Sweet Moments - Kise Ryouta

2.4K 246 15
                                    

Matahari meninggi. Memaksa siapapun yang masih bergelung dalam selimut untuk bangun dan memulai aktivitas, namun udara dingin di bulan Desember membuat sebagian besar orang enggan keluar dari kukungan hangat kasur dan bantal. Tidak ubahnya Kise Ryouta, mantan model yang sekarang berprofesi sebagai pilot ini enggan meninggalkan kasur empuknya di pagi hari yang dingin. Terlebih, hari ini adalah hari liburnya.

Ia mengerang saat sinar matahari yang menyusup di antara tirai jatuh tepat di wajahnya. Enggan membuka mata, Kise menyembunyikan wajah di antara bantal dan sesuatu yang beraroma buah. Bibirnya mengulas senyum mengetahui bahwa ia membenamkan wajahnya di rambut istrinya.

"F/Ncchi," panggil Kise dengan suara serak tanpa membuka mata. Tidak ada respon yang berarti dari F/N selain nafas yang teratur. "Eh, masih belum bangun ya?"

Kise membuka sebelah mata seraya mengangkat lengannya untuk menghalangi sinar matahari langsung ke wajah. Matanya penuh binar begitu melirik seseorang yang masih terlelap di sampingnