34

1.8K 234 10
                                    

Cerita ini merupakan asli karanganku sendiri, bila ada kesamaan latar tempat, nama, cerita, dan lain hal, itu bukanlah sebuah unsur kesengajaan. Cerita ini adalah cerita yang sangat umum di dapatkan. Hanya karya yang ku buat untuk menuangkan imajinasiku saja.

***

Typo Bertebaran

***

HAPPY READING

***

"Aaaaaaaaa!"

"Maaf nona, aku terlambat,"

Fu mengangkat Fei Wei dari dalam air lalu membawanya ke bagian atas goa.

"Aku kira aku akan mati ditangan ikan-ikan gila itu. Untung saja kau datang tepat waktu Fu,"

"Sudah menjadi tugasku nona,"

"Bagaimana kita keluar dari tempat ini? Aku sungguh lelah harus melawan begitu banyak monster,"

"Naiklah ke punggungku, akan ku antar nona keluar dari sini,"

Fei Wei menaiki punggung Fu, lalu mereka terbang semakin tinggi. Ia akhirnya dapat melihat langit yang ternyata sebentar lagi akan menggelap.

"Fu antarkan aku ke belakang kamarku, disana cukup sepi. Aku tak ingin ada yang melihatmu,"

Tanpa menjawab, Fu lalu menambah kecepatannya.

Saat sampai di perkemahan mereka, ternyata sudah banyak yang berkumpul. Fei Wei turun dari punggung Fu.

"Fu, mulai sekarang ikutlah denganku dan berubahlah menjadi burung kecil. Aku akan menyembunyikan kekuatanmu sehingga tak akan ada yang sadar jika kau adalah burung pheonix tingkat 19,"

Fu merasa senang karena akhirnya ia dapat bersama dengan tuannya setelah penantian yang begitu lama.

Setelah berubah menjadi burung kecil berwarna merah, Fu bertengger di bahu kanan Fei Wei. Mereka kemudian berjalan menuju ke arah murid-murid yang lain.

"Fei, akhirnya kau kembali!" Di yang melihat Fei Wei langsung memeluknya erat. Ternyata ketiga temannya menghawatirkannya sedari tadi.

"Kami sangat khawatir karena kau belum kembali," ucap Han sambil memegang tangan Fei Wei.

"Tenanglah, aku tak apa. Sebenarnya tadi aku beristirahat karena kelelahan. Saat membuka mata ternyata hari sudah mulai menggelap,"

"Bagaimana mungkin kami tidak menghawatirkanmu, terakhir kali kau sedang melawan monster laba-laba itu, dan aku meninggalkanmu sendiri,"

"Kalian jangan meremehkanku. Laba-laba jelek seperti mereka tidak akan bisa melawanku, buktinya aku baik-baik saja sekarang,"

"Eh, kenapa ada burung di bahumu?" pertanyaan Han membuat mereka teralihkan dengan sosok burung kecil Fu.

"Waaah lucu sekali, dimana kau mendapatkannya Fei?"

"Aku tanpa sengaja bertemu dengannya ketika sedang berjalan menuju ke sini," jelas Fei Wei kepada Di yang sedari tadi terus saja kepo dengan Fu.

"Waaaah, aku juga ingin memiliki burung kecil imut sepertinya" dengan perasaan senang Di mengusap kepala Fu.

"Auw"

Fu mematuk tangan Di, berani sekali seorang manusia biasa memegang kepalanya yang agung. Jika ia tahu, mungkin mendekat saja ia tak akan berani.

"Sudahlah, lebih baik kita berkumpul bersama yang lain," ucap Fei Wei lalu berjalan mendahului mereka.

Transmigrasi Onde histórias criam vida. Descubra agora