Boyfriend - Kuroko Tetsuya

936 119 8
                                    


Sejak pertama kali menerima ungkapan perasaan Kuroko, F/N tidak mengeluh. Selalu menjemput dan pulang bersamanya, meluangkan waktunya yang sibuk di tengah latihan basket untuk berkencan, rutin mengirim pesan walau hanya berisi ucapan selamat pagi dan selamat tidur dan bersikap sangat perhatian padanya. Singkatnya bagi F/N, Kuroko Tetsuya adalah pria idaman yang selama ini ia dambakan.

Hanya saja... belakangan ini ada sesuatu yang mengganggunya.

Jarak rumahnya dan Kuroko cukup jauh untuk ditempuh dengan berjalan kaki. Ia sudah beberapa kali main ke rumah Kuroko—pria itu tidak ragu untuk mengenalkannya pada keluarga bahkan sebelum umur hubungan mereka menginjak satu bulan. Butuh sekitar setengah jam sampai 45 menit perjalanan dari rumahnya ke rumah kekasihnya. Itu berarti Kuroko harus bangun kurang lebih satu jam lebih pagi dan sampai rumah satu jam lebih lama.

Tidak hanya itu, Kuroko berulang kali bersikeras agar tidak membatalkan rencana kencan mereka walau di hari sebelumnya ada pertandingan besar. Bahkan karena rasa bersalahnya harus meninggalkan F/N saat liburan musim panas, Kuroko menyarankan pada pelatih untuk mengajaknya sebagai pengganti juru masak—mengingat kemampuan memasak Riko-senpai luar biasa buruknya, F/N menduga ada campur tangan tim sebelum ia diberi izin.

Kuroko juga tampaknya tak peduli dengan sebutan 'kasmaran' yang dilabeli oleh teman-teman satu timnya. Pria itu hanya mengangkat bahu dan berkata. Tidak masalah. Berarti perasaan sayangku pada F/N-chan tampak sangat jelas oleh mereka. Bagiku sebutan itu bukan hinaan.

Ayolah... memangnya berapa banyak pria yang seperti Kuroko tersisa di muka bumi? F/N bersyukur karena ia salah satu dari sedikit gadis yang beruntung menjadi kekasihnya.

Belakangan, F/N berpikir. Seberapa besar perubahan yang Kuroko lakukan untuk bersama dengannya? Untuk menyenangkan hatinya? Untuk membuatnya merasa dicintai. Ia mengerti beberapa orang cenderung berubah untuk yang mereka kasihi, tapi bukankah perubahannya terlalu drastis? Apakah Kuroko nyaman dengan perubahan ini? Atau jangan-jangan pria itu mulai muak karena kelelahan menyesuaikan diri dengan hubungan mereka?

Pertanyaan yang berseliweran menghantui F/N siang-malam. Kuroko menyadarinya, tapi tidak angkat bicara. Tidak jarang F/N ingin melontarkan pertanyaan, namun lidahnya kelu. Ia takut menerima jawaban terburuk.

F/N melirik pria di sampingnya lalu jemari mereka yang bertaut. Cahaya matahari terbenam melembutkan garis wajah kekasihnya. Mereka berjalan beriringan, rutinitas sepulang sekolah yang tidak pernah absen dilakukan. Sebentar lagi akan sampai di rumahnya, tapi pertanyaan yang mengusiknya masih tertahan di tenggorokan.

"Ada apa F/N-chan?" tanya Kuroko. Remasan ringan pada jemarinya seolah memberinya keberanian.

F/N menarik napas panjang, menyusun kalimat dalam hati. "Tetsuya-kun... kau tidak perlu menyesuaikan banyak hal hanya untuk bersamaku."

"Maksudnya?"

"Kau tidak perlu menjemput atau mengantarku. Tidak perlu membelikan sarapan atau sekotak susu tiap pagi. Aku tidak keberatan kalau kau membatalkan kencan karena kelelahan," F/N mendongak, beradu tatap dengan iris biru yang tenang. "Kalau semua itu hanya menghabiskan waktu, kau bisa berhenti melakukannya."

Kuroko tidak menyahut. F/N memalingkan wajah, tidak punya nyali untuk bertatapan dengan kekasihnya. Saat Kuroko menghela napas, ia meringis. Hatinya gusar membayangkan bagaimana reaksi Kuroko terhadap ucapannya.

"Memang menghabiskan waktu," gumam Kuroko pelan. "Hanya saja jika waktuku habis bersama denganmu, rasanya tidak sia-sia."

"E-eh?" F/N terhenyak, tidak mengantisipasi reaksi Kuroko. "Tapi kau harus memutar jalan pulang, belum lagi kakimu akan pegal dan tubuhmu kelelahan lalu—"

"F/N-chan," Kuroko menyela perkataannya. "Aku melakukan itu karena aku menyayangi F/N-chan. Apa belum cukup?"

F/N mengibaskan tangannya panik. Rasa bersalah menyergapnya ketika Kuroko memandangnya dengan mata memelas. Ia menyangkal, mengucapkan 'tidak' berulang kali. Akan seekstrem apa Kuroko kelak jika ia berkata bahwa usahanya untuk meluangkan waktu bersama belum cukup baginya.

Kuroko terkekeh geli menyaksikan kepanikan gadisnya. Sebelah tangan yang tidak menggamit F/N terangkat, menyibak rambut yang melewati telinga dan membingkai wajah F/N. Napas F/N tercekat. Wajah Kuroko mendekat. Tubuhnya gemetar saat Kuroko mencium rambutnya. Napas hangatnya seakan membelai pipi F/N, meninggalkan sensasi hangat ketika pria itu menjauh.

"Aku melakukannya karena aku ingin," bisik Kuroko. Iris birunya seolah menghunjam F/N dengan kesungguhan. "Aku senang menghabiskan waktu lebih lama bersama denganmu. Waktu di sekolah tidak cukup bagiku. Lelahku hilang ketika melihatmu."

Kuroko menangkup wajahnya, menyalurkan isi hati tersiratnya. "Jangan merasa bersalah. Aku melakukan ini karena keegoisanku, F/N-chan."

"Tetsuya-kun..."

"Lagipula, kau juga banyak menyesuaikan diri denganku kan?" Kuroko menarik diri, menyunggingkan senyum. "F/N-chan harus pulang lebih larut. Seringkali menungguku di gimnasium hingga bosan atau menungguku bangun jika aku ketiduran saat kencan."

Sebelum F/N mampu membalas, Kuroko menarik tangannya. Sesuatu tentang sampai terlalu malam menjadi alasan. F/N tidak menyangkal. Keheningan menyelimuti keduanya, tapi bukan kesunyian canggung. Ekor matanya menangkap sosok Kuroko diam-diam, mengagumi rupa pria yang beberapa waktu lalu menyatakan perasaannya dengan gestur.

Tanpa sadar senyumnya mengembang. Sadar bahwa penyesuaian yang dilakukan kekasihnya bukan paksaan melainkan atas dasar keinginan dan kewajiban, F/N menggenggam tangan Kuroko lebih erat. Hatinya menghangat saat mendapat balasan. Ia menggigit bibir, menahan senyum saat mendapati Kuroko juga tengah mengamatinya dengan pandangan familiar.

Saat rumahnya sudah berada dalam jarak pandang, F/N seakan tidak rela melepas genggaman Kuroko. Ia ingin berdua lebih lama. Ia ingin bersama dengan kekasihnya lebih sering. Kakinya terpaku, enggan berbalik untuk masuk.

"F/N-chan," panggil Kuroko lembut. "Ini pertama kalinya aku memiliki kekasih. Seringnya aku tidak tahu apa yang harus kulakukan untuk menyenangkanmu. Untuk membahagiakanmu."

Punggung F/N menegang saat aroma vanilla mengukungnya bagai selimut, menghalau kesepian yang merayapinya sesaat setelah kakinya berhenti di depan rumah. F/N membenamkan wajah di bahu Kuroko, menikmati perlakuan kekasihnya sebelum mereka berpisah.

"Tapi sampai aku menemukan cara untuk membahagiakanmu, setidaknya aku harus mampu melakukan apa yang pria lain lakukan," lanjut Kuroko dengan nada berbisik. "Aku tidak pandai berkata-kata, tapi aku bisa menunjukkannya dengan tindakan."

Sesuatu dalam dirinya membuncah. Senyum terukir di wajahnya tanpa bisa ditahan. Sebelah tangan F/N mencengkeram seragam Kuroko. Bagaimana pria yang keberadaannya sering tidak dihiraukan, yang terkenal dengan ekspresi datar mampu mengucapkan sesuatu yang sangat manis.

Ia mendesah tidak puas ketika Kuroko menjauhkan diri. Di rupa tampan itu, tersungging senyum geli. Mata birunya memancarkan afeksi yang tidak bisa diungkapkan dengan kalimat. Bagai mengetahui keinginan kekasihnya, Kuroko kembali merentangkan kedua tangannya. Ia terkekeh pelan sembari mengusap punggung F/N.

"Selamat malam F/N-chan," bibir Kuroko membelai dahinya lembut, menyebarkan sensasi gelenyar ke seluruh tubuhnya. "Aku menyayangimu, Gadisku."


Holaa... Maaf banget buat telat updatenya.

Aku ada kabar untuk kalian. Karena banyak dari kalian yang chat via private message, akhirnya aku memutuskan untuk ninggalin kontak WA di bio. Feel free to contact me whenever. Jadi kalau mau diskusi atau ngasih saran atau sekedar nyapa, bisa disana yaa. Soalnya aku gak enak hati kalau kelamaan bales chatnya via PM. Thats all, guys!

Happy Readingg!!

Kuroko no Basuke Drabblesजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें