6

36K 4.2K 1K
                                    

Jeno menuangkan air putih ke gelas minumnya untuk menghilangkan pening akibat meminum alkohol yang di bawa Mark. Di ruang keluarga teman temannya sudah kehilangan kesadarannya, tentu saja karena mereka terpaksa meminum alkohol, mereka saling memberi dare yang tidak mungkin di lakukan.

Jaemin meminum cukup banyak alkohol. Jeno jadi khawatir dengan kondisi saudaranya itu, tiba tiba saja sepasang lengan melingkar

di pinggangnya. Jeno terlonjak kaget, tapi kemudian dia menyadari itu adalah tangan Jaemin, jadi dia membiarkannya.

Jaemin memeluk Jeno dar belakang, memgusakkan hidungnya di leher belakang Jeno. Jelas Jaemin mabuk, nafas saudaranya itu menghangat.

“eung, jenooo..”

Jeno membalik tubuhnya, Jaemin hampir terjatuh karena bersandar pada tubuhnya. Jaemin bersandar pada dada Jeno, memeluk pinggang lelaki itu kuat.

Jeno menghembuskan nafasnya, “Ayo ke atas, kau mabuk.

“eung, Nana tidak mau berjalan!” Jaemin mendudukan dirinya di lantai, menggembungkan pipinya, dan melipat tangannya didepan dada seperti anak kecil
yang merajuk.

Dengan tidak berperasaan Jeno menggendong Jaemin seperti karung beras di bahunya, membuat Jaemin meracau digendongannya, hampir saja Jeno menjatuhkan Jaemin karena saudaranya itu banyak sekali gerak.

Jeno membuka pintu kamar Jaemin dengan satu tangannya, lalu membaringkan tubuh Jaemin di kasurnya, dia menghela nafas karena Jaemin ternyata cukup berat.

Jaemin terkekeh melihat Jeno, dia menatap Jeno dengan mata sayunya. “eung, apa kita akan melakukan sesuatu yang seperti di mimpi Nana? hihihi” Jaemin terkekeh, dia duduk lalu menenggelamkan wajahnya di selangkangan Jeno.

Jeno refleks menahan nafasnya, melihat Jaemin yang melakukan hal tidak terduga seperti itu, Jeno menahan kepala Jaemin yang terus bergerak di selangkangannya. “Apa yang kau lakukan, berhenti.”

Jaemin menatap Jeno dari bawah, “Melakukan seperti apa yang ada di mimpi Nana waktu itu, Nana melakukan ini pada Jeno hihi.”

Jaemin terus terusan memgusakkan hidungnya di selangkangan Jeno, yang lambat laun membuat kejantanannya bangun, tentu saja siapa yang tidak akan turn-on jika Jaemin menggodanya seperti itu.

Astaga Lee Jeno, ingat dia saudaramu.

Jeno menjauhkan kepala Jaemin, lalu berjongkok menjajarkan tubuhnya dengan tubuh Jaemin. Dia menatap mata sayu Jaemin, “Tidurlah, aku akan keluar.”

Jeno berdiri, tapi Jaemin menahan tangannya. “Kau selalu meninggalkanku, Jeno. Aku benci padamu!”

//


“Waktu itu—hiks Jeno bilang sayang Nana. Nana juga sayang Jeno, tapi kenapa Jeno punya kekasih. Hiks, Nana selalu diabaikan oleh Jeno, padahal Nana sangat suka pada Jeno, bahkan Nana bermimpi dengan Jeno!”

Jaemin meracau dalam pelukannya, Jeno menghela nafas lalu memainkan rambut Jaemin. Jeno menghela nafasnya, “Tidurlah.”

“eung, jenoo..”

Jaemin menarik narik bajunya, Jeno menatap ke arah Jaemin, lalu saudaranya itu menempelkan bibir mereka, kecupan itu berlangsung cukup lama sampai Jaemin jatuh tertidur.

Jeno menghela nafas, dia membaringkan Jaemin hati hati, lalu mengecup puncak kepala Jaemin, “Rasaku dan rasamu tidak sama Jaemin, kau menyayangiku sebagai saudaramu, aku menyayangimu sebagai Jaemin.”

“Tapi apapun itu, senang mendengarnya kalau kau menyayangiku.”

Jeno mendudukan dirinya, menoleh ke selangkangannya, hebat sekali dia menahan diri untuk tidak melakukan hal lebih pada Jaemin. Jeno langsung menuju kamar mandi menuntaskan hasratnya, tentu saja harus dituntaskan jika tidak dia tidak akan bisa tidur sampai besok pagi.

Apa yang Jeno bayangkan? Tentu saja itu adalah Na Jaemin, adiknya yang paling manis di dunia. Waktu itu Jeno tidak sengaja melihat badan Jaemin tanpa atasan ketika sedang berganti baju, puting merah muda Jaemin, kulit mulusnya membuat Jeno tidak bisa mengalihkan pandangannya

“eumhhh..”

dia mulai memompa kejantanannya, merasakan sensasi geli namun nikmat, mengingat beberapa saat lalu bagaimana Jaemin menatapnya dari bawah.

ah, kenapa tidak dia lesakan sama kejantanannya di mulut Jaemin tadi, akankah rasanya lebih menyenangkan dari permainan tangan?

“ahhh..”

Jeno mendongakkan kepalanya, memejamkan matanya, tangannya bekerja lebih cepat mengocok miliknya sendiri, sebentar lagi dia akan mencapai puncaknya.

Jeno mengeluarkan cukup banyak cairan putih, dia menghela nafasnya, lalu melepas semua pakaiannya dan mandi, sebenarnya permainan tangan tidak akan pernah memuaskan Jeno.

//

Jaemin ingin memecahkan kepalanya sendiri, selain karena kepalanya sangat sakit, tapi juga karena dia sangat malu dengan apa yang dia lakukan pada Jeno tadi malam. Bagaimana bisa dia berlaku seperti penggoda seperti itu. Dan bagian yang lebih buruknya, dia membeberkan rahasia yang selama ini dia jaga baik baik.

Jaemin mengacak rambutnya kesal, lalu pintu kamarnya terbuka, Jeno membawakannya obat mabuk dan juga sup yang mungkin Jeno beli. Jaemin mengalihkan pandangannya, tidak sanggup menatap wajah saudaranya.

astaga jantungnya berdetak sangat kencang, rasanya dia menjadi mual. Jeno meletakan nampan yang dia bawa di nakas sebelah tempat tidur Jaemin.

“Makanlah, aku membelikanmu obat juga. Teman teman sudah pulang.”

Jaemin mengangguk, “Jeno-yaa.” panggil Jaemin.

Jeno menoleh, menaikan sebelah alisnya, “Kau butuh sesuatu?” tanyanya.

“hng, tentang semalam—lupakan saja!” kata Jaemin malu malu.

Jeno terkekeh, “Bagian mana yang harus aku lupakan? Fakta kau menyayangiku, fakta aku mimpi basah pertamamu, atau kelakuanmu yang mengusakan wajahmu di selangkanganku?” Jeno menggoda Jaemin.

Lihatlah pipi Jaemin yang memerah itu, “YA ITU TIDAK BENAR! AKU MABUK!”

Jeno duduk di tepian kasur Jaemin, lalu memajukan wajahnya, “Orang yang mabuk kebanyakan mengatakan kejujuran jaemin.”

Jeno tersenyum manis, lalu mengusak rambut Jaemin. “Aku juga menyayangimu, aku tidak pernah meninggalkanmu.” lalu dia mengecup bibir Jaemin. Tubuh Jaemin membeku, tidak bisa berbuat apa apa.

Jeno meninggalkan kamar Jaemin, membuat Jaemin segera sadar apa yang baru saja Jeno lakukan padanya

“AAAAAKHHHH”

“NA JAEMIN BODOH!!!”

Jaemin mengumpat pada dirinya sendiri, Jeno baru saja menggodanya, astaga apa apaan ini. Tidak, Jaemin tidak boleh jatuh atau kalah saat Jeno menggodanya. Tidak masalah Jeno sudah tau semuanya, tapi Jaemin tidak akan jatuh semudah itu.

Jika Jeno menggodanya, Jaemin akan membalasnya, diam saja membuatnya terlihat seperti orang bodoh, Jaemin memiringkan senyumanya.

“Lihat saja siapa yang akan kalah duluan, kau atau aku”

Jaemin segera memakan sarapannya dan juga obat pengarnya, karena rasa peningnya tak juga hilang. Setelah ini dia akan membuat Jeno tersiksa dengan menggoda kakaknya itu. Jaemin terkekeh membayangkan bagaimana Jeno menahan ereksinya sendiri, sepertinya ini akan menarik.


//

brother | nomin [END]Where stories live. Discover now