06. Secret

301 59 9
                                    

"Kok gue di sini?"

Jeongin melihat sekelilingnya dengan tatapan asing. Pemandangan Chan, Felix dan Hyunjin yang berada di kedua sisinya membuatnya heran. Sementara di depannya terdapat meja yang tersedia banyak makanan.

"Ikutan pikun lo kayak Kak Changbin?"

Ucapan Hyunjin disambut tatapan tajam dari Chan, membuat pria itu menunduk dengan rasa bersalah.

Di sisi lain, Chan menyudahi sarapannya, kemudian menatap Felix serius. "Lix, ikut gue ke kamar. Ada yang mau gue omongin."

Walau bingung, Felix tetap mengangguk, lalu mengekori Chan masuk ke dalam kamar.

Hyunjin tak aneh melihat itu, ia tahu apa yang ingin Chan bicarakan, karena sebelumnya mereka berdua telah bersepakat mengenai suatu hal.

Seakan tahu bagaimana reaksi Jeongin, Hyunjin langsung menoleh ke arahnya, dan menjawab tatapan tanya itu dengan senyuman. Sementara Jeongin terus menatap penasaran punggung keduanya yang mulai menghilang karena terhalang pintu.

Tak lama, datang Jisung dengan beribu kepanikannya. Ia duduk di samping Hyunjin, lalu memegang pundaknya sembari mengatur napas. Membuat pria itu kebingungan melihatnya. "Apaan sih? Lo kena penyakit bengek?"

Han menggeleng tanpa suara, lalu menelan keras salivanya sebelum berkata."Gue mimpi dibunuh iblis! Serem banget anjir, pengin ngompol serius."

"Kasur aman?"

"Ya basah dikit sih, Bre." Jisung menyengir khas.

"Bodo amat cuci sendiri, gak mau tau gue."

Jisung tertawa melihat bibir dower Hyunjin dimanyunkan. "Canda."

Kata yang keluar dari mulut Jisung sedikit membuat Hyunjin lega, mengingat bagiannya di sini adalah mencuci baju. Melupakan Jeongin yang sedari tadi menggeleng melihat kelakuan kedua temannya.

"Next. Mimpinya kayak gimana?"

"Gue dibunuh pake gergaji mesin. Yang paling aneh, lukanya masih ada pas gue bangun, tapi ilang waktu disentuh."

"Ah, halu lo, Kak." remeh Jeongin tak percaya, lalu tertawa, yang langsung disambut toyoran dari Jisung.

"Serius gue, nyet! Semuanya kayak nyata."

"Apa jangan-jangan ini ada kaitannya sama kematian Seungmin?" tanya Hyunjin antusias, membuat semua pasang mata menatap ke arahnya. "Emang harusnya buku itu dibuang--"

"Gak ada yang boleh buang buku itu."

Suara dingin Chan terdengar, diikuti orangnya yang kini berdiri di depan mereka dengan tas hitam yang tersangkut di salah satu pundaknya.

" ... Gak ada yang namanya mistis. Kita harus cari orang yang udah manipulasi kematian Seungmin."

"Oh ya?" Han seketika menyolot. "Kalo lo gak percaya, kenapa lo masih simpen buku itu?"

Dengan sedikit gugup, Chan menjawab. Mata yang mengarah ke Jisung itu beralih ke ubin. "Ya buat menghormati bokapnya Seungmin."

Jisung tersenyum miring, mencurigai kegugupan Chan. "Emang gak ada yang bisa dipercaya."

Chan menggeleng acuh usai menatap punggung Jisung yang berjalan menuju kamar mandi, sebelum akhirnya memasukkan buku yang sempat diperdebatkan tadi ke dalam tasnya, dan duluan pergi ke Sekolah.

***


Pria bermarga Hwang sejak tadi sibuk berkutat dengan pensil dan selembar kertas di depannya.

Alisnya bertaut, tak mampu menjawab soal karena kasus Seungmin menyita waktu belajarnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Alisnya bertaut, tak mampu menjawab soal karena kasus Seungmin menyita waktu belajarnya.

Baru menyenggol Jeongin, tatapan tajam guru di depan seakan ingin menelannya. Hyunjin yang menyadari itu, hanya pura-pura tak melihat, padahal sedang mencari sasaran empuk yang lain untuk bisa diconteki.

Seketika bola mata Hyunjin berhenti di satu titik, di mana terdapat Jisung yang rupanya sedang menelungkupkan wajahnya di atas meja--tepatnya tertidur.

Ia menggeleng, lalu kembali fokus pada ulangannya. Kurang kerjaan sekali memperhatikan orang tidur. Namun baru beberapa detik berbalik, suara teriakan histeris Jisung yang baru saja terbangun mengisi keheningan kelas.

Pria itu sendiri sampai jatuh dari kursinya dan mundur ketakutan, seakan habis melihat sesuatu yang menakutkan. Sontak, sang guru pun langsung menghampirinya.

"Kamu gak papa? Kalo sakit jangan dipaksakan."

Jisung menggeleng tanpa suara, lalu menutup kuping dan memejamkan matanya. Napasnya terdengar memburu.

Tak tinggal diam, Jeongin, Felix dan Hyunjin langsung ikut mengerubungi pria itu.

"Lo kenapa, Sung?" Felix dan Hyunjin bertanya.

"Kak lo kenapa?" Jeongin berjongkok di sampingnya. Ia panik setelah mendengar Jisung berteriak histeris. Namun pria yang dikhawatirkan malah melepas sentuhannya dengan kasar.

"Kalo gue ngomong pun gak akan ada yang percaya."

"Gue percaya sama lo, Kak." ujar Jeongin meyakinkan.

"Tapi gak ada yang bisa gue percaya."

Jawaban menohok dari Jisung berhasil membuat Jeongin mematung di tempat.

"Sebenernya Kak Jisung kenapa?" benaknya dalam hati, mencemaskan keadaan Jisung yang kini berjalan sendirian ke ruang UKS.

***

LiveD | Stray Kids ✔️Where stories live. Discover now