season 2 : 6

13.3K 1.5K 265
                                    

Langit sudah berubah menjadi gelap ketika Jaemin melepaskan snellinya dan menyampirkannya di tangannya, membiarkan udara malam membawa kesegaran untuknya yang belum mandi seharian ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Langit sudah berubah menjadi gelap ketika Jaemin melepaskan snellinya dan menyampirkannya di tangannya, membiarkan udara malam membawa kesegaran untuknya yang belum mandi seharian ini. Menjadi dokter memang melelahkan, Jaemin mengakuinya. Sembari berjalan keluar rumah sakit, sesekali Jaemin menunduk dan menyapa setiap staf yang berpapasan dengannya.

Ternyata sudah ada yang menunggunya di depan lobi rumah sakit, Jeno menyambutnya dengan senyuman manis dan membuat pipi Jaemin tertarik untuk ikut tersenyum. Jaemin menghampiri Jeno, Jeno merentangkan tangannya berharap Jaemin menghambur ke pelukannya namun yang dia dapatkan hanyalah tepukan di pundak.

“Kita masih di depan rumah sakit, banyak yang melihat." Ucap Jaemin sedikit berbisik, lalu tersenyum kepada beberapa perawat yang menyapanya.

Jeno terkekeh, dia lupa Jaemin memiliki wibawa disini. “Baiklah, Dokter Na. Silahkan masuk ke dalam mobil." Jeno membukakan pintu mobil, kali ini Jaemin tidak menolak dan hanya tersenyum geli.

Jeno memastikan kepala Jaemin tidak terantuk bagian atas mobil dan menghalau bagian itu dengan tangannya, setelah Jaemin masuk dia menutup pintu mobil dan memutari mobil lalu duduk di kursi kemudi

Cup!

Jaemin mengecup pipi Jeno ketika pria itu baru saja duduk di kursi kemudi, Jeno terkekeh. Bagaimana bisa Jaemin mengambil inisiatif seperti ini? Jantungnya berdetak kencang hanya karena kecupan biasa, seperti remaja yang baru saja jatuh cinta.

“Jeno, pipimu merah?” ledek Jaemin.

“Kau seharusnya bilang jika ingin menciumku.” elak Jeno.

“Eii, tidak seru. Akan lebih menyenangkan jika tiba-tiba, jantungmu berdebar kencang bukan?" Ejek Jaemin lagi.

Jeno terkekeh dan mengangguk setuju, “Jantungku hanya berdetak untukmu.”

Baiklah, sekarang giliran Jaemin yang dengan mudahnya tersipu karena kata-kata manis yang dikeluarkan oleh mulut Jeno itu. Haruskah Jaemin menciumnya?

“Lihatlah, siapa yang tersipu sekarang?” Jeno membalasnya.

“Fokus saja menyetir!"

“Bagaimana aku bisa fokus menyetir, kau lah pusat duniaku, Jaemin.” Jeno semakin semangat menggoda Jaemin.

Jaemin menjejalkan permen jeli ke mulut Jeno secara paksa, “Lebih baik kau makan permen ini dan fokus menyetir saja! Kau itu dari dulu memang selalu saja tidak bisa fokus menyetir, bisa kau bayangkan apa yang akan terjadi jika kau tidak serius ketika menyetir???" Jaemin mengomel.

Benar-benar sosok yang berbeda dengan laki-laki yang harus berbicara secara tegas dengan perempuan, atau seorang dokter yang berbicara kepada pasiennya. Jaemin didekat Jeno, hanyalah dirinya sendiri.

“Baiklah, kekasihku sudah menceramahiku, ini artinya aku tidak boleh menentangnya atau dia akan menceramahiku lebih panjang lagi.”

Mobil Jeno melaju dengan kecepatan sedang karena jalanan cukup ramai, wajar saja karena sudah masuk ke jam pulang dimana banyak pekerja yang ingin kembali ke rumah masing-masing. Keduanya tidak lagi merasa canggung, mereka sudah kembali menemukan kenyamanan satu sama lain.

brother | nomin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang