Hanabi : re

370 80 66
                                    

..

Kelas 3-4,

Di dalam sana, ada seorang gadis yang terus memperhatikan pintu yang terbuka lebar itu. Agaknya menunggu sesosok yang akhir-akhir ini menganggu pikirannya. Entahlah, semuanya tiba-tiba kacau.

"Senior Hyunjin tidak berkunjung kemari ya.." gumamnya sekali lagi.

"Eh, Hyunjin? Kau suka pada senior Hyunjin?" Sungguh, suara Yeji yang sedikit keras setengah terkejut itu mampu membuat atensi murid lain terpusat pada mereka.

Jangan heran, karena sedari Yeji datang bersama Yeonjun, gadis Hwang langsung menghampirinya begitu saja.

Pun padahal wajah Ryujin sudah merah saat ini. Tunggu, wajahnya merah? Apa Ryujin malu? Atau.. memang benar jika Ryujin menyukai seniornya itu?

"Maaf hehe.." ucap Yeji sembari sedikit membungkukkan badannya pada mereka tanda meminta maaf telah mengganggu kenyamanan disana.

"Kau membuatku– argghh.. lupakan," timpal Ryujin melanjutkan tugasnya.

Dan Yeji, ia mengernyit heran dan juga penasaran akan hal ini. Apa mungkin ia harus bertanya pada Sang kakak tentang Ryujin dan dirinya? Tapi, bukankah selama ini yang Yeji lihat, Ryujin dekat dengan Beomgyu?

Yeonjun? Kedekatan Ryujin dengan Yeonjun tak begitu nampak seperti saat gadis Shin bersama Beomgyu dan.. ketika nama Hyunjin terucap. Ah, ini membuat Yeji pusing sendiri.

Ia mengendikkan bahu. Melanjutkan mengpack beberapa bangau dari kertas origami untuk pengunjung kelas. Semacam souvenir, mungkin?

"Emm, jangan lupa nanti malam, sepertinya sangat meriah."

"Aku ingin melihatnya, hehe.."

"Tolong antrilah sebentar, dasar."

"Aku pesan mojito satu."

Ya, suasana ramai memang tak dihiraukan kedua gadis yang sibuk dengan bangau yang banyak itu. Ia juga tak terlalu memperhatikan orang yang berdatangan. Termasuk..

"Senior Hyunjin, ya.." sahut lirih seseorang yang mangamati gadis Shin sedari tadi.

Jangan lupakan senyum pilunya yang terbit sejak ia ingin menghampiri gadis itu. Sayang sekali, sepertinya ia mengalami cinta bertepuk sebelah tangan.

..

"Bagaimana?"

"Bagaimana apanya? Kau sudah lebih dari jatuh tempo. Bayar atau kau yang pergi dari rumah ini."

"Ta-tapi, di surat itu tertulis jika rumah ini milik kami," sergah wanita paruh baya itu mencoba lembut.

"Persetan dengan surat, buktinya, lahan ini milik Tuan Jackson. Dengar Nyonya Choi, aku hanya menjalankan tugasku," tegas lelaki berjaket kulit itu sembari memasukkan tangannya ke dalam saku celana.

Pun ia menambahkan, "lagipula, putramu itu bisa kan, mencari tambahan uang untuk menebus rumah ini."

Diam. Wanita bermarga Choi itu tak bersuara beberapa saat. Ia berpikir, mungkin putranya itu bisa melakukannya demi peninggalan mendiang suaminya ini, tapi ia tak tega. Putranya harus bersekolah sampai tamat tanpa harus memikirkan hal-hal seperti ini.

Tidak, cara itu tidak mungkin bukan?

"Beri aku kesempatan. Aku janji akan mengembalikan uangnya," tuturnya lirih sembari meremat jemarinya kuat. Rasanya ingin menangis saja sekarang.

Lelaki itu tampak berpikir, beberapa detik kemudian ia menjawabnya. "Jika bulan depan aku kembali dengan tangan hampa. Bersiap-siaplah pergi dari sini."

YOUPHORIA [✔]Where stories live. Discover now