10

3.5K 410 2
                                    

Cerita ini merupakan asli karanganku sendiri, bila ada kesamaan latar tempat, nama, cerita, dan lain hal, itu bukanlah sebuah unsur kesengajaan. Cerita ini adalah cerita yang sangat umum di dapatkan. Hanya karya yang ku buat untuk menuangkan imajinasiku saja.

***

HAPPY READING

***

"Siapa disana!" ucap Fei Wei waspada.

Ia mengedarkan pandangannya ke segala arah mencari siapapun yang berada di sekitarnya.

"Kita bertemu lagi,"

Suara dari belakang Fei Wei mengagetkannya membuat tangannya dengan refleks ingin memukul orang itu.
Untung saja seseorang itu dengan sigap menghindar.

"Kau?"

"Ia, aku tidak menyangka bisa bertemu seseorang di dalam hutan yang di takuti semua orang, lebih-lebih seseorang yang pernah ku selamatkan,"

"Ternyata anda masih mengingat saya, boleh ku tanya alasan anda masuk ke hutan ini tuan?"

"Ekhm"

Fei Wei baru sadar jika tuan Rei yang pernah menolongnya tidak sendiri, tetapi bersama seseorang yang terlihat lebih tua darinya.

"Perkenalkan, dia Lee sahabatku. Kami disini hanya ingin mencari tanaman herbal dan melihat keadaan di hutan ini. Nona sendiri sedang apa?"

"Saya juga memiliki tujuan yang sama dengan tuan,"

"Nona pasti bukan orang sembarangam karena bisa masuk sedalam ini di hutan keramat," ucap Lee yang sedari tadi hanya memperhatikan mereka.

"Saya hanya orang biasa saja yang beruntung tidak bertemu dengan sesuatu yang aneh di hutan ini, justru tuan-tuan sekalian yang bukan orang biasa,"

"Nona, sepertinya tuan-tuan ini bukan orang biasa, aku bisa merasakannya, terutama tuan Rei ini. Kekuatannya cukup kuat,"

"Aku tahu Yang, aku juga bisa merasakannya sejak pertama kali kami bertemu,"

"Kalau begitu saya permisi lebih dulu untuk mencari tanaman yang saya cari,"

Fei Wei meninggalkan mereka tanpa berbalik sedikitpun.

"Sejak kapan putra mahkota kita yang terkenal kejam dan dingin bisa kenal dengan seorang gadis?" Lee mulai mengejek pangeran Sung.

"Sudah ku bilang jangan pernah memanggilku putra mahkota jika kita berada di luar,"

"Ia, ia aku tahu, aku hanya penasaran saja,"

"Hanya kebetulan saja, dan ku minta mulai sekarang panggil aku Rei saja,"

"Astaga, kau sungguh ingin membunuhku. Kau tahu dengan memanggilmu pangeran saja aku hampir kehilangan kepalaku, bagaimana jika aku hanya memanggilmu Rei, bisa mati aku detik ini juga,"

"Siapa yang berani membunuhmu selama ada aku,"

Lee yang mendengar perkataan pangeran Sung hanya bisa patuh. Mereka keluar dari hutan keramat.

Transmigrasi Where stories live. Discover now