season 2:9

8.5K 661 42
                                    

Pagi ini mereka kembali di temukan dalam sebuah meja makan. Ternyata Jaemin yang membuat semua makanan yang akan mereka santap pagi ini. Yoona dan Donghae pun sudah kembali ke rumah, setelah semalam memutuskan untuk berbicara empat mata dan mencari tempat istirahat yang lain.

Suasana pagi ini jelas sekali sangat canggung, tapi tidak bisa dipungkiri bahwa moment mereka berempat duduk satu meja makan untuk makan bersama adalah hal yang sudah lama sekali tidak terjadi. Yoona mengambil inisiatif untuk mengisi piring masing-masing anggota keluarganya dengan nasi. Sepertinya sang ibu sudah jauh lebih tenang dibandingkan semalam.

Sarapan pagi ini dilalui dengan hening, mereka berpindah dari ruang makan menuju ruang keluarga untuk membahas hal yang sudah seharusnya mereka bahas sejak lama. Yoona menyeduh teh untuk mereka berempat, Jaemin tampak menyeruputnya pelan-pelan karena terasa masih cukup panas.

"Ibu sudah berbicara dengan ayah kalian semalam. Dia berkata kalau masalah ini harus dihadapi dan ditegaskan, tidak bisa lagi ibu atau ayah menutup mata dari permasalahan ini. Ibu sudah lama mencoba menutup mata, namun ternyata kejadian ini akan tetap terjadi di luar pengawasan ibu." Ucap Yoona, semuanya mendengarkan dan tidak ada yang berniat menyelanya.

"Kalian pasti tahu, ini tidak mudah bagi ibu. Ibu merasa bingung dengan apa yang harus ibu katakan dan ibu tidak tahu bagaimana cara menghadapinya. Tapi ibu ingin kedua putra ibu bahagia, baik Jeno maupun Jaemin, kalian berdua adalah putra ibu dan ibu tidak pernah berniat untuk membunuh kebahagiaan kalian." Yoona menghela nafas.

"Ayah kalian berkata bahwa ibu tidak boleh egois dalam hal ini, tapi ibu juga tidak bisa berbohong jika ibu sangat kecewa." Yoona menatap kedua putranya yang sedang menunduk sedih mendengar ucapannya itu.

"Lakukanlah apa yang kalian inginkan, meski membutuhkan waktu yang lama, ibu akan mencoba untuk menerima."

Jaemin mendongak menatap ibunya, Yoona tersenyum sendu pada Jaemin. Jaemin mengigit bibirnya menahan tangis, namun Yoona merentangkan tangannya meminta Jaemin dan Jeno untuk mendekat. "Kemarilah anak-anakku."

Jeno tersenyum lega, ia bersama Jaemin memeluk sang ibu. Yoona mengusap kepala kedua putranya dengan lembut, dia mengecup keduanya. "Ibu merasa lebih tenang karena kalian akan menjaga satu sama lain kedepannya." Ucap Yoona kepada kedua putranya.

"Terima kasih ibu, aku akan menjaga Jaemin." Ucap Jeno.

//

"Kalian mendapat izin dari ibu kalian?!" Haechan tercengang mendapat kabar dari Jaemin pagi ini.

Jaemin mengangguk sambil membenarkan snellinya, Haechan langsung mencercanya dengan berbagai jenis pertanyaan. Tidak percaya bahwa Yoona semudah ibu memberikan Jaemin izin, padahal wanita itu bertahun-tahun dengan keras mencoba menjodohkan Jaemin dengan Minju.

"Wow." Haechan bahkan tidak bisa berkata-kata lagi.

"Jadi, apa yang akan terjadi selanjutnya? Kau akan menikah dengan Jeno?" Tanya Haechan.

"Kita masih jauh dari itu, tapi mungkin aku akan tinggal dengan Jeno sementara waktu, dan jika Jeno harus kembali ke Amerika aku akan ikut bersamanya. Jeno akan mencarikanku pekerjaan di rumah sakit di Amerika nantinya, atau mungkin aku akan melanjutkan studiku." balas Jaemin.

"Kau sudah serius rupanya.." Haechan tersenyum tenang, dia menepuk bahu Jaemin menandakan bahwa Jaemin sudah bekerja keras selama ini.

"Tentu, apa menurutmu aku menunggu Jeno selama ini bahkan tanpa berkomunikasi bertahun-tahun aku tidak serius?"

Haechan terkekeh, "Aigooo Jaemin, aku bangga dan bahagia untukmu!"

"Aku juga sangat bahagia." Ucap Jaemin sambil tersenyum samar.

Jaemin merasa seolah semua permasalahannya sudah berakhir, penantiannya bertahun-tahun pun telah usai. Sang ibu sudah memberikan izinnya sehingga Jaemin tidak perlu lagi berbohong.

