Rule Our Story

252 53 47
                                    

..

"Bamtorii.., bisa pelan sedikit tidak jalannya? Aku huh… huh… lelah." 

Decakan kecil keluar dari mulut Beomgyu, jika sudah seperti ini, sudah pasti gadis Shin satu itu minta naik kepunggung Beomgyu dan memerintah lelaki itu untuk menggendongnya sampai di rumah nanti.

"Ck. Siapa yang minta naik semua wahana? Menyusahkan saja, cepat naik!" Ketus Beomgyu.

Berpura-pura tentu saja, mana berani ia tidak peduli pada Ryujin? Bisa-bisa Ryujin mengadu pada orang tuanya yang tidak-tidak. Oh jangan sampai gadis nakal itu melakukannya.

Beomgyu menggelengkan kepala tiba-tiba. Tidak, aku tidak mau diteror Ryujin. Batinnya menyeru, dan tentu saja hal itu membuat Ryujin menatap Beomgyu bingung, bertanya dalam hati kenapa Beomgyu bersikap aneh?

"Hei… kau aneh sekali tiba-tiba geleng kepala? Pusing ya?"

Beomgyu yang tersadar langsung menggeleng lagi. Ryujin tak paham dengan itu, tapi yang jelas, sepertinya prediksi Beomgyu akan jadi kenyataan setelah ini.

"Dasar aneh. Beom, aku lelah. Gendong aku, ya?" 

Sungguh suara imut yang dibuat-buat itu dan raut wajah super weird dari Ryujin membuat Beomgyu bergidik ngeri. "Yak! Wajahmu kenapa mengerikan begitu?"

"Enak saja! Ini wajah terimut di dunia kau tahu. Sudah ayo gendong aku, aku lelah," pinta Ryujin merengek.

Ya, pemuda Choi tak punya pilihan lain selain menuruti keinginan Ryujin. Lagipula, ia sudah bertekad hari ini ingin membuat Ryujin senang, tidak murung, dan mood gadis itu kembali membaik dengan membawanya ke pasar malam.

"Ish, cepat naik. Aku juga ingin tidur segera," jawab Beomgyu akhirnya. 

Ia berjongkok membelakangi Ryujin, menunggu gadis itu naik ke punggungnya seperti sebelum-sebelumnya.

"Okay, let's go!" Seru Ryujin sembari mengepalkan tangan ke udara. Sedangakan Beomgyu, ia pasrah lagi-lagi. Mengantar Ryujin sampai rumah dengan menggendongnya.

Tidak apa Gyu, agar Ryujin senang.

Dan pada akhirnya mereka meenghabiskan perjalanan dengan mengobrol tentang sekolah dan sesekali melempar ledekan satu sama lain.

Dan berbicara tentang pulang bersama, dari pada mengobrolkan hal-hal lucu, sepertinya Yeonjun dan Yeji lebih memilih topik bahasan sedikit berat seperti malam dimana mereka pernah pulang bersama.

"Kau pasti tidak tertarik dengan buku romance." 

Yeonjun menyahut cepat. "Tidak juga, aku tau beberapa," jawabnya sembari melirik sekilas ke arah Yeji yang sedang asyik mencubit helaian cuttoncandy dan memasukkannya ke dalam mulut gadis itu.

"Emm. Kalau begitu apa bentuk cinta?" 

"Tidak ada. Seperti lingkaran, cinta itu tidak terdefinisi. Cinta menempati ruang yang diciptakan untuknya. Kau tidak bisa menarik satu titik di tengah untuk membuat sudutnya, menurutku cinta tak akan pernah bisa diukur oleh apapun."

"Bisa,"

Yeonjun menoleh ke arah Yeji seketika. Menatap gadis itu penuh tanda tanya. Dengan dahi berkerut.

"Seperti, bagaimana kau memperlakukan orang yang kau cintai. Bagaimana kau menerima segala bentuk buruk dari orang yang kau cintai. Dan juga bagaimana caramu mengikhlaskan orang yang kau cintai ketika pergi dari hidupmu." 

Bahkan ketika Yeji menjawabnya dengan mimik wajah biasa, gadis itu sebenarnya sudah memberi sedikit sindiran dan peringatan. Entahlah, mengatakan hal itu pada Yeonjun bukanlah rencananya. Mulutnya tiba-tiba melontarkan kata-kata itu dengan sendirinya.

YOUPHORIA [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang