season 2 : 8

9.2K 959 137
                                    

Keadaan rumah malam ini itu sangat keruh, bukan air yang dimaksud melainkan emosi dari ketiga orang yang ada di dalam rumah itu. Selepas kepergian keluarga Kim, ketiga orang yang ada di dalam rumah tersebut merasakan atmosfer yang tentu saja membuat mereka tidak nyaman. Dari wajahnya, jelas sekali terlihat bahwa Jaemin khawatir dengan apa yang terjadi saat ini di rumahnya, seorang ibu baru saja mengusir anaknya dari rumah. Sedangkan Yoona terlihat benar-benar dikendalikan oleh emosi, meskipun dia merupakan wanita yang ayu dan anggun, ternyata dia pun bisa dikalahkan oleh emosi layaknya anak remaja. Dan Lee Jeno, lelaki itu dengan berat hati berdiri dan mengambil langkah gontai untuk pergi meninggalkan rumah yang mana baru satu jam dia pijaki. Mungkin kehadirannya tidak akan bisa diterima lagi nanti.

Beruntungnya, sebelum keadaan semakin keruh, sang kepala keluarga datang membawa secercah solusi. Jaemin memang mengabari Donghae bahwa dia dan Jeno akan come out malam ini, awalnya mereka akan menunggu hingga sang ayah datang. Namun, keadaanya menjadi tidak terkendali saat ini. Donghae datang dengan setelan kerjanya, pria paruh baya itu menahan anak kandungnya sebelum Jeno pergi dari rumah.

"Yoona, bagaimana bisa seorang ibu mengusir anaknya dari rumah?" tanya Donghae, pria itu mencoba sabar, Donghae jelas lelaki yang bijaksana.

"Yeobo.." Yoona berusaha memprotes Donghae.

"Jeno, jangan keluar dari rumah. Kita selesaikan permasalahan ini saat ini juga. Permasalahan ini tidak akan selesai jika hanya dihindari." Ucap Donghae.

Jeno menurut, sedewasa apapun dirinya, sosok Donghae dan wibawanya selalu mampu membuat Jeno tunduk. Pria muda itu tidak jadi meninggalkan rumahnya. Jaemin yang merasa ibunya sudah mampu ditenangkan oleh sang ayah pun langsung menghampiri Jeno dan memeluk kekasihnya itu.

Jeno mendekap Jaemin dengan hangat, segala sakit yang ada di hatinya sedikit terobati oleh pelukan yang hangat itu. Jeno menghirup wangi manis dari rambut Jaemin, dia mengusap pelan punggung Jaemin, menenangkan kekasihnya dan meyakinkan bahwa semuanya akan baik-baik saja.

"Hsst, jangan menangis, aku baik-baik saja. Kita akan baik-baik saja, kau masih percaya padaku, bukan?" Bisik Jeno ke telinga Jaemin.

Jaemin mengangguk dalam pelukan Jeno, mendekap kakak tirinya lebih dalam lagi, menyembunyikan wajahnya di dada bidang Jeno. Pelukan yang hangat di tengah situasi yang pelik.

//

Keluarga Lee pun akhirnya duduk bersama di ruang keluarga, Yoona sudah cukup tenang setelah Donghae berbicara dengannya. Mereka duduk dengan tegang, terutama Jaemin. Sungguh, Jaemin merasa bersalah karena seolah akar permasalahan ini adalah Jeno seorang, dan yang disalahkan hanyalah Jeno. Padahal, dia pun ikut andil dalam hal ini. Jaemin tidak mengerti kenapa dirinya saat remaja dulu begitu bodoh dan melalukan banyak hal di luar batas.

"Jadi, kau masih memiliki perasaan pada Jaemin?" Tanya Yoona pada Jeno.

Jeno mengangguk, "Aku masih mencintainya, Ibu. Meskipun aku benar-benar sudah jauh dari Jaemin dalam waktu yang lama, aku masih tidak bisa menghilangkan Jaemin dari ingatanku. Aku rasa, aku benar-benar mencintainya, sejak aku kecil." ucap Jeno.

Yoona menatap Jeno tidak habis pikir, dia sendiri tidak tahu apa yang harus dia katakan. Kecewa pun Yoona tidak mengerti kenapa dia harus kecewa. Donghae berusaha mengerti perasaan istrinya, awalnya pria paruh baya itu pun berusaha menentang hubungan Jeno dan Jaemin. Namun, pada akhirnya Donghae berpikir kalau apa yang dia lakukan benar-benar egois, memaksakan kehendaknya pada kedua anaknya. Dua anaknya, dia bisa menghancurkan kehidupan kedua putranya itu.

Perasaan Jeno pada Jaemin tidak bisa berubah, namun ego dari orang tua pada anaknya dapat diubah. Orang tua macam apa yang menghalangi kebahagiaan anaknya, bagi orang tua tidak ada yang lebih membahagiakan dibandingkan melihat anak-anaknya bahagia.

brother | nomin [END]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora