11. Appear

246 61 5
                                    

Dah lama gak up, jadi alangkah baiknya kalo aku kasih double up. Sekian, selamat membaca semua!!

~









Kini pikiran Jisung semakin kacau, begitu pun yang lain. Mereka tidak punya pilihan lain selain menghubungi Hyunjin yang juga entah di mana keberadaannya sekarang.

Walau lumayan lama, mereka sedikit lega melihat sambungan telepon mereka terhubung. "Halo, Jin. Lo di mana sekarang?"

"Cepet ke sini." Suara Hyunjin parau.., ia menangis ...

"Lo kenapa?!" Jisung cepat-cepat mengalihkan panggilan ke video call. Tampaklah Hyunjin dengan wajah pucatnya. Ketika pria itu mengubah letak kamera, semuanya tersentak mengetahui Hyunjin berdiri di tepi jendela. Sedikit saja ia bergerak, dapat dipastikan pria itu tewas.

"Lo ngapain, huh?! Itu gak akan nyelesain masalah!" pekik Minho menasehati.

"Gue juga gak mau mati, Kak! Tapi kayak ada yang ngendaliin kaki gue."

"Sekarang lo di mana?"

"Di deket ruang UKS."

"Jangan tutup telepon gue, ok? Tunggu sampe gue sama Jeongin di sana." jelas Jisung, sambil berjalan ke sana dengan Jeongin. Minho yang sakit, ditinggal sendirian untuk sementara. Minho juga bilang tidak keberatan dengan itu. Yang terpenting, Chan dan Hyunjin bisa selamat.

Namun belum sampai di tujuan, Hyunjin memekik dengan keras, diiringi suara gemuruh tidak jelas. Lantas, Jisung dan Jeongin pun berhenti sejenak untuk melihat layar ponsel yang gelap. Sejak itu, suara Hyunjin tak terdengar lagi.

Keduanya mematung, dan saling melempar pandang. "Kak, jangan bilang .... "

Jisung menggeleng, ia mematikan sambungan itu, lalu menarik Jeongin untuk berlari sebelum sempat pria itu menyelesaikan kalimatnya.

***




Sendirian membuat pikiran Minho dipenuhi oleh hal-hal mistis. Sejak tadi, ia hanya terdiam menatap sudut-sudut ruangan yang ada.

Merasa kesepian, Minho iseng menyetel lagu favorite dari ponselnya untuk sekadar meramaikan suasana. Barangkali, hal itu dapat membuat keadaan menjadi cair.

Dalam sekejap, kaki Minho mulai bergerak mengikuti alunan musik. Matanya terpejam. Bibirnya sesekali mengucap potongan lirik.

Namun tak lama, alunan musik berganti menjadi sebuah alunan seram. Minho terjingkat dari tempatnya, dan menjauh, tak berani menyentuh ponsel yang menjadi sumber bunyi tersebut.

Matanya mengintimidasi seisi ruangan yang padahal tak ada siapa pun. Tapi ia kenal dengan alunan itu.

"Itu kayak lagu favorite,"

" ... Hyunjin?"

Minho membuang napas kasar, kemudian berteriak. "Siapa lo? Bilang apa yang lo mau dari gue, jangan jadi pengecut!"

"Woi! Keluar lo!"

Brakk!

Minho menoleh. Terlalu kaget melihat pintu ruangan terbuka dengan sendirinya. Namun, itu bukan tanpa alasan. Ada buku usang yang terletak di dekat pintu dengan beberapa halaman yang terombang-ambing karena tertiup angin.

Ya buku itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ya buku itu ... lagi ....

Apa sekarang giliran dirinya?

Keberadaan benda itu membuat suasana semakin horor. Namun entah apa yang ada di pikirannya, Minho malah mendekati buku tersebut dan meraihnya.

Ia hampiri sebuah nakas, dan diambilnya segelas air mineral, setelah membaca perintah dari buku yang berkata, Drink Up.

Minho melakukan semua itu dalam kesadaran penuh. Ia hanya lelah dengan semua teka-teki rumit yang meneror dirinya dan yang lain. Jika memang semua ini karena sebuah pengkhianatan, ia sudah siap untuk mengetahuinya sekarang.

Belum sempat menelan, Minho sudah memuntahkan air tersebut karena rasanya yang busuk. Ia mengelap sisa air di bibirnya dengan kesal.

Apa itu tadi? Air parit? Pikirnya, lalu men-siniskan tatapannya pada gelas di sampingnya.

Tak lama dari itu, bola matanya nyaris saja melompat ke luar karena air muntahannya berubah menjadi darah, dan membentuk huruf demi huruf dengan sendirinya.

Dalam ketakutannya, Minho terpaksa membaca kalimat di depannya. "I'm above you."

Seperti perintah tersebut, Minho melihat ke langit-langit dengan hati-hati. Dan benar saja, ada sesosok iblis yang bergelayut di langit-langit ruangan dengan wujud aneh. Mempunyai 4 tentakel, lidah ular, kepala botak dengan setengah otak yang mencuat ke luar, serta organ-organ dalam yang dibiarkan menyembul dari tubuhnya. Sepasang mata merah, dan permukaan kulit merah yang ruam juga tak sanggup dilupakan oleh Lee Minho.

Yang lebih menakutkan lagi, ukurannya 3 kali lebih besar dari manusia biasa.

"Si-siapa lo?!" Minho mundur-mundur, hingga ia tersandung oleh kakinya sendiri.

Beberapa kali Minho mencoba melawan, namun berkali-kali pula mahkluk berkekuatan super itu membantingnya hingga terpelanting dan membuatnya kewalahan.

Tentakelnya mencekik leher Minho kuat-kuat, hingga akhirnya tak ada napas lagi yang berhembus dari hidungnya.

Selesai dengan itu, sosok yang disebut Minho sebagai "iblis" meninggalkan mayat Minho begitu saja, dan terbang entah ke mana.

***





LiveD | Stray Kids ✔️Where stories live. Discover now