14. It's You?

268 53 0
                                    

Hari demi hari terus berganti. Jisung masih setia menyaksikan perkembangan dari Seungmin dan Hyunjin. Jujur saja, tak ada yang mencurigakan selain dua orang itu.

Anehnya, mereka selalu mempunyai waktu untuk berdua. Tapi setiap kali mereka bersama enam orang lainnya, mereka terlihat biasa-biasa saja. Inilah yang membuat Jisung tak curiga apa-apa saat itu.

Seungmin mulai menunjukan perubahan saat dua minggu sebelum hari perlombaan piano tiba. Di mana Seungmin mulai dibuat penasaran dengan buku itu.

Bermenit-menit Seungmin habiskan untuk memandangi halaman dari buku itu di depan cermin Toilet. Keraguan tergurat jelas di wajahnya.

"Beneran gapapa ini kalo dipake? Gimana kalo ada efek sampingnya?" renungnya sejenak. "Ah, tapi Hyunjin bilang, dia juga make permintaan dari buku ini kok."

Jisung yang tembus pandang, menggeleng, mencoba menghentikan perbuatan Seungmin walau tahu itu sia-sia. Ia kesal ketika dirinya yang dulu tak menaruh rasa curiga sama sekali pada sikap Seungmin. Dan hal ini mengingatkan dirinya pada kematian Changbin. Ia yakin, Minho menumbalkan Changbin juga waktu itu.

"Gue mau, nilai ujian gue paling tinggi dari yang lainnya tanpa bocoran soal." racau Seungmin, sembari memejamkan matanya.

"Hah?" Jisung terkejut mendengar permintaan itu. "Jadi peringkat yang selama ini lo dapet itu hasil kecurangan?"

Selanjutnya, keduanya sama-sama terkejut ketika mendengar keributan di luar Toilet. Saat melihat keluar, ternyata itu Bang Chan yang menjatuhkan diri dari loteng, dan mati. Tentu saja Jisung semakin tak mengerti. Bagaimana bisa Chan mati dari ketinggian, sedangkan saat itu jelas-jelas Chan mati karena tertembak. Ia sendiri saksinya.

Seungmin yang panik langsung ikut bergabung dengan keramaian tersebut untuk menolong temannya.

Waktu berganti dengan cepat. Jenazah Chan sudah diurus oleh pihak rumah sakit beserta keluarganya, sementara Seungmin saat ini berjalan melewati lorong yang akan membawanya ke pintu gerbang.

Ia ingin pulang karena bel sudah berbunyi, tapi karena tak sengaja mendengar aluman yang sangat indah dari ruang musik, Seungmin jadi terpancing untuk mengintip.

Bukannya terpesona, Seungmin justru geram mendengar alunan yang mungkin dapat menandinginya, apalagi saat mendapati bahwa si pemain adalah Minho.

Terlihat Minho yang bermain piano dengan sangat lincah, seperti sudah sering memainkannya.

Kepalan tangan Seungmin kian bergetar, maniknya membulat sempurna. Dengan langkah besar, pemuda itu menghampirinya, dan menutup lid piano dengan keras, padahal tangan Minho masih menekan tuts.

Alhasil, Minho yang terjepit menjerit sejadi-jadinya.

Sambil menahan rasa sakit, Minho mengeluarkan kedua tangannya yang terluka, lalu bangkit berdiri, menyamai posisi Seungmin.

"Lo apa-apaan sih? Kenapa kayak gini?" tanya Minho kaget, sekaligus tak terima.

"Sejak kapan lo bisa main piano?" Seungmin mengangkat dagunya angkuh, meminta penjelasan.

Mendengar itu, Minho mendengkus sebal, kemudian buang muka. "Lo gak perlu tau." singkatnya, ketus.

"Oke, tapi gimana kalo pihak sekolah liat lo kayak tadi? Bisa-bisa posisi gue sebagai perwakilan Sekolah terancam!" jawab Seungmin, emosi.

"Lo pikir gue mau saingan sama lo? Gue juga gak ngarep kok dinotice mereka."

"Ya udah, mulai sekarang, jangan coba-coba tunjukin bakat lo lagi, keparat!" Seungmin keluar dari ruang musik dengan bantingan pintu yang keras. Sementara Minho masih tak mengedarkan pandangan dari jejak temannya.

LiveD | Stray Kids ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang