#28 PELUKAN

108 12 1
                                    

Selama dua minggu siswa-siswi SMA Bima Sakti telah melaksanakan Penilaian Tengah Semester. Dan selama itulah Kiara tidak bertemu bahkan melihat Kenzo seujung rambut pun karena ia harus belajar dan menghadiri beberapa bimbel. Ia juga bersyukur tanpa perlu repot-repot untuk menghindari cowok itu. Dan hari yang telah dinanti para siswa telah datang, dimana Penilaian Tengah Semester telah berakhir di hari ini.

Tapi, mungkin ini adalah hari yang sangat buruk bagi Kiara. Dimana saat ia melangkahkan kakinya di tempat parkir sekolah, ia kembali melihat mata teduh itu lagi. Mungkin memang ia munafik untuk mengakui semuanya. Bahwa ia sangat merindukan pemilik mata teduh itu.

Seulas senyum tercetak di bibir pemilik mata teduh itu. Kiara langsung memalingkan wajahnya cepat dan mulai mendekat ke arah mobil temannya. Hal itu langsung membuat Kenzo memudarkan senyumnya.

"Ben, buruan!" ujar Kiara pada temannya itu.

Ben menatap tajam Kiara yang sudah masuk ke dalam mobilnya. Lantas ia langsung menyusul Kiara ke dalam mobilnya. "Ngapain sih lo nebeng gue, tuh ada Kenzo!"

Kiara berdecak malas menghadapi temannya yang tidak pernah mengerti suasana sama sekali. "Gue maunya nebeng lo kok! Buruan gue turun di toko bunga deket perempatan ya," jawab Kiara yang langsung memberikan Ben instruksi lagi.

"Gue bukan supir lo! Sana buruan telfon supir lo aja, lo gak tau apa gue mau main sama anak-anak."

"Lo udah punya anak Ben?!?! Gila gue nggak nyangka lo kayak gini Ben," histeris Kiara yang pemikirannya sudah kemana-mana.

"Lo kira gue cowok apaan Ra? Maksut gue itu temen-temen."

"Ohh gitu, bilang dong dari tadi," kata Kiara santai.

Ben sudah memberikan tatapan aneh kepadanya, "Ini anak udah otak cetek, rada stress lagi. Mending lo pulang trus istirahat deh Ra. Biar seger otak sama badan lo," saran Ben.

"Ck, kebanyakan ngomong lo, buruan jalan. Gue ini mau ke toko bunga juga buat nyegerin otak. Kata orang kalau liat tanaman-tanaman gitu, kan otak kita bisa seger juga."

"Emang bisa gitu?"

"Ck IYA. Banyak nanya BURUAN JALAN!" teriak Kiara kencang yang membuat Ben mau tak mau harus menjalankan mobilnya keluar area sekolah.

"Iya gue jalan NIH! Berasa gue yang nebeng jadinya."

"Ehee, makasih banyak Ben ganteng, pinter, the best deh!" puji Kiara.

Ben menatap Kiara tajam, "Gini aja lo baru muji gue."

Kiara tertawa melihat ekspresi temannya yang kesal padanya itu. "Haha, lo juga lucu deh Ben kalau ngambek. Kek singa yang lagi laper."

"Lucu dari mananya? Serem yang ada."

"Hahaha."

"Makasih ya Ben atas tumpangan dan kebaikanmu yang telah mengantarkanku hingga selamat."

"Ra, gue jatuhnya geli sendiri," jawab Ben bergidik ngeri.

"Haha sa ae lu. Gabisa romantis dikit. Makasih ya sekali lagi."

"Iya sama-sama, jangan lupa besok traktirannya ya Ra," pesan Ben.

Kiara memukul Ben kencang dan berkata, "Gak ikhlas ya lo!"

Ben tertawa melihat penuturan Kiara sambil marah-marah. "Nggak-nggak gue ikhlas, buruan deh lo masuk. Gue udah mau pergi, bye."

"Dadah Ben jelek, ngeselin."

Kiara langsung melangkahkan kakinya memasuki kawasan toko bunga yang ramai dengan pengunjung di sore ini. Kiara langsung mencari pegawai yang bisa ia tanyai masalah bunga. "Mbak!"

Salah satu pegawai perempuan langsung menghampiri Kiara. "Hallo Kak, perkenalkan saya Anisa, ada yang bisa dibantu?"

"Emm saya mau nyari-nyari bunga Mbak. Tapi, Mbak Nisa panggil saya Kiara saja, berasa tua kalau dipanggil Kakak," canda Kiara.

"Bisa aja, Kak eh Kiara ya."

"Nah sip. Oh ya Mbak Nis, bunga yang gampang dirawat apaya?"

Anisa berpikir sejenak untuk menjawab pertanyaan dari Kiara. "Semua bunga gampang dirawat Ra. Tinggal kita sendiri gimana memperlakukannya."

Kiara tersenyum sambil menggaruk rambutnya yang tak gatal. "Iya juga ya, intinya yang nggak perlu minta perhatian lebih lah Mbak."

"Keliatan lagi galau kamu," ujar Mbak Anisa.

Kiara langsung diam membeku. Benar juga yang dikatakan oleh orang di depannya itu. "Ya gitu deh Mbak. Males kalau dikasih perhatian lebih kalau ujungnya juga tetep mati ya. Intinya yang nggak disiram tiap hari nggak mati. Apa ya?"

"Emm ada nih ...." Anisa pergi meninggalkan Kiara dan kembali membawa satu pot kecil bunga yang sesuai permintaan Kiara.

"Kaktus?" tanya Kiara heran.

"Iya. Bisa ditaruh di kamar yang nggak terkena sinar matahari dan jarang untuk disiram tetap bisa bertahan karena batangnya menyimpan cadangan air," jelas Mbak Anisa panjang lebar.

Kiara memegangi kepalanya yang tiba-tiba pusing. Iya bisa gila kalau tiap hari melihat kaktus yang berduri-duri seperti itu di kamarnya. "Yang lain deh Mbak, biar mataku seger dikit."

"Tunggu bentar ya, Mbak carikan dulu. Kamu boleh keliling-keliling dulu kalau mau lihat-lihat bunga yang lain ya."

"Oke sip Mbak." Kiara lantas berkeliling mecari bunga-bunga yang cantik dan gampang dirawat.

Tiba-tiba ada yang menyodorkannya satu pot Bunga Lavender yang cantik di hadapannya. "Wahh Mbak, ini mah bagus tapi, butuh perhatian lebih nggak Mbak?"

"Yang butuh yang bawain!"

Deg

Kiara langsung diam membeku melihat seseorang yang membawakan satu pot bunga cantik itu. Ia langsung memalingkan wajahnya. "Ngapain lo ke sini?"

Orang itu langsung meletakkan pot bunga itu di depan Kiara dan tersenyum tipis ke arah Kiara. "Kata orang, Bunga Lavender selain dapat mengusir nyamuk. Baunya yang khas dan menenangkan serta tampilan bunga yang cantik membuat siapa saja pasti tenang Ki."

Gimana gue bisa tenang kalau bunga itu mirip baunya kayak lo. Bego apa gimana sih nih anak. "Ngusir nyamuk? Jadi bunga itu juga bisa ngusir nyamuk manusia dong? Kenapa nyamuk di antara kita gabisa diusir Ken? Apa gue harus cari lavender satu truk buat usir nyamuk manusia?"

Kenzo mengerutkan kening bingung. "Udahlah lo emang ngga pernah paham masalah ini," ujar Kiara yang lalu meninggalkan Kenzo yang masih diam.

"Kia!"

"Hm?"

"Ada ulet di rambut lo!" ujar Kenzo sambil menatap Kiara geli.

"Arggggg AMBILIN!" teriak Kiara histeris di depan Kenzo.

Kenzo menggeleng cepat, "Nggak gue geli."

"BURUAN! LO COWOK PENAKUT IH," ujar Kiara kesal sambil meloncat-loncat.

"Lo aja ambil sendiri."

"Gue takut." Dengan refleks Kiara langsung memeluk Kenzo erat. Kiara juga mengibas-ibaskan rambutnya. "Buruan ambilin!" teriak Kiara lagi.

Kenzo langsung menggendong Kiara seperti karung beras agar ulat itu bisa jatuh. Dan benar saja ulat itu jatuh ke tanah. Kenzo langsung mengembalikan posisi Kiara semula. "Enak ya dipeluk gini?"

Kiara yang tersadar langsung melepaskan pelukan itu. "Modus aja lo!" Ia langsung pergi lagi.

Kenzo hanya tersenyum melihat tingkah Kiara yang seakan gugup itu.

TBC

[K & K] SOLÓ AMIGOWhere stories live. Discover now