08. Get Well

314 56 4
                                    

Sudah lama Jeongin menahan tubuhnya dari dorongan Felix. Kakinya hampir terpeleset jika saja ia tak sigap menyeimbangkan tubuhnya.

Tapi sejurus kemudian, Jeongin mendapat kekuatan untuk mendorong Felix, hingga dirinya jatuh menimpa tubuh pria itu.

Melihat Felix kesakitan, Jeongin memakai waktunya untuk kabur dari sana. Namun Felix juga tak kalah cekatan. Ia berhasil mendapatkan Jeongin kembali setelah pria tersebut hampir mencapai muka pintu.

Ia menonjok Jeongin, dan menyeretnya ke tempat semula. Jeongin yang memberontak kelepasan mendorong Felix, tatkala pria itu sedang menyiapkan pukulannya.

Jeongin yang syok dengan perbuatannya langsung melihat Felix yang sudah jatuh ke bawah dengan keadaan tergeletak--bersimbah darah.

Jeongin mundur ketakutan, sembari menutup telinganya, dan menggeleng. "Apa yang barusan gue lakuin?"

Ia menyandarkan tubuhnya yang sudah tak bertenaga, kemudian menelungkup di balik lutut. "Gue bukan pembunuh, gue bukan pembunuh!"

Dalam sesaat, isak tangis mulai terdengar.  Bahunya berguncang dengan hebat. "Kak Felix .., maafin gue. Jangan tinggalin gue .... "

Pria itu mulai memukuli dirinya sendiri. Membenturkan kepalanya ke tembok, meremas kedua tangannya yang dipenuhi keringat dingin, kemudian menjambaki rambutnya sendiri.

Hingga akhirnya Jeongin menghentikan perbuatannya, saat ia melihat sepatu kets putih muncul di celah lututnya.

Ia memandang teman-temannya yang kembali setelah meninggalkannya tanpa perasaan. Sialnya, mata berkaca-kaca itu malah menangkap senyum tak berdosa dari mereka. Apa mereka tidak waras? Mereka baru saja kehilangan salah satu dari teman mereka, dan sekarang mereka tertawa?

Jeongin berjalan menerobos tubuh mereka, menyingkirkan mereka yang semula berdiri berjajar di hadapan dirinya. Namun baru beberapa langkah beranjak dari sana, Chan berkata dengan senangnya.

"Akhirnya lo sembuh, Yen."

Langkah Jeongin lantas langsung berhenti. Ia berbalik, menghampiri Chan, Minho, Jisung, dan Hyunjin dengan tatapan tanya.

"Sembuh?"

Hyunjin mengangguk. "Lo sembuh dari kepribadian ganda lo. Felix itu sebenernya kepribadian lo yang lain."

Jeongin mengerutkan dahinya. "Kalian gila? Jelas-jelas Kak Felix itu nyata!"

Mendengar nada marah dari Jeongin, Minho segera membelai rambut pria itu. "Coba sekarang lo liat jasad Felix di bawah." ujarnya, menunjuk lantai dasar dengan dagu.

Walau sempat meragukan perkataan ke-empat temannya, akhirnya Jeongin percaya setelah melihat tempat di mana Felix jatuh, kosong. Tak ada sedikit pun jejak yang tersisa. Semua yang tadi dilihatnya lenyap begitu saja. Ternyata benar, Felix tidak benar-benar nyata. Tidak ada alasan untuk tidak mempercayai mereka.

Jeongin pun mengajak mereka semua duduk di pinggir balkon. Ketika melihat gedung-gedung di tengah perkotaan, serta angin sepoi-sepoi yang menyisir halus permukaan mukanya, ingatan masa lalu pelan-pelan mulai terbayang lagi di benak Jeongin.




Dia pergi lama sekali, lalu pulang hanya untuk menghajar istrinya sebagai pelampiasan kekalahannya bermain judi.

Saat itu, ibu menyuruhku masuk ke kamar agar tidak ikut terkena imbasnya. Aku menyetel musik keras-keras, sampai aku tak dapat mendengar rintihan kesakitan darinya. Tapi air mataku berlinang. Aku dapat merasakan sakitnya walau tidak melihat.

LiveD | Stray Kids ✔️Where stories live. Discover now