#3 ARAH YANG BEDA

582 148 711
                                    

Setiap tetes yang mengenai permukaan batu, lama-kelamaan akan membuat batu besar mulai rapuh. Setiap sinar yang menyinarinya akan membuatnya hancur. Jika setiap percikan kedamaian dan kehangatan aku terbarkan akankah, membuat dinding pertahananmu hancur?

-Solo Amigo

***
jangan lupa tinggalkan vote dan komen kalian!
selamat membaca🐝
selamat berpuasa bagi yang menjalankan😊

###

Suara klakson kendaraan bermotor yang sudah terdengar di berbagai arah mulai memasuki telinga si gadis rambut sebahu dengan bandana hitam itu. Ia bergegas turun dari bus yang baru mengantarnya pergi ke sekolah dengan selamat ini. Terlihat klasik tapi bermakna dipadukan dengan menggunakan tas punggung coklatnya itu. Ia melirik jam berinisial 'London' itu.

"Duh masak gue telat lagi sih ish," gumam Kiara saat melihat gerbang sekolahnya yang sudah tertutup.

Kemudian ia melirik seseorang yang ada di ruangan dekat gerbang sekolah itu. Orang itu tampak diam saja seperti patung tanpa ingin bergerak untuk membukaan pintu. Sebenarnya, mulut Kiara sudah ingin berteriak nyerocos untuk dibebaskan dari calon tahanan terlambat ini. Ia jengkel melihat Pak Tejo, satpam di sekolahnya, biasanya ia akan membukaan Kiara pintu jika tidak ada Pak Mamad.

"Pak Tejo bukain gerbangnya dong," pinta Kiara pada Pak Tejo yang ada di balik gerbang.

Merasa ada yang mengajaknya berbicara, Pak Tejo lantas keluar dari ruangan kebesarannya itu. "Aduh bukannya apa ya Neng tapi, maaf Bapak nanti dimarahin sama Pak Mamad."

"Nggak kok Pak, janji ini yang terakhir," kata Kiara dengan wajah melasnya.

"Ah si neng mah, dari dulu selalu bilang ini yang terakhir terus, saya teh sampai hafal loh, jangan suka menebar janji neng, nanti ditinggal pacar tau rasa loh," nasihat Pak Tejo.

Mendengar pernyataan dari Pak Tejo membuat Kiara teringat suatu hal. Seketika ia diam, beberapa kilasan memori mulai berdatangan menghampiri dan memenuhi pikiran Kiara. Walaupun Kiara sudah berusaha melupakannya, nyatanya nihil. Semua masih tersimpan rapi di memorinya. "Saya memang udah ditinggal pak sama pacar saya, dia lebih milih orang ketiga."

Melihat perubahan raut wajah Kiara membuat Pak Tejo tak enak hati, "Eh neng, saya bukan bermaksut ngingetin neng sama mantan."

"Nggak papa Pak, santai aja, mungkin dia memang bukan takdir saya. Pasti nanti ada hadiah yang lebih baik dari Tuhan."

"APA YANG BUKAN TAKDIR KAMU KIARA," teriakkan seseorang yang sudah tidak asing lagi di telinga Kiara, membuatnya lebih badmood. Ia sudah membayang toilet adalah hukumannya kali ini. Lihat saja pasti, badannya akan remuk nanti.

"Bukan apa-apa kok Pak," jawab Kiara dengan nada lesu. 

"Pak Tejo bukain pintunya!" perintah Pak Mamad.

Setelah pintu gerbang dibuka, Kiara mulai mengikuti langkah Pak Mamad. Ia hanya diam tanpa ada sepatah kata yang keluar dari mulutnya seperti biasanya. "Tumben kamu diam Ra? Biasanya kan kamu ngomong terus sampek berbusa," tanya Pak Mamad heran yang melihat perubahan sikap tak wajar pada diri Kiara. 

"Giliran ngomong banyak salah, diam salah bingung saya Pak harus gimana lagi. Jadi serba salah."

"Alay kamu."

"Bapak dikit-dikit bilang saya alay, demen banget bilang gitu," ucap Kiara dengan nada kesalnya itu.

"Bukan gitu maksut saya itu-," 

[K & K] SOLÓ AMIGOWhere stories live. Discover now