Part 30: Rumah Sakit (1)

3K 507 360
                                    

"Pasien ini kenapa?"

"Ah! Pasien ini patah tulang kaki pak." Kun senyum ke dokter yang waktu itu sempat marahin dia.

"Ini pasien saya. Kamu tidak usah urus." Salah satu dokter lagi tiba-tiba masuk dalam ruangan.

Kun cuma senyum canggung aja.

"Pergi kamu!"

Dokter yang satu itu akhirnya pergi.

"Jadi ada sembilan?"

Kun ngangguk.

"Woy Kun!" Lucas manggil.

"Hah?"

"Panas anjir kaki gue! Pegel juga." Lucas nunjuk kakinya yang diperban.

Pak dokter yang liat cuma ngakak. "Haduh... haduh... aneh-aneh aja kalian. Semoga misi kalian berhasil deh."

"Makasih pak."

"Saya juga nggak mau vaksinnya disalahgunakan. Jadi saya dukung kalian."

Kun ngangguk.

"Sembilannya lagi biar saya urus! Telpon aja teman-teman kamu." Pak dokter nepuk-nepuk pelan bahunya Kun.

"Iya pak. Saya hubungi teman-teman saya sekarang."

Pak dokter ngangguk. "Semangat! Nanti kalo temenmu yang lain udah ada bakalan pindah ruangan." sebelum keluar dia kasih semangat ke Lucas.

"Ehh... iya pak! Semangat 45!" Lucas senyum lebar.

Ini emang rencana mereka, tepatnya dari Hwasa.

"Kun, lo yang bisa bantuin kita."

Kun angkat sebalah alisnya. "Maksud? Kenapa gue?"

"Ya karena cuma lo yang kerja di rs. Jadi gini, satu pasien yang bisa temenin cuma satu orang. Nah, kita ada dua puluh, jadi sepuluh dari kita bakalan jadi pasien. Ngerti? Ah, min satu karena Kun jadi dokternya." Hwasa natap satu-satu.

"Kagak." Yuta geleng kepala.

"Anjim!" Doyoung ngakak. "Lanjut Hwa."

"Karena kita pasien pura-pura jadi kita butuh akses biar masuk dalam rs jadi kita butuh lo." Hwasa natap Kun. "Nah! Karena ini Corona, lo kasih kita di ruangan kelas paling bawah aja. Nggak usah sok VIP VVIP apalah itu! Satuin aja kita semua, kan kita bukan pasien covid."

Kun ngangguk ngerti. "Tapi susah! Ruangan kelas bawah aja cuma diisi enam pasien sekarang."

"Terobos aja anying!" Hwasa decak kesel. "Mau enam, mau berapa penting nggak banyak keluarin biaya."

"Kenapa ngga minta tolong polisi yang bayar biayanya?" Xiaojun nanya.

"Nah eta!" Chaerin nunjuk Xiaojun. "Suruh pak komandan yang bayar. Seenggaknya kerja sambil nyantai, eaaa!"

"Ea ea ea! Namanya juga kita ngebantu woy!" Yangyang lipat dua tangan depan dada.

"Yaudah, nanti gue diskusi dulu sama pihak rumah sakit yang bisa diajak kerja sama." Kun ngomong.

"Tapi jangan sampe bocor!" Jessi udah wanti-wanti. "Kalo sampe bocor, batal semua!"

Kun angkat jempol. "Iya, nanti gue coba cari orang yang bisa dipercaya."

"Nah sekarang!" Jessi senyum lebar. "Kita voting siapa yang jadi pasien sama siapa yang jaga!"

"Gue yang jaga!" Taeyong udah duluan milih.

"Kagak! Biar adil pake kertas!" Doyoung berdiri dia jalan ambil kertas di lemari.

"Oh gitu... " Winwin bantuin Doyoung buat robek kertas jadi kecil-kecil.

NCT: Organisasi Bobrok [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang