Stars- Midorima Shintaro

4K 328 5
                                    

F/N menatap majalah di hadapannya. Ia sangat ingin melihat bintang-bintang secara langsung, bukan hanya dari majalah astronominya saja, tapi rasanya tidak mungkin. Selain karena ia tidak memiliki waktu, ia juga tidak bisa pergi kemana pun tanpa pengawasan. Anggap saja kalau Midorima adalah salah satu pengawasnya, karena kedua orangtuanya sangat sibuk. Lagipula bintang-bintang tidak terlalu terlihat di langit Tokyo.

"Apa yang sedang kau baca, nanodayo?" Midorima tiba-tiba datang dan mengambil tempat duduk di sampingnya. "Bukannya aku peduli atau apa ya."

"Melihat bintang dari majalah," jawab F/N. Ia menghadap ke arah Midorima dengan tatapan bertanya. "Kau sendiri sedang apa disini? Bukannya kau tidak suka menghabiskan waktumu dengan percuma?"

Midorima mengalihkan pandangannya ke arah lain, menyembunyikan wajahnya yang memerah samar. "Aku tidak menghabiskan waktuku dengan percuma, nodayo. Kurasa aku menghabiskan waktuku dengan baik karena berada di sampingmu."

Senyum menggoda terukir di bibir F/N. "Benarkah? Itu kau yang asli yang berbicara atau sisi tsunderemu yang berbicara?"

"Apa yang kau bicarakan, F/N? Jangan berpikir kalau aku ingin menghabiskan waktu bersamamu nodayo," bantah Midorima. Tangannya mendorong kacamata yang agak turun. "Omong-omong, apa kau sudah mempersiapkan diri untuk karyawisata besok, nanodayo?"

Seperti baru saja disiram air dingin, wajah F/N menunjukkan kalau ia tidak ingat ada karyawisata besok dan ia sama sekali belum mengepak satu barang pun. Melihat raut wajah panik F/N, Midorima sudah menduga kalau kekasihnya itu belum mempersiapkan apapun. Midorima menghela nafas rendah, bertanya-tanya dalam hati kenapa ia malah jatuh cinta pada gadis ceroboh yang pelupa seperti F/N.

F/N mengaduh saat Midorima memukul kepalanya dengan majalah yang baru saja ia baca. "Apa yang kau lakukan, Shin?"

"Jangan hanya melamun, nodayo. Lebih baik kau pulang dan persiapkan diri untuk besok," suruh Midorima. "Aku tidak mau repot karena harus mengurusimu juga, nanodayo."

"Tidak ada yang menyuruhmu untuk mengurusku, Shin. Kau saja yang terlalu protektif padaku dan menyuruh-nyuruhku," gerutu F/N pelan.

"Apa kau bilang, nanodayo?" tanya Midorima. Sebenarnya Midorima mendengar gerutuan F/N dengan jelas dan wajahnya menghangat saat semua gerutuan F/N itu benar. Hanya saja, ia tidak ingin mengakuinya keras-keras, harga dirinya tidak memperbolehkannya untuk melakukan sesuatu yang memalukan seperti itu.

"Tidak ada."

"Baiklah, nodayo. Aku sudah membuatkan daftar apa saja yang harus kau bawa besok dan pastikan semuanya kau bawa. Hari ini aku tidak bisa pulang bersamamu karena masih ada latihan dan kau tidak perlu menungguku sampai selesai, nanodayo," ucap Midorima. Ia memberikan secarik kertas yang penuh dengan tulisan. Sebelum F/N sempat membacanya, Midorima sudah pergi dengan menepuk kepalanya perlahan.

F/N tersenyum tipis memandangi punggung Midorima saat ia keluar dari perpustakaan. Banyak yang tidak mengerti dengan sikap Midorima, tapi F/N tahu lebih baik. Sebenarnya Midorima sangat penyayang, walaupun ditunjukkan dengan cara yang tidak wajar dan sangat unik. Buktinya saja ia mau menghabiskan waktunya menulis daftar barang yang harus dibawa khusus untuk F/N.

***

"F/N-chan!! Shin-chan memanggilmu!!" suara teriakan Takao yang bergema di lorong hotel membuat F/N menghentikan langkahnya.

F/N menjerit kaget saat lengannya tiba-tiba ditarik dengan paksa ke arah yang berlawanan dengan tujuan awalnya, kamar hotelnya sendiri. Ia sempat malu karena tatapan aneh yang dilemparkan penghuni hotel yang kebetulan melewatinya dan Takao.

"Takao-kun, apa yang kau lakukan?" tanya F/N. Ia mencoba untuk melepaskan genggaman erat di lengannya.

"Aku hanya disuruh untuk membawamu ke suatu tempat, F/N-chan. Sepertinya mengantar sesuatu sudah menjadi bidang spesialiasiku. Ini semua karena Shin-chan," gerutu Takao, tapi F/N dapat melihat dengan jelas senyuman lebar yang berusaha disembunyikan oleh Takao.
"Kalau kau tidak suka, kenapa tidak menolak saja, Takao-kun?" tanya F/N lagi. Ia berjalan beriringan dengan Takao saat sahabat kekasihnya itu melonggarkan genggamannya.

Takao mengangkat bahunya acuh tak acuh. "Itu tidak penting F/N-chan. Yang penting sekarang, kau harus cepat-cepat ke dekat lift yang menuju atap, Shin-chan sudah menunggumu di sana."

Sebelum F/N sempat bertanya lebih jauh, Takao sudah meninggalkannya sambil melambaikan tangannya dengan cengiran khasnya. F/N menggelengkan kepala sambil menghela nafas lalu melangkahkan kakiknya ke tempat yang sudah diberitahu oleh Takao.

"Kenapa lama sekali, nanodayo? Kalau tidak cepat, kita bisa ketahuan," omel Midorima saat F/N sudah dalam berada jarak pandangnya. Ia menarik pergelangan tangan F/N dan dengan cepat menekan tombol lift yang mengarah ke atap.

F/N menutup mulutnya kagum saat mereka sudah sampai di atap. Midorima menuntunnya ke tepi pagar dan F/N berdecak kagum untuk yang kedua kalinya. Bagaimana tidak? Seluruh lampu di kota terlihat sangat jelas dari tempatnya berdiri dan sepertinya tempat ini adalah tempat yang sangat strategis untuk melihat pemandangan indah ini.

Lampu jalanan, lampu gedung, bahkan lampu mobil yang bergerak cepat sangat kontras dengan gelapnya malam. Di salah satu sudut kota, F/N bisa melihat lampu berwarna-warni yang sesekali menyala, bahkan ia juga bisa mendengar sayup-sayup suara taman bermain yang letaknya memang tidak jauh dari hotel mereka menginap. Satu kata untuk pemandangan yang ia lihat ini. Indah.

"Memang bukan bintang yang ingin kau lihat, nodayo, tapi kurasa ini cukup untuk sementara," gumam Midorima dengan nada rendah. Ia berdiri tepat di belakang F/N, menikmati gambaran menakjubkan di depannya sekaligus memperhatikan F/N yang belum berhenti tersenyum.

"Kau bercanda? Ini lebih dari cukup. Aku sangat menyukainya. Kapan kau menemukan tempat ini, Shin?" tanya F/N. Ia menyandarkan kedua lengannya pada pagar, ingin melihat lebih jelas.

"Kemarin aku mencari tempat untuk melihat bintang di tempat karyawisata hari ini. Sayangnya, semua tempat selalu penuh atau kalau tidak, terlalu jauh untuk kita datangi, nodayo," jawab Midorima. "Lalu aku melihat sebuah artikel yang menunjukkan kalau malam di tempat ini terkenal dengan cahaya lampunya. Tiba-tiba saja aku berpikir ingin menunjukkan hal ini padamu, nanodayo."

F/N menahan pekikan kagetnya saat Midorima memeluk bahunya dari belakang. Ia juga bisa merasakan wajah Midorima terkubur di antara leher dan bahunya. Hampir saja F/N menoleh kalau Midorima tidak menahan kepalanya untuk tetap menghadap ke depan.

"Biarkan dulu seperti ini, nanodayo," bisik Midorima perlahan. "Seharian ini kau terlalu sibuk dengan Takao atau teman-temanmu yang lain dan itu tidak berarti kalau aku merindukanmu, nodayo."

Seiring dengan kalimat yang terucap dari bibir Midorima, F/N merasakan wajahnya memerah. Ia memegang lengan Midorima yang melingkari bahunya lalu menciumnya. Helaan nafas hangat yang menyapu lehernya hanya membuat wajah F/N semakin menghangat. Bingkai kacamata Midorima yang terasa dingin di sisi leher F/N juga sama sekali tidak membantu rasa hangat di wajahnya memudar. Ini sisi Midorima yang tidak ingin F/N beritahukan pada siapapun.

"Terima kasih, Shin. Terima kasih karena sudah menunjukkan semua ini padaku," gumam F/N.

"Lain kali aku akan membawamu melihat bintang yang sesungguhnya, nodayo," balas Midorima masih mengubur wajahnya di leher F/N.

"Apa kau sedang menjanjikan sebuah kencan, Shin?"

"T-tutup mulutmu, nanodayo!"

Hola!! Kayaknya udah lama banget aku gak nulis si tsundere ini. Ngomong-ngomong apa dari kalian ada yang suka ngeliat bintang kalo malam?

Kuroko no Basuke DrabblesWhere stories live. Discover now