My Time

333 75 50
                                    

..

Di antara mereka, banyak yang meminta kepada Tuhan untuk memberikan alasan, kenapa masa muda disia-siakan begitu saja sewaktu muda. Kenapa mereka hanya sibuk mencari sesuatu yang tak pasti dan tak tentu. Dan kenapa mereka justru seperti domba-domba tanpa Tuan yang kehilangan arah.

Tidak ada yang tahu pasti. Anak muda itu mungkin tengah mencari jati diri, atau memang sekedar bersenang-senang menikmati waktu yang terus berlalu.

Bisa jadi juga, mereka adalah bintang yang kehilangan cahayanya.

Tapi sepertinya tidak bagi empat orang anak muda disini, masih berdiri berdampingan di tepi kolam renang sekolah. Masih menikmati peluncuran kembang api besar itu dari sana.

Masih sama. Hanya saja dua orang di antaranya sepertinya tidak baik-baik saja keadaan hatinya. Tentu saja setelah pengakuan disengaja Yeji pada Yeonjun.

Bahkan, mereka berdiri bersebelahan dengan sedikit gugup serta canggung. Ah ralat, mungkin hanya Yeonjun saja.

"Bamtori, cepat foto kembang apinya."

"Ah, iya-iya sabar, Ryujin."

"Ahaha, fotomu jelek. Kemarikan kameranya."

"Kau mengejekku? Awas saja nanti jika minta fotokan aku."

"Tidak peduli, okey.. 1.. 2.. nahhh, cantik sekali."

"Hngg, puji dirimu sendiri.."

"Beom.."

Yah, perdebatan antara Ryujin dan Beomgyu tentu saja menjadi suara yang sumbang di telinga Yeonjun. Ia sedari tadi sibuk menerka apa yang sebenarnya terjadi.

Tunggu, untuk apa ia sampai berpikir keras seperti ini?

Tapi yang lebih membuatnya terkaku, adalah ketika suara lembut memanggil namanya.

"Yeonjun.." dan Si pemilik nama pun menoleh perlahan. Dengan wajah setengah datar yang sebenarnya berbanding terbalik dengan suasana hatinya yang aneh itu.

"Ya?"

"Matamu indah sekali."

"Ha?" Tawa renyah justru mulai terdengar di telinga Yeonjun. Apa yang Yeji tertawakan?

"Kau selalu saja menjawab dengan 'ha?' Apa tidak ada jawaban lain?"

"Ah, maaf."

"Haha.. kau lucu sekali. Tapi aku tidak bohong jika matamu memang indah," tuturnya sekali lagi dengan senyum hangat nan lebar itu.

Bak angin musim semi yang menerpa wajah. Seperti itulah Yeonjun menggambarkan senyum Yeji yang gadis itu berikan padanya. Dan jangan lupakan tentang telinga lelaki itu yang sedikit memerah. Hei, ini tak mungkin kan?

"Ya, terimakasih."

"Hmm. Mint Choco, kau mau aku foto?" Tawar Yeji akhirnya. Mungkin ini tujuan kenapa ia membawa kamera kodak di lehernya.

Yeonjun nampak berpikir. Tapi ia juga tak keberatan dengan itu, ini wajar bukan?

"Ya, boleh."

"Ayo berpose, dan aku akan menghitungnya."

"Ah, okey."

Dan apa? Yeji bahkan tak mendapati Yeonjun yang bergerak sekedar memutar badan atau yang lainnya. Lelaki itu hanya diam melihat lurus ke depan dan sesekali mengikuti arah kemana kembang api itu meledak.

ckrek..

ckrek..

"Yeonjun!"

"Hmm?"

YOUPHORIA [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang