17. Bitter

293 58 9
                                    

Jisung mengambil napas, lalu melirik Jeongin dengan susah payah. "Cepet lari, Jeong!" Ia sengaja melepaskan tangannya yang sebelumnya mencekal kuat tangan Jeongin. Jeongin pun jadi semakin ketakutan.

"Gue gak mau ninggalin lo."

"Lari!" Sorot ragu itu dibalas dengan tegas oleh Jisung.

Akhirnya, Jeongin pun berlari sekencang mungkin meski kakinya masih sangat sakit. Belum lagi dengan suara batinnya yang ribut. Ia tidak ingin meninggalkan Jisung, tapi juga tidak bisa berbuat apa-apa. Ia juga tidak tahu ke mana orang tua Hyunjin pergi.

Jeongin memandang lesu saat kepalanya menoleh ke belakang.

"Gak mungkin Kak Hyunjin tega bunuh Kak Jisung, kan? Dia cuma lagi marah aja, kan?" Jeongin tetap berpikir positif seiring dengan langkah kecilnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Gak mungkin Kak Hyunjin tega bunuh Kak Jisung, kan? Dia cuma lagi marah aja, kan?" Jeongin tetap berpikir positif seiring dengan langkah kecilnya.

Saat sedang tertuju pada pikirannya, Jeongin reflek memekik ketika ada seseorang yang menariknya dan membawanya ke dalam gang sempit.

***



"Udah tau semuanya ya? Sayangnya lo udah terlambat, karena gue pemenangnya sekarang, pahlawan kesiangan." Hyunjin sengaja menekankan kalimat akhirnya dengan nada meledek--bermaksud untuk Jisung.

Pria yang tercekik pun memalingkan wajah dengan sulut emosi. "Seengaknya Jeongin selamat daripada gak tersisa sama sekali."

"Yakin selamat? Dia dicurangi oleh hidup dan terlahir sebagai pecundang. Anak se-malang itu gak pantes hidup sendirian di dunia ini."

"Lo yang buat dia sendirian, lo yang bikin hidup dia tambah hancur."

"Manusia emang bodoh, gampang terpancing sama hal-hal sementara. Hidup mereka cuma buang-buang waktu." cibir Hyunjin dengan tatapan licik.

"Persepsi orang beda-beda, tergantung cara berpikirnya, dan caranya bertindak." Jisung menegaskan.

"Ayolah, jangan munafik, lo juga pernah hampir nyerah, kan? Banyak hal yang buat lo bertahan, tapi yang buat lo nyerah juga gak kalah banyak."

Rahang Jisung mengeras. "Dasar iblis terkutuk, lo mungkin bisa hasut gue dulu, tapi enggak untuk sekarang. Kembaliin temen-temen gue!"

"Itu bukan salah gue, karena dari awal, gue gak pernah maksa siapapun untuk masuk ke dalam permainan ini. Seungmin buka aksesnya, dan menutupnya lagi, tapi kalian dengan sok tahunya cari tahu tentang kematian anak tamak itu. Pengorbanan Seungmin seharusnya gak sia-sia, kan? Manusia emang bodoh."

Manik merahnya menatap Jisung lebih lekat. "Nyari tahu pelakunya, sama aja dengan bunuh diri." bisik Hyunjin, napasnya yang hangat menyentuh telinga Jisung.

LiveD | Stray Kids ✔️Where stories live. Discover now