season 2 : 4

14.1K 1.8K 162
                                    

Berbekal dengan sisa-sisa keberanian dan rasa rindunya, Jaemin memegang ponselnya dengan erat di depan sebuah unit apartemen yang kata Mark ini adalah milik Jeno. Simpelnya, Jaemin ingin meminta maaf karena pergi begitu saja dari mobil Jeno tadi sore, namun saat akan memencet tombol bel Jaemin menjadi ragu. Apa tidak apa-apa bertamu pukul 11 malam? Pasalnya Jaemin baru sempat datang karena ada pasien yang harus dia jaga.

Jaemin memutuskan untuk memencet bel itu, belum sempat dia memencetnya pintu sudah terbuka menampakkan Jeno dengan kaus hitam dan celana pendek serta handuk yang tersampir di pundaknya, sepertinya lelaki itu baru mandi karena rambutnya basah. Lelaki itu tampak sangat tampan.

Jeno tersenyum, seolah tindakan Jaemin tadi sore sama sekali tidak menyakitinya, “Masuklah, Mark bilang kau menanyakan alamatku, aku sudah menunggumu sejak tadi." Jeno membuka lebar pintu unit apartemennya.

Jaemin mengangguk, lalu ikut masuk ke dalam unit tersebut, dia meletakkan ayam goreng yang dia beli tadi. “Aku membelikanmu ayam yang kau suka dulu, aku tidak tahu apa kau masih menyukainya atau tidak.” akhirnya Jaemin mampu bersuara.

Jeno menatap bingkisan yang dibawa Jaemin dan mengambilnya, dia tersenyum dan mengucapkan terima kasih. “Apa kau sudah makan? Sepertinya kau baru saja kembali dari rumah sakit, aku bisa mencium bau obat dari bajumu." Ucap Jeno.

Jaemin jadi mengendus baunya sendiri, ah benar dia bau obat. “Ah iya, aku baru saja menyelesaikan pekerjaanku hari ini.”

“Mandi lah, pakai pakaianku saja, kau harus bersih-bersih, setelah itu kita makan ayam bersama.” ucap Jeno, menyilahkan Jaemin untuk memakai kamar mandi dan pakaiannya.

Jaemin menimbang dan akhirnya mengangguk, setuju dengan usulan Jeno karena dia cukup lelah dan ingin segera membersihkan dirinya.

//

Ketika Jaemin selesai mandi, Jeno sudah menyiapkan semua makanan di atas meja makan. Sepertinya Jeno juga membeli beberapa makanan agar bisa makan lama bersama Jaemin. Jika seperti ini, mana mungkin dia bisa menolak.

“Aku membelikanmu sup, ayo makan sebelum semuanya jadi dingin." Kata Jeno.

“Jeno, soal tadi siang—"

“Jaemin, kita bahas itu nanti, sekarang makanlah dahulu.” ucap Jeno, lalu dia menyendokkan sup ke mangkuk dan meletakkannya di depan Jaemin.

Jaemin akhirnya memilih untuk menuruti Jeno dan memakan makanan yang dia beli tadi, begitu pula dengan Jeno. Keduanya makan bersama untuk pertama kalinya sejak beberapa tahun. Hanya makan malam sederhana dengan beberapa menunya dibeli dari restoran cepat saji.

Namun, Jeno berani berkata dia tak pernah sesemangat ini untuk menghabiskan makanannya selama beberapa tahun terakhir. Korea dan Jaemin adalah rumah yang sudah lama Jeno tinggalkan, keadaan yang memaksanya.

Makan malam telah usai, ketika Jaemin hendak membereskan semua peralatan makan yang digunakan mereka, Jeno berkata tidak perlu. Seseorang akan membersihkannya untuk Jeno nanti, sehingga Jaemin kembali menurut pada Jeno selaku pemilik rumah dan duduk di balkon apartemen Jeno yang menghadap langsung ke lampu-lampu kota.

Keduanya duduk bersebelahan, Jaemin memandang pemandangan kota sembari menyesap beer sedangkan Jeno menatap Jaemin sambil menyesap rokoknya.

“Bolehkah aku merokok, Dokter Na?” tanya Jeno.

Jaemin mengangkat bahunya, “Jika aku melarang apa kau akan melakukannya? Terserah padamu saja.” Jaemin membalasnya dengan bercanda.

brother | nomin [END]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