//

Jeno tersenyum menatap bunga yang dia bawa untuk Jaemin, sebenarnya dia sudah lupa apakah Jaemin menyukai bunga atau tidak. Tapi, Jeno hanya ingin membawakan sesuatu ketika menjemput Jaemin hari ini. Kondisi hatinya tentu sangat bahagia sejak beberapa saat yang lalu, dia pun baru saja membelikan Yoona sebuah tas dari brand terkenal sebagai ucapan terima kasihnya karena telah mengizinkan dirinya dan Jaemin menjalin hubungan.

Dari jauh Jeno bisa melihat Jaemin keluar dari area rumah sakit sambil kerepotan membawa tas dan snellinya, dengan sigap lelaki itu keluar mobil dan membantu Jaemin membawa barang bawaanya.

"Terima kasih." ucap Jaemin.

"Kau membawa banyak sekali barang, tidak sekalian membawa rumahmu?" ledek Jeno.

"Ck, kalau bisa akan aku bawa rumahku ke rumah sakit ini. Kau tahu, aku bahkan pernah berada disini dua bulan tanpa pulang ke rumah sekalipun."

Jeno terkekeh melihat kekasihnya itu masih saja galak, kemudian Jeno menaruh barang-barang itu di kursi belakang sehingga Jaemin tidak kerepotan lagi.

"Aku membeli bunga untukmu." Jeno memberikan bunga itu pada Jaemin.

"Sepertinya kau sangat bahagia sampai memberiku bunga." Kata Jaemin

"Tentu saja, memang kau tidak bahagia?"

"Aku jauh lebih bahagia darimu!"

Mobil mereka berdua melaju menuju pantai, Jeno menjanjikan akan mengajak Jaemin ke pantai untuk melihat matahari terbenam dan juga bintang-bintang saat malam hari. Perjalanan diisi dengan canda tawa mereka yang merasa tidak ada beban lagi di dalam hidup mereka. Rasanya seperti anak sekolah yang baru saja menyelesaikan ujian, mereka bersenang-senang.


//

Jeno merebahkan dirinya diatas tikar dengan kepalanya dipakuan Jaemin, Jaemin mengusap-usap rambut Jeno sambil merasakan hembusan angin di pantai sore ini. Pantai ini begitu sepi mungkin karena hari ini bukanlah hari libur sehingga tidak banyak yang datang berkunjung. Jeno hampir tertidur karena nyaman, sampai ketika Jaemin bertanya apa yang akan mereka lakukan selanjutnya.

"Apa yang akan kita lakukan selanjutnya?" Tanya Jaemin pada Jeno.

Jeno bangkit dari posisinya, dia lalu duduk di sebelah Jaemin. Angin yang datang dari laut membuat rambutnya berantakan, tapi menutup Jaemin hal itu justru membuat Jeno semakin tampan.

"Aku berencana untuk kembali ke Amerika, Jaemin. Bagaimanapun, pekerjaanku ada di Amerika. Aku datang ke Korea hanya untukmu, bukan untuk mengambilmu pergi tetapi untuk menjemputmu dan hidup bersamaku." Jeno menjelaskan rencananya pada Jaemin.

"Tapi aku tidak terburu-buru, kau bisa tetap bekerja untuk sementara waktu disini. Aku juga tidak bermaksud untuk menghalangi karirmu karena aku—"

Cup!

Jaemin mengecup bibir Jeno, dia tersenyum menangkan. Jeno benar-benar dibuat gila dengan senyum Jaemin dan rambutnya yang berantakan karena angin laut. Pria itu menangkup wajah Jaemin dan membawanya ke ciuman yang dalam, penuh perasaan.

Ciuman itu terlepas sejenak, Jaemin menatap mata Jeno dari jarak yang sangat dekat. "Kemanapun kau pergi, aku akan bersamamu, Jeno." ucap Jaemin.

Oh sial, jantung Jeno semakin menggila mendengarnya. Jaemin menarik tengkuk Jeno dan mencium kembali lelaki itu. Hisapan-hisapan itu adalah hisapan yang sangat memabukkan bagi Jaemin, rengkuhan Jeno pada pinggangnya memberikan kesan kepemilikan pada Jaemin.

Mereka berdua berciuman disaksikan oleh matahari yang tenggelam, membiarkan kegelapan malam mulai menutupi kedua insan yang sedang memadu kasih itu. Memberikan mereka bahagia dengan dunianya, berbagai ciuman, menghangatkan tubuh dengan pelukan mereka. Mereka saling mencintai.




//

Ai ajuns la finalul capitolelor publicate.

⏰ Ultima actualizare: Dec 20, 2022 ⏰

Adaugă această povestire la Biblioteca ta pentru a primi notificări despre capitolele noi!

brother | nomin [END]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum