Kise berjalan dengan perlahan, tidak ingin suara langkah kakinya terdengar oleh sosok yang kini sedang asyik membalikkan sesuatu di atas wajan. Senyumnya melebar ketika jarak mereka dekat namun F/N masih belum menyadari keberadaannya.
"F/Ncchi! Selamat pagi!"
"Ryouta!"
Kise tertawa kecil dengan reaksi F/N yang berjengit kaget lalu memukul lengannya dengan spatula. Ia menyusupkan wajahnya dilekukan leher F/N, memanjakan indra penciumannya dengan aroma floral khas istrinya. Lengannya mengurung F/N dalam pelukannya, tidak membiarkan wanita itu menjauh darinya barang selangkah.
"Ryouta lepas dulu. Kalau dagingnya gosong aku akan menyuruhmu menghabiskannya," ancam F/N. namun, ancaman seperti itu tidak lagi mempan padanya. "Ryouta, lepaskan aku!"
"Aku tidak akan melepaskanmu F/Ncchi," bisik Kise di telinga F/N. "Tidak akan pernah."
Iris keemasannya menyorong tajam saat bersirobok dengan netra kecokelatan F/N, memancarkan keseriusan atas ucapannya. Pelukannya mengerat, membawa wanitanya lebih dekat hingga tidak ada jarak di antara keduanya.
Ucapannya memang bermakna ganda, namun bukan tanpa alasan. Sebelum keduanya berada di bawah status suami-istri, hubungan mereka memang terbilang tidak mulus. F/N hanya warga sipil biasa yang menghabiskan waktunya dengan berkuliah dan bekerja paruh waktu di salah satu kafe dekat asramanya, sementara Kise adalah salah satu anggota mafia yang ditakuti di seluruh Jepang.
Keduanya tidak mengira akan jatuh cinta, tetapi F/N masih tidak bisa mengontrol ketakutannya. F/N takut jika suatu hari Kise akan terluka dalam misi dan tidak bisa kembali padanya, ia takut kala Kise kembali dengan tubuh bersimbah darah di beberapa tempat. Mimpi mengerikan yang selalu menampakkan seribu cara Kise terluka makin memperparah kondisi mental F/N hingga akhirnya F/N meledak.
Entah apa yang memulai perdebatan mereka dan siapa yang mulai menggunakan nada tinggi, F/N muak. Ia marah dengan sikap Kise yang terlalu santai dalam menanggapi ketakutannya, ia kesal dengan Kise yang seolah meremehkan segalanya, bersikap seakan ia kebal dengan kematian. Tidak ingin melanjutkan argumen mereka yang sia-sia, F/N memutuskan untuk keluar. Ia ingin menenangkan diri, tapi Kise menahannya. Saat itulah F/N mengatakannya.
Lepaskan aku Ryouta.
Sorot matanya menembus hati F/N. Ekspresinya tampak murka, namun tatapannya menunjukkan ... ketakutan yang amat sangat? Jelas sekali ia mencoba menyembunyikan perasaannya dengan amarah yang belum pernah F/N lihat, tetapi ia mengenal Kise lebih baik. Dalam iris keemasannya, F/N mengetahui perasaan Kise yang sebenarnya terlepas dari dinding kokoh yang berusaha disembunyikan. F/N tidak mengatakan apapun, namun tatapan Kise mengatakan segalanya.
Aku terlalu mencintaimu untuk membiarkanmu pergi, F/Ncchi.
Dan ia menepati ucapannya. Setiap kali F/N mengucapkan kalimat 'lepaskan aku' walau hanya dengan nada bercanda, Kise akan menanggapinya dengan serius
"Aku tidak akan pergi kemana-mana, Ryouta," balas F/N. Jemarinya menyusuri wajah Kise, jemarinya membelai pipi pria itu. "Aku janji."
Senyum Kise mengembang tanpa bisa ditahan. Ia kembali menyembunyikan wajahnya di antara helaian rambut F/N yang tergerai. Wanitanya hanya tertawa kecil begitu napas hangat Kise menyapu lehernya.
"Aku mencintamu F/Ncchi," bisik Kise. "Lebih dari yang kautahu."
F/N hanya mengulas senyum hangat sebagai respon, itu saja sudah cukup bagi Kise. Ia membiarkan istrinya sibuk dengan kegiatan memasaknya, tetapi tidak rela melepas rengkuhannya. Karena teringat dengan kenangan buruk, ia ingin memastikan bahwa F/N masih berada di pelukannya, bahwa gadis itu masih berada di sisinya.

YOU ARE READING
Kuroko no Basuke Drabbles
FanfictionCerita singkat tentang para pemain basket ini dengan pasangannya di berbagai situasi Note: hanya Generation of Miracles dan Kagami