerous ChoiceWhere stories live. Discover now