Smoothie

266 60 21
                                    

..

cklek..

"Ish, sudah ku bilang satu kotak saja. Kenapa kakak membawa semuanya?" Lihatlah, betapa cemberutnya Yeji ketika melihat Sang kakak datang membawa sebongkah kardus berisi banyak kotak tissue untuk dirinya.

"Untuk stock di kamarmu."

Begitu yang Hyunjin jawab sembari mendudukkan diri di kasur sebelah Yeji. Ia turut mengusap rambut panjang Yeji dengan lembut tatkala adiknya itu masih menghalau sisa darah yang keluar dari hidungnya.

"Masih banyak, ya?"

Yeji menggeleng tentu saja. "Tidak, ini sudah jauh lebih baik. Hehe..."

Ya Tuhan, kenapa dia masih sempat tersenyum lebar begitu?

"Terus saja tertawa seakan kau mimisan sama seperti saat kau makan es krim coklat," hanya kedok semata.

Bahkan Hyunjin sangat takut ketika melihat Yeji pulang dengan hidung disumbat tissue beberapa jam lalu.

Yeji seketika menjadi cemberut lagi, ia juga mencebikkan bibirnya menatap Hyunjin setengah sinis. "Aku menangis salah, aku tertawa pun salah. Maumu apa sih?" Dan siapapun, tolong hentikan perang saudara antar mereka.

"Haish terserahmu. Jangan lupa ucapkan terimakasih pada pacarmu itu," ya. Spekulasi Hyunjin terlalu jauh.

Oh sungguh, kenapa Yeji jadi terheran-heran dengan ucapan yang baru saja Hyunjin lontarkan padanya. Pacar? Siapa? Apakah yang dimaksud Hyunjin itu adalah Yeonjun?

"Pacarku? Aku tidak punya pacar,"

Hyunjin mendengus. "Alasan, tadi lelaki yang mengantarmu itu pacarmu, kan?" Tanyanya sekali lagi.

Tapi apa, yang ia dapat hanya suara tertawa Yeji yang begitu menyebalkan ditelinganya. "Kenapa kau tertawa begitu?" Bahkan ekspresinya sangat menunjukkan bahwa lelaki yang setahun lebih tua dari Yeji itu tak tahu apa-apa yang terjadi dengan adiknya.

"Kita itu teman, kak. Lagipula dari sisi mana kau menganggap bahwa dia adalah pacarku?" Tentu Yeji masih tertawa saat ini. Menertawakan anggapan kakaknya dan juga… takdir yang kemungkinan tak akan terjadi dalam hidup Yeji.

Haha, jatuh cinta, ya?

"Dari mana apanya? Dengar ya, adikku yang paling tidak peka. Aku bisa melihat matanya saat menatapmu. Sangat berbeda apalagi untuk takaran seorang teman," jelas Hyunjin sembari memperagakan gerakan tatap-menatap.

Pun baginya, kenapa Yeji jadi tambah bodoh seperti ini saat gadis itu tak punya rasa peka.

Apa respon Yeji? Gadis itu hanya memiringkan kepalanya ke kanan. Ia mencerna kata-kata Hyunjin kali ini. Dan setelah beberapa saat berpikir, akhirnya... sama saja, ia tak mendapat jawaban apapun atas itu.

"Sudah paham?" Namun Yeji menggeleng penuh. "Dasar gadis kurang peka."

Lantas Hyunjin menyentil jidat Yeji tanpa beban. "Awhh.. sakit," gadis itu juga menatap Hyunjin tajam.

"Sudahlah, percuma bicara dengan Nona kurang peka ini. Aku mau pergi ke lapangan futsal dulu bersama Han, kau istirahat saja disini. Jangan kabur. Awas saja jika aku mendapatimu banyak gerak lagi."

Dan sebagai tanda perpisahan, Hyunjin mengusap rambut Yeji lagi dengan lembut sebelum ia meraih knop pintu kamar Yeji.

"Kak.."

Ya, panggilan itu menghentikan Hyunjin. "Ya?" Tanyanya sembari menoleh ke belakang.

"Please, can you keep my secret?"

YOUPHORIA [✔]Onde as histórias ganham vida. Descobre agora