01. Rumors

601 81 18
                                    

"Seungmin? Si pianis hebat itu bunuh diri?"

"Iya, baru meninggal kemarin."

"Kenapa bunuh diri? Dia gak punya alasan buat itu."

"Apa dia depresi?"

"Tapi dia hidup bahagia. Itu bukan alasan yang tepat."

"Dia bahkan buang kesempatannya menangin kontes piano."












Krieettt

"Jadi lo pada percaya Seungmin bunuh diri? Yakin dia relain semua piala ini?" Hyunjin berbalik posisi, menghadap ke-lima temannya usai menutup loker piala yang berdiri paling megah di antara rak lain.

Mendengar pertanyaan pria itu, semua ikut memperhatikan jajaran piala yang tertata rapih dari balik kaca transparan. Itu semua milik Kim Seungmin, pianis berbakat dari Seoul, dengan pencapaiannya yang luar biasa.

Mereka memutuskan pergi ke sana setelah mendengar kabar buruk tentang sahabat mereka yang tewas bunuh diri.

"Yaelah, boro-boro kepikiran bunuh diri, berdiri di ketinggian aja dia takut." timpal Jeongin, lalu menggelengkan kepala.

Di sebelahnya, Chan pun tampak ikut berpikir. Tangannya tak lepas membelai ujung dagu, sementara sikunya tertumpu di atas meja yang kosong. "Gue pribadi juga masih gak yakin sih. Soalnya waktu pulang Sekolah dia masih fine-fine aja, gak ada yang aneh."

Aneh? Minho berpikir sejenak, mencerna setiap perkataan yang terlontar dari mulut teman-temannya.

Memang benar, tidak hanya mereka yang merasa janggal, tapi juga semua orang. Sepanjang perjalanan ke ruang khusus, telinga mereka tak lepas dari desas-desus yang ada, apalagi saat melewati Koridor. Tapi saat mereka melontarkan tatapan dingin, semua akan senyap.

Entah itu yang berlalu lalang, atau pun berkerumun di tepian, mereka sama-sama sibuk menyayangkan kepergian Seungmin yang tiba-tiba, sedangkan mereka saja sangat tidak ingin mendengar itu. Kenyataan terlalu pahit. Pertanyaan 'mengapa dia melakukan itu?' terus berputar di kepala mereka.

Sulit memang mendengar berita kematian seorang pianis berbakat dengan banyak penggemar. Siapa pun akan mencintai Seungmin karena sikap hangatnya.

"Ah, taulah pusing gue. Palingan dia ngelindur pas bunuh diri." Changbin menyambar seenak jidat dengan sekaleng soda di tangannya.

Hyunjin tersenyum getir. "Gue suka lo berpikir positif, tapi kayaknya positif thingking sama bego itu beda tipis ya,"

Changbin buru-buru menyudahi tegukannya, dan melihat Hyunjin. "Lo ngatain gue bego?"

"Perlu gue ulang?"

Changbin memalingkan wajahnya, cemberut. "Mentang-mentang gue bukan Felix, seenaknya aja lo ngomong."

"Felix?" Seketika Jisung teringat dengan pria itu saat mendengar keributan kedua temannya. "Felix mana, jir?!"

"Lah iya, bahaya nih kalo sendirian." jawab Chan baru menyadari setelah melihat ke sekelilingnya.

Tak lama, datang dua orang siswa menghampiri mereka. "Woi, si aneh berulah lagi tuh."

Chan mengeraskan rahangnya mendengar sebutan tak mengenakan dari mulut siswa tersebut. Ia menatap kedua siswa itu dengan wajah datar.

Merasakan atmosfer ruangan berubah drastis dari sebelumnya, keduanya pun langsung cepat-cepat pergi dari sana.

"Tuh kan, baru juga dibilangin." desah Minho, malas.

LiveD | Stray Kids ✔️Where stories live. Discover now