11

37K 3.7K 635
                                    

Demi tuhan Jaemin menghabiskan satu jam untuk menutupi bekas gigitan Jeno di lehernya yang kabar buruknya Jeno kembali membuat kissmark di lehernya tadi pagi tepat setelah mereka bangun. Tiba tiba saja Jeno langsung menggesekkan hidungnya keleher Jaemin dan mengigit leher itu gemas hingga kemerahan. Jaemin hampir menyerah ketika make up sama sekali tidak bisa menyembunyikan merahnya bekas bekas yang ada di lehernya.

Jaemin menatap dendam pada Jeno yang sedang makan sereal dengan tenang sambil memainkan ponselnya, Jaemin meremas sendoknya dengan erat, dingin sekali dia mencolokkan sendok itu ke mata Jeno.

Jaemin meletakkan sendoknya, lalu berdiri “Aku selesai, ayo berangkat.” kata Jaemin, lalu pergi keluar mendahului Jeno.

Jeno hanya menurut, dia pun menyusul Jaemin sambil membawa helm untuk anak itu. Jeno menyalakan motornya lalu menginterupsi Jaemin agar segera naik ke atas motornya dan mereka segera berangkat ke sekolah.

Anehnya setelah Jaemin sudah naik di atas motor, Jeno belum juga menjalankan motornya, apa Jeno lupa cara mengendarai motor?

“Yak, cepat kita bisa terlambat!” seru Jaemin.

“Berpegangan dengan benar Jaemin, kau bisa jatuh.”

“Aku sudah benar—”

Jeno mengarahkan tangan Jaemin yang awalnya berada di pundaknya, lalu melingkarkan ya ke pinggang kekar Jeno. Membuat Jaemin harus membungkuk dan seakan memeluk Jeno dari belakang.

“Yak, ini menggelikan.”

Jaemin hendak melepaskan pelukan itu, namun Jeno menggenggam tangannya. Jaemin mengurungkan niatnya, menghela nafas dan akhirnya pasrah, Jeno mulai menjalankan motornya ke sekolah.

***

“Oho! Aku tahu kau melakukannya dengan Jeno!” kata Haechan sambil menunjuk Jaemin.

“Ck, apa maksudmu, sialan.” Jaemin kesal, dia malas mendengar nama Jeno. Dia langsung merebahkan kepalanya di meja.

“Itu terlihat sangat jelas, Jaemin. Aku yakin guru akan bertanya padamu.” ledek Renjun

Jaemin hanya berusaha menutupi bekas itu dengan kerah bajunya. “Katakan saja digigit nyamuk.”

“Nyamuk bernama Lee Jeno.”

Renjun dan Haechan tertawa puas sekali melihat Jaemin yang semakin kesal, apa kata Haechan dia sudah yakin akan berakhir Jaemin dan kakaknya itu. Hal itu diperkuat dengan Jaemin dan Jeno sama sama tidak masuk sekolah kemarin, anehnya ponsel mereka juga tidak bisa dihubungi.

Haechan jadi ingin menebak kira-kira ada berapa ronde yang mereka habiskan sampai tidak pergi ke sekolah dan tidak bisa dihubungi.

Jaemin hanya menghela nafas pasrah, berusaha menyangkal pun kenyataanya memang seperti itu, satu-satunya yang Jaemin permasalahkan hanyalah kenapa Haechan berbicara begitu keras, itu mengganggu telinganya dan bagaimana jika seseorang mendengarnya.

“Jadi, Jaemin, bagaimana rasanya melakukannya dengan Lee Jeno?”

“Yak, berhenti membahasnya itu memalukan.” pipi Jaemin sudah memerah sekarang, antara kesal dan juga malu.

“Ahahaha haechan, lihatlah wajahnya.”

“Haishh..”

Jaemin yang kesal akhirnya keluar dari kelas dan pergi menuju rooftop. Namun sepertinya itu adalah pilihan yang salah, dia melihat Jeno sedang menyalakan korek api untuk membakar sebatang rokok. Lee Jeno gila, bagaimana bisa dia merokok di sekolah.

brother | nomin [END]Onde histórias criam vida. Descubra agora