Ball Dance- Akashi Seijuro

4.3K 384 6
                                    

F/N berusaha untuk mengingat semua gerakan yang sudah dipraktekan oleh salah satu pelayan keluarga Akashi. Seperti yang sudah diduga sebelumnya, Akashi mengambil alih perusahaan Ayahnya dan namanya menjadi terkenal dengan titel 'pengusaha paling sukses termuda' dan F/N yang menjadi pendamping Akashi harus mengikuti semua kegiatannya. Termasuk ikut dalam pertemuan formal yang melibatkan dansa. Itulah yang F/N takutkan. F/N tidak bisa berdansa.

"Kau harus mengangkat tanganmu lebih tinggi, F/N-sama," kata pelayan Akashi. Ia membenarkan letak tangan F/N.

F/N menghela nafas lelah, tangannya terasa sakit karena terangkat terlalu lama. Kakinya mulai mati rasa karena sudah berdiri sejak beberapa jam yang lalu, tapi F/N tidak ingin menyerah sekarang. F/N ingin menjadi pendamping yang pantas berada di samping Akashi, bahkan ia ingin diakui pantas di mata publik.

Alunan lagu klasik yang lembut menggema di ruangan yang F/N pakai untuk berlatih. Matanya terus mengikuti gerakan anggun pelayan Akashi. Percayalah, semua gerakan yang dilakukan olehnya terasa begitu lembut dan anggun, membuat F/N diam-diam merasa iri dengan gerakannya.

"Kali ini kau harus mencobanya sendiri, F/N-sama," suruh pelayan Akashi tanpa nada superior. Itulah yang F/N suka. Akashi sanggup memilih mana orang yang pantas untuk melayaninya dan mana yang tidak.

Tangan F/N mulai terangkat perlahan, mencoba untuk mengingat semua gerakan yang sudah berkali-kali ia lihat dalam beberapa jam ini. Matanya terpejam dengan perlahan saat alunan musik yang mulai familiar saat sudah beberapa jam terdengar di telinganya kembali menggema di dalam ruangan. Tubuhnya perlahan mulai bergerak sesuai irama musik. Jari-jarinya melengkung mengikuti bentuk pinggangnya, rambutnya sudah menempel di sekitar leher F/N karena keringat.

F/N mulai curiga saat tidak mendengar suara pelayan Akashi dan samar-samar mendengar suara pintu ditutup. Matanya terbelalak lebar ketika menyadari sosok kekasihnya berdiri di dekat pintu yang terletak di sudut ruangan. Kedua tangannya terlipat di depan dada dan seringai puas terukir di wajahnya.

"S-Seijuro. Aku tidak tahu kalau kau berada di sana," kata F/N gugup. Suara alunan musik sudah berhenti sejak ia membuka matanya, tangannya memainkan ujung bajunya dengan panik.

"Jangan berhenti karena hanya ada aku," ucap Akashi geli. Melihat kekasihnya yang gugup adalah kesenangan tersendiri untuknya, terutama saat ialah penyebab kegugupan F/N.

"Kau tahu kalau aku masih belum bisa berdansa seperti yang seharusnya," gumam F/N. Matanya mencari-cari sosok pelayan Akashi yang sedari tadi menemaninya.

"Aku sudah menyuruhnya untuk menyiapkan gaunmu untuk malam ini dan aku sudah memberikan deskripsi detailnya," jawab Akashi seakan mengetahui apa yang F/N pikirkan. "Sekarang aku yang akan mengajarimu. Mau dansa bersamaku?"

F/N menatap tangan Akashi yang terjulur dengan ragu. Ia tidak ingin terlihat memalukan di depan kekasihnya yang selalu sempurna di setiap kesempatan, bahkan saat ia bangun tidur. Tatapan F/N beralih pada iris mata Akashi dan ia melihat keinginan yang amat sangat di kedua iris itu. Masih dengan perasaan ragu F/N menerima juluran tangan Akashi.

Akashi menarik tangan F/N, membawa gadis itu mendekat ke arahnya. Tangan Akashi meraih pinggang F/N dan tangannya yang lain menggenggam erat tangan F/N. Suara musik yang lembut kembali terdengar. Kaki mereka bergerak teratur ke kanan, ke kiri, ke depan dan ke belakang. Sesekali kaki F/N menginjak kaki Akashi.

"Maafkan aku," ucap F/N. "Kalau masih seperti ini, aku hanya akan membuatmu malu di pesta dansa nanti."

"Tatap aku F/N," perintah Akashi.

F/N mendongak. Masih tetap mempertahankan tempo gerakan kaki mereka, Akashi tersenyum tipis ke arah F/N. Senyuman itu seakan memiliki arti tersirat kalau Akashi sedang melihat sesuatu yang indah dan tidak boleh di lewatkan walaupun hanya satu detik.

