Di tengah riuhnya sorakan para penonton, ia lebih memilih untuk menyendiri di lorong stadion. Diberi izin oleh sang kapten untuk menyegarkan diri, ia menggunakan beberapa menit waktunya untuk memusatkan seluruh fokusnya pada pertandingan.
Mereka menyebutnya sebagai salah satu Generasi Keajaiban. Teman-teman satu tim mengandalkannya untuk terus mencetak skor sebagai seorang ace. Namun, pertandingan kali ini takkan semudah biasanya. Karena lawan Kaijou hari ini adalah Touou. Lebih tepatnya, Aomine Daiki.
Hubungan mereka jauh lebih baik daripada satu tahun lalu. Setelah kemenangan Kuroko di Winter Cup lalu, mereka sudah lebih bersahabat. Terkadang malah bermain bersama di hari libur dengan yang lainnya. Namun, jauh dalam hatinya ia tahu, kemampuan Aomine Daiki masih berada jauh di atasnya.
Tangannya mengepal lalu mengendur, berulang-ulang seperti itu hingga ia yakin tangannya tidak akan gemetar. Helaan napas miris melesak dari bibir. Kepala dan punggung bersandar pada dinding. Mata dipejamkan kuat-kuat. Sekali lagi menarik napas panjang lalu mengembuskannya perlahan.
"—ta? Ryouta?"
Kelopak mata yang menyembunyikan iris keemasan itu sontak terbuka kala seseorang memanggil namanya. Ia terkesiap kala matanya menangkap seorang gadis berdiri di hadapannya dengan tubuh setengah membungkuk. Helaian jelaga gadis itu menjuntai indah di punggung, netra dengan warna serupa berbinar khawatir ketika menatapnya.
"Hayakawa-san bilang kalau kau sedang jalan-jalan sebentar," ucap gadis itu, F/N. "Aku nyaris berkeliling stadion kalau tidak mendengar tim basket lain menyebut namamu dan keberadaanmu di sini."
Tanpa perlu bercermin, ia yakin senyum yang terulas di bibirnya tampak muram. "Aku butuh udara segar."
F/N berdehem pelan, menyisir rambutnya dengan jari. "Lalu bagaimana perasaanmu sekarang?"
"Sudah lebih baik saat kau di sini," gumamnya lemah. Ia meraih pinggul F/N, menarik gadis itu mendekat lalu menyandarkan keningnya pada perut sang gadis. "Keberadaanmu membuat segalanya lebih baik, F/Ncchi."
Hening menyelimuti. Tangannya menyelinap di balik kemeja yang F/N kenakan, mengusap kulit punggung gadisnya, menikmati rasa hangat yang tersalurkan melalui sentuhan mereka. Matanya kembali terpejam saat jemari F/N memijat ringan tengkuknya, meresapi kecupan lamat yang disematkan F/N pada puncak kepalanya.
"Ryouta. Sebenarnya ada sesuatu yang menggangguku," aku F/N memecah sunyi. "Boleh kutanyakan sesuatu padamu?"
Ia langsung mendongak, was-was pada pertanyaan yang akan dilontarkan oleh F/N. Kepalanya sudah penuh dengan kemungkinan terburuk dari hasil pertandingan hari ini, apakah F/N akan memberitahunya sesuatu yang tidak kalah menggelisahkan?
Di luar dugaan, F/N malah tersenyum alih-alih memasang ekspresi serius. Gadis itu menangkup wajahnya dengan kedua tangan, mengadukan kening mereka hingga ujung hidung pun turut bersentuhan.
"Jika kau berada di ruangan penuh dengan para gadis, apa kau akan tetap memilihku sebagai pendampingmu?"
Ia melongo. Butuh beberapa detik untuk mencerna pertanyaan F/N. Senyum di bibir F/N semakin merekah bersamaan dengan ia yang memahami maksud dari pertanyaan F/N. Kekehan geli melesak tanpa bisa ditahan.
"Aku berada di planet yang penuh dengan ratusan juta gadis, F/Ncchi." Tangannya terjulur, menyibak helaian jelaga yang menutupi pandangannya dari rupa F/N yang memesona. "Dan aku sudah memilihmu. Kau tidak tahu betapa beruntungnya aku karena kau menjatuhkan pilihanmu padaku juga."
F/N berpura-pura mencebik. "Apa-apaan itu? Aku hanyalah gadis biasa, Ryouta. Tak perlu memujiku sebegitunya."
"Oh, F/Ncchi," kekehnya. "Bagi orang lain, kau mungkin gadis biasa, tapi bagiku kau setara seorang bidadari."

KAMU SEDANG MEMBACA
Kuroko no Basuke Drabbles
FanfictionCerita singkat tentang para pemain basket ini dengan pasangannya di berbagai situasi Note: hanya Generation of Miracles dan Kagami