season 2 : 7

8K 931 82
                                    

Ada banyak rencana yang telah Jeno dan Jaemin susun untuk kehidupan mereka selanjutnya, kabar baiknya mereka sekarang sudah dewasa dan memiliki segalanya sehingga mereka mampu mengatur kehidupan mereka sendiri dan menanggung konsekuensinya. Meskipun restu dari sang bunda belum mereka dapatkan, namun restu dari sang ayah membuat mereka merasa lebih berani dalam mengambil keputusan.

Dua minggu sejak Donghae mengetahui bahwa Jeno dan Jaemin masih berhubungan dan menyatakan dukungannya, pasangan itu semakin mesra dan mulai berbicara mengenai banyak hal termasuk rencana masa depan mereka. Ini terdengar aneh bagi pasangan sesama jenis untuk memutuskan merancang masa depan bersama.

Namun, Jeno menjanjikan dunia yang berbeda untuk Jaemin. Dunia dimana Jeno dan Jaemin bisa saling mencintai tanpa gender yang membatasi mereka. Tidak ada norma dalam dunia mereka.

Hari sudah menunjukkan pukul 5 sore, seharusnya atau biasanya petang hari semua dokter sudah pulang ke rumah masing-masing mengingat shift hanya hingga pukul 4 sore. Kecuali, jika dokter itu memiliki jadwal jaga hingga malam.

Dan yang aneh adalah, Jaemin tidak memiliki jadwal apapun, shiftnya pun sudah selesai sejak sejam yang lalu. Namun, dia membantu Haechan dengan riang dan semangat di UGD. Haechan sendiri pun keheranan dibuatnya, alhasil dia hanya duduk memantau Jaemin yang tengah memeriksa pasien.

“Kira-kira apa yang membuatnya bersemangat seperti itu?" tanya Mark yang tiba-tiba datang mengejutkan Haechan.

“Sayang, kau mengejutkanku.” ucap Haechan.

“Pasti karena Jeno." Lanjutnya.

Mark terkekeh, dia mengusak puncak rambut Haechan, lalu pamit untuk memeriksa pasien di bangsal lainnya. Sepeninggal Mark, Haechan menghampiri Jaemin.

Haechan berdiri di sebelah Jaemin yang sekarang tengah menulis laporan, matanya mencincing melihat leher Jaemin yang beberapa spot terdapat kissmark. Lalu Haechan mendengus.

“Kau melakukannya berapa ronde dengan Jeno hingga kau bersemangat sekali pagi ini?” tanya Haechan.

Jaemin melotot kaget mendengar penuturan Haechan, “Bisakah kau pelankam sedikit suaramu? Dasar mesum!" Ejek Jaemin.

“Cih, jadi betul kau melakukannya dengan Jeno. Pasti sangat luar biasa hingga kau bersemangat dari pagi hingga sore hari.”

Jaemin mengabaikannya, dia mengecek ponsel dan dia tahu bahwa Jeno sudah menjemputnya didepan rumah sakit. Jaemin semakin bersemangat.

“Bye, Jeno sudah menjemputku.”

//

K

ali ini, mereka akan mengambil langkah besar. Yaitu bertemu dengan ibunda Jaemin. Ini terdengar sangat canggung, padahal ibu jaemin juga ibu Jeno. Berkali-kali Jeno meyakinkan Jaemin bahwa semuanya akan baik-baik saja. Mereka sudah terlalu lama menunggu dan menutupi hal ini dari Yoona. Jeno tidak mau sang ibunda merasa dibohongi lebih lanjut lagi.

Jaemin menyeritkan dahinya ketika melihat ke halaman rumahnya terdapat sebuah mobil putih yang sangat familiar. Mobil milik ibunda Minju. Detik itu juga Jaemin tahu ini tidak akan berakhir baik.

“Jeno, sepertinya lebih baik kita bicarakan ini pada ibu lain kali saja." Ucap Jaemin gelisah.

Jeno tentu menyadari kegelisahan kekasihnya itu, “Ada apa? Apa kau masih khawatir?”

Jaemin mengangguk cepat mengiyakan, tapi Jeno tidak pantang menyerah. “Sekarang adalah waktu yang tepat, Jaemin. Atau ibu akan semakin sulit menerima kita.”

brother | nomin [END]Where stories live. Discover now