"Kau tidak akan pernah membuatku malu. Kau adalah gadis paling cantik dan anggun yang pernah kutemui. Aku yakin semua orang akan berpendapat yang sama denganku dan saat kau berdansa nanti, semua mata akan tertuju pada gadis dihadapanku. Kau tidak tahu betapa aku bersyukur gadis yang sedang mereka tatap adalah gadisku," gumam Akashi. Wajahnya hanya terpaut beberapa senti dengan wajah F/N, membuat Akashi bisa leluasa memandangi F/N.

"Kau mengatakan itu karena kau adalah kekasihku," bisik F/N. Wajahnya sedikit menunduk, merasa kalau ia tetap tidak pantas untuk tampil di depan umum bersama dengan Akashi.

"Aku tidak pernah berbicara tentang kebohongan F/N," balas Akashi. "Ikuti gerakanku."

Akashi bergerak maju ke arah F/N, sehingga F/N bergerak mundur. Kedua tangan Akashi berpindah ke pinggang F/N dan membuat pinggang gadis itu melengkung ke belakang. Wajah Akashi berhadapan langsung dengan leher F/N. Detik selanjutnya, Akashi kembali membawa F/N berdiri dan mengangkat F/N tinggi-tinggi.

"Lengkungkan pinggangmu, lempar tanganmu ke belakang dengan halus dan biarkan jari-jarimu membentuk gerakannya sendiri," ucap Akashi dengan nada yang tidak lebih tinggi dari bisikan.

Tubuh F/N bergerak mengikuti ucapan Akashi. Perlahan tapi pasti ia mulai percaya diri dengan gerakannya. F/N kembali merasakan helaan nafas hangat Akashi berada di depannya, pertanda Akashi sudah menurunkannya dan mereka berhadapan. Tangan Akashi menggenggam tangan gadisnya, F/N melangkah sedikit menjauh.

"Berputarlah."

Saat tubuhnya perlahan ditarik, F/N tahu kalau itulah saatnya ia untuk berputar. Pinggangnya kembali di tahan oleh Akashi dan F/N merasakan bibir kekasihnya mencium lehernya. Tubuh F/N kembali ditarik untuk berdiri di hadapan Akashi.

"Bagaimana? Tidak sulit untuk melakukannya, bukan?" tanya Akashi. Perlahan F/N membuka kedua matanya dan lagi-lagi ia melihat warna merah mendominasi indra penglihatannya.

"Seperti biasa, kau sangat sempurna Seijuro," jawab F/N. "Kau mampu membuatku menghafal gerakannya hanya dengan satu kali mencoba."

"Dirimulah yang membuatku sempurna, permaisuriku," bisik Akashi. Ia kembali menempatkan kedua tangannya di pinggang F/N, memeluk gadis itu erat dalam rengkuhannya.

Wajah F/N memerah samar mendengar ucapan Akashi. Kedua lengannya mengalungi leher Akashi, wajah merahnya di sembunyikan di dada kekasihnya. Akashi terkekeh pelan menyadari F/N masih bersikap malu-malu walaupun mereka sudah menjalani hubungan sejak masih di SMA.

"Permaisuriku terlihat sangat menggemaskan saat wajahnya memerah," bisik Akashi lagi. Kali ini Akashi menempatkan dagunya di puncak kepala F/N, membuat jarak diantara mereka semakin menipis dan akhirnya tertutup.

"Salahmu, Seijuro. Kenapa kau mengatakan sesuatu yang begitu memalukan?" tanya F/N. Wajahnya masih tenggelam di dada Akashi, hidungnya menghirup aroma mewah dari parfum yang selalu di pakai sang Kaisar.

Keduanya masih tetap bergerak seiring dengan semakin lembutnya musik yang terdengar. Hanya saja, mereka tidak melakukan gerakan yang terlalu sulit. Akashi bergerak ke kanan dan ke kiri, mengayunkan tubuh mereka dengan perlahan dan tempo yang lembut.

"Keberadaanmulah yang membuatku seperti sekarang ini dan kau akan tetap menakjubkan walaupun orang lain berkata yang sebaliknya," gumam Akashi. Ia mencium puncak kepala F/N. "Aku sangat mencintaimu F/N L/N. Tetaplah bersamaku selamanya, permaisuriku."

"Kau melakukannya lagi, Seijuro. Kau mengatakan sesuatu yang memalukan!" protes F/N walaupun ia tidak bisa memungkiri kalau hatinya membuncah dengan rasa bahagia mendengar pengakuan kekasihnya.

"Apa yang kukatakan adalah kebenaran. Perintahku adalah mutlak. Kau tidak akan bisa pergi kemanapun selama aku masih hidup, F/N," balas Akashi. Suara kekehannya tertahan dengan rambut F/N.

"Sepertinya aku tidak memiliki pilihan lain, aku akan tetap bersamamu Seijuro," F/N mendongak dan mencium pipi Akashi lama. "Aku mencintai Akashi Seijuro. Sangat mencintaimu."

"Aku sudah mengetahui hal itu sejak lama F/N."

Kuroko no Basuke DrabblesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang