6

4.2K 443 4
                                    

Cerita ini merupakan asli karanganku sendiri, bila ada kesamaan latar tempat, nama, cerita, dan lain hal, itu bukanlah sebuah unsur kesengajaan. Cerita ini adalah cerita yang sangat umum di dapatkan. Hanya karya yang ku buat untuk menuangkan imajinasiku saja. 

***

HAPPY READING

***

Keadaan pasar masih sama ramainya, penuh dengan pedagang dan pembeli yang saling menguntungkan.

Fei Wei dan Xio Xia baru saja sampai dan melihat A Rong yang sedang membelikan mainan untuk adiknya.

"Ngiiiihihihi!"

"AWAAAS KUDANYA MENGGILAA!"

Drap drap drap

"Aaaaaaa!"

"Aaaaaaaaaaa!"

Semua orang berlarian kesana kemari untuk menghindari kuda yang berlarian ditengah pasar tersebut.

Fei Wei tiba-tiba terpisah dengan Xio Xia. Ia berusaha untuk keluar dari kerumunan orang-orang, namun ia tak bisa. Bahkan tubuhnya beberapa kali di tabrak orang lain.

Baru saja ia ingin bernapas lega karena semua orang telah menjauh darinya, seketika tubuhnya mematung ketika melihat kuda tersebut sudah sangat dekat darinya.

"Nonaaaaa!"

"Kakaaak!"

Fei Wei menutup matanya, setidaknya ia tidak akan melihat tubuhnya di tabrak oleh kuda itu.

Bukan rasa sakit yang ia rasakan, justru ia merasa sebuah tangan melingkar dipinggangnya dengan bau harum yang sangat enak untuk dicium. Ia melayang dan seakan berada di dalam pelukan seseorang.

Ketika membuka mata, yang pertama kali ia lihat adalah wajah tampan seorang pemuda dengan sorot mata yang tajam. Fei Wei terpesona, bahkan mulutnya sedikit menganga di balik cadarnya ketika memperhatikan wajah pemuda itu.

Mereka saling menatap dan seolah waktu melambat memberikan ruang kepada mereka untuk saling mengenal.

"Ngiiiihihihi!"

Pemuda itu mengeluarkan jurusnya untung menenangkan kuda tersebut tanpa melonggarkan pelukannya pada Fei Wei.

"Nona tidak apa?" tanyanya pada Fei Wei.

"Ha.. Oh iya hamba tidak apa. Terima kasih karena tuan telah membantu hamba,"

"Nona! Apa nona terluka?"

"Kakak tidak apa kan?"

"Kalian tenang lah, untung ada tuan...."

"Rei, panggil saja Rei,"

"Nah, untung ada tuan Rei ini yang menolongku, kalau tidak entah sudah dimana aku saat ini,"

Wajah mereka bertiga masih terlihat sedih dan panik mengingat kejadian beberapa saat yang lalu.

"Hei, kalian tidak usah sedih seperti itu," Fei Wei berusaha menghibur mereka.

"Terima kasih tuan Rei atas pertolongan tuan, hamba tidak tahu apa yang akan terjadi kepada hamba jika tuan tidak datang,"

"Tidak usah sungkan, saya hanya kebetulan lewat saja dan melihat nona dalam bahaya,"

Tatapan mata mereka bertemu dan itu menimbulkan sebuah perasaan aneh di dalam diri Fei Wei.

"Kalau begitu saya permisi, jika berjodoh mungkin kita akan bertemu lagi suatu hari nanti,"

"Terima kasih tuan,"

Transmigrasi Where stories live. Discover now