16. Die

282 52 7
                                    

Setelah berkali-kali dibanting oleh tentakel Hyunjin, kaki Seungmin tiba-tiba bergerak dengan sendirinya tanpa ia kendalikan. Lama kelamaan, jaraknya semakin dekat dengan sebuah tali menjuntai yang tergantung di langit-langit atas.

Seungmin menggeleng ke arah Hyunjin yang menyaksikannya. Namun tekad Hyunjin sudah bulat, ia terpaksa melakukan itu karena menyayangi Seungmin.

"Jin," panggil Seungmin lagi dengan suara serak, entah untuk yang berapa kalinya. Sampai akhirnya kakinya naik ke kursi, dan tali yang melingkar di leher mencekiknya.

Tak lama, Seungmin pun tewas di tempat.

Dengan penuh kemarahan, Jisung memutar waktu beberapa hari ke depan. Saat di mana keadaan kembali seperti semula, dan semua orang dipenuhi dengan tanda tanya soal kematian Seungmin.

Jisung melihat dirinya sendiri tengah berdiskusi soal kematian Seungmin bersama ketujuh temannya, dan juga ayah dari Seungmin. Hari yang pernah ia alami sebelumnya.

Chan, Minho, Changbin, Felix, Seungmin ....

Ia sangat merindukan mereka dengan formasi lengkap seperti ini. Ia ingin ke masa-masa itu dan mencegah petaka yang datang. Jika saja ia peka, pasti semuanya tak akan pernah terjadi.

Bisakah ia tetap di sini? Tapi jika terus menatap masa lalu, Jisung tidak akan dapat bergerak untuk masa depan. Tujuannya datang ke sini untuk menyelesaikan masalah, bukan lari dari masalah. Cie yg tersindir -,-

Saat sedang asik mendengarkan, Jisung terkejut mengetahui Chan dapat melihat dirinya. Kedua manik hitam pria itu bertemu dengan maniknya. Beruntung saat itu Jisung asli sedang pergi ke toilet, jadi Chan tidak bingung melihatnya.

Kesempatan itu tak Jisung sia-siakan. Ia langsung mendekat dan berbisik pada pria berbahu lebar yang sudah bersiap mendekatkan telinga ke arahnya.

"Gue mau lo lebih berhati-hati sama temen-temen kita."

Chan menatap Jisung, mencari keyakinan yang ia ragukan. Mungkin ini yang membuat Chan jadi tak percaya pada hal mistis, dan bersiteguh pada pendiriannya.

Melihat Jisung asli sudah hampir tiba, Jisung segera pergi dari sana.

Pria itu kembali ke kelas lama Hyunjin, di mana tempat pusaran hitamnya berada. Setelah berhasil ke luar dari ruang waktu, Jisung melirik jam dinding, yang ternyata baru menunjukkan pukul 1. Itu artinya, penjelajahan waktu yang ia jalani selama berhari-hari hanya memakan waktu 1 jam.

"Sekarang sudah tau kan betapa berbahayanya Sam?" tanya ayah Hyunjin.

Jisung menghampiri kedua orang tua Hyunjin yang sudah menunggunya di kursi kayu. Ia duduk, dan memulainya dengan sebuah pertanyaan.

"Om, Tante, sebenernya, kenapa Sam bisa jadi manusia iblis?"

Ibu Hwang menjawab. "Ini memang kesalahan kami. Sejak awal pernikahan, kami tak pernah berhasil mendapat anak yang kami tunggu selama bertahun-tahun, sampai akhirnya kami putus asa, dan memutuskan datang pada iblis untuk meminta keturunan. Tapi ternyata, semuanya tak seperti harapan kami. Kehadiran Sam bagai petaka untuk kami."

"Sejak kecil, kami menekan dia untuk tidak merenggut jiwa orang lain, namun iblis tetaplah iblis. Sam tidak bisa mengendalikan hidupnya yang seharusnya menjadi miliknya." Pak Hwang berterus terang. "Tapi beruntung kamu mau datang ke sini dan memberitahukan keberadaannya. Setidaknya, ada harapan untuk mencegah penambahan angka korban."

"Tapi saya terlambat. Sam sangat manipulatif, dia mengubah identitasnya, agar tidak diketahui oleh kalian." Jisung membenamkan wajahnya di balik tangan. "Mungkin jika saya menghubungi kalian sejak awal, teman-teman saya tidak akan menjadi korban."

LiveD | Stray Kids ✔️حيث تعيش القصص. اكتشف الآن