#37 BERTEMU KEMBALI

76 11 1
                                    

Halo semuanya!
Maaf banget karena aku jarang upload akhir-akhir ini karena lagi sibuk banget. Btw selamat menunaikan ibadah puasa teman-teman, semoga ini bisa jadi teman ngabuburit kalian!

Selamat membaca❤️🥰

***

Pancara sinar mentari dan gemuruh ombak yang memenuhi pendengaran Kiara membuatnya merasa sangat tenang. Lama sekali Kiara tidak menginjakkan kakinya di tempat ini. Tempat yang sempat menjadi tempat kebahagian. Menjadi tempat berbagi keluh kesah dan cerita. Tapi, itu sudah berlalu, tempat itu masih terasa sama seperti dulu. Udaranya masih terasa segar dan pastinya membuat hati tenang.

Kiara tersenyum lega memandang ombak di depannya. Ia melangkahkan kakinya ke depan semakin mendekat ke arah pantai. Kemudian ia merentangkan tangannya dan memejamkan matanya. Kemudian ia menarik napas dalam-dalam. "Awas kena bulu babi!"

Kiara membuka matanya dan memandang sekelilingnya mencari sumber suara itu. Kiara membalikkan badannya dan melihat seorang pria yang berdiri sekitar dua puluh meter di belakangnya sambil memasukkan tangannya di sakunya dan tersenyum manis ke arahnya. Kiara diam termenung menatap orang itu, yang sudah beberapa tahun tidak pernah bertemu dengannya. "Jangan deket-deket nanti kena bulu babi lagi, nangis lo!" peringat orang itu lagi.

"Ko bisa ada di sini?" tanya Kiara to the point.

Orang di depannya itu tersenyum dan semakin melangkah mendekat ke Kiara. "Aku juga nggak tahu, jodoh kali ya!"

Kiara tersenyum remeh dan menjawab, "Udahlah Nald gausa bahas sesuatu hal yang nggak mungkin banget terjadi." Dia adalah Ronald, pria yang sempat singgah di hati Kiara dalam waktu yang lama.

"Ara aku ... minta maaf," ujar Ronald lemah. Setelah itu ia mengambil tangan Kiara dan menggenggamnya dengan erat. Kiara berusaha menarik tangannya dari pria itu tapi, tangan dan hatinya begitu lemah untuk melakukannya. "Aku-"

"Aku sayang sama kamu!" tegas Ronald. Kemudian ia langsung memeluk Kiara dengan erat seolah tidak ingin gadis itu pergi. Dulu, dekapan ini membuat Kiara tenang. Dulu, pelukan ini yang membuat kiara seolah 'pulang'. Tapi, itu dulu kini hanya rasa sakit yang tersisa.

"Aku udah maafin kamu, sekarang lepasin aku!"

"Apa hanya aku yang merasa kalau ada pembatas di antara kita?" tanya Ronald pedih.

Kiara dengan cepat melepaskan dekapan Ronald dan sedikit menjauh dari posisi pria itu. "Ada atau nggaknya pembatas di antara kita itu semua kamu yang nyiptain," ucap Kiara lemah. Hatinya begitu lemah dengan semua yang terjadi.

"Kamu menjauh Ra."

Kiara langsung menoleh ke arah Ronald yang mengucapkan kalimat itu seolah tidak berdosa. "Aku?" Kiara tertawa hambar dan melanjutkan, "aku nggak pernah mintak kamu pergi! Kamu yang pergi dulu dan kamu juga yang seolah mengakhiri hubungan kita. Kamu juga yang minta aku buat dunia seolah-olah tidak tahu kalau nyatanya kita pernah punya cerita bersama. Jadi, siapa yang meninggalkan dan ditinggalkan di sini?"

Ronald mendekat lagi ke arah Kiara, "Aku minta maaf," ujarnya parau.

"Aku udah maafin kamu dari dulu. Ini juga bukan sepenuhnya salah kamu, aku juga salah yang terlalu bodoh seolah-olah kita masih baik-baik saja," jelas Kiara. Ia langsung menjauh dari bibir pantai dan duduk di salah satu tempat duduk yang ada di sana. Pantai ini memang tidak terlalu ramai pengunjung, entah memang terlalu luas atau masih panasnya matahari yang membuat mereka malas.

Ronald duduk di samping Kiara dan tersenyum pedih ke arah Kiara. "Kayaknya udah ada nama orang lain di hatimu."

Kiara hanya diam. Ronald sangat mengenalinya. "Itu nggak penting buat kamu!" jawab Kiara cuek.

Ronald tersenyum pedih. Aranya yang dulu benar-benar sudah sangat membencinya saat ini. "Itu emang nggak penting buat aku Ara tapi, kepedihan yang aku lihat dalam diri kamu kali ini itu yang penting buat aku. Kamu terlihat begitu terluka," jelas Ronald.

Kiara menatap Ronald dengan mata berlinang. Nyatanya, Ronaldnya masih tetap sama. Selalu mengerti dirinya dan selalu manis kepadanya. "Nald, kamu niat ninggalin aku nggak sih?" tanya Kiara dengan polosnya.

Ronald ternyata mendengar pernyataan Kiara yang terdengar begitu polos dan lugu. Gadis di depannya itu tetap tidak berubah. Hanya, rasa kepadanya saja yang berubah. Ronald tersenyum miris mengingat dulu betapa bodohnya ia membuang berlian begitu saja. "Aku nggak pernah ninggalin kamu Ra! Aku tetap di sini yang selalu ada buat kamu, Ara masih selalu ada tempat di hidup Ronald kok!"

Pandangan Kiara mulai mengabur, air matanya seolah ingin tumpah begitu saja. Antara rasa sakit dan kecewa yang menjadi satu. Karena lagi-lagi Ronald mengatakan hal itu yang membuatnya lemah.

"Jadi siapa laki-laki yang berani nyakitin hati si kecil Ara ini?"

Kiara memukul keras lengan Ronald hingga membuat pria itu mengaduh kesakitan. "Kamu pikir aku Al yang masih kecil balita gitu. Aku udah gede tauk!" Lihatlah bahkan dia sudah seperti anak SD yang marah kepada kakaknya. Kiara sungguh aneh jika sudah berada di dekat Ronald.

"Hahahaha iya deh iya, yang sudah besar. Sudah ngerasain jatuh cinta dan sakit hati sama seorang cowok yang bisa dikatakan beruntung ya. Bisa mendapatkan seorang Kiara Kiranti-"

"Kinanti Ronald! Belum juga putus lima tahun udah lupa sama nama mantannya!" tegas Kiara.

Ronald tertawah renyah. Setidaknya Kiara bisa marah itu sudah membuatnya senang. "Iya deh Kiara Kinanti!"

"Sepertinya kamu salah deh, dia nggak merasa seberuntung itu," ucap Kiara parau.

"Kenapa begitu? Apa ada orang ketiga di antara kalian atau dia yang ninggalin kamu?" tanya Ronald tepat sasaran.

Kiara sungguh merasa tersindir. Ia menarik napas dalam-dalam sebelum menjawabnya, "Di sini ... aku yang menjadi orang ketiga."

Ronald diam, antara tidak menyangka dan masih mencerna apa yang dikatakan Kiara. "Ara yang aku kenal, dia nggak akan mengulangi kesalahan orang lain yang pernah menimpa dirinya. Kita berakhir karena adanya orang ketiga, kamu nggak akan mungkin seperti itu pada orang lain."

"Nyatanya emang gitu," jawab Kiara pelan. "Dia sayang sama aku tapi, dia cinta sama orang lain," lanjutnya.

"Kenapa kamu suka sama orang yang jelas-jelas udah ada seseorang di sisihnya?"

"Aku nggak tahu Nald!!" Air mata Kiara langsung jatuh dengan deras. "Aku nggak nyangka kalau nyatanya dia mencintai sahabatnya!?"

Ronald langsung mendekap Kiara dengan erat. Bahkan, saat hubungan mereka berakhir pun Kiara tidak terlihat semenyedihkan ini. "Ini salahku Nald ... aku yang terlalu berharap sama dia. Aku yang nakal jelas-jelas udah tau dia udah ada yang lain."

"Ara ... suatu saat pasti dia tau seberapa berharganya kamu bagi dia!"

TBC

[K & K] SOLÓ AMIGOWhere stories live. Discover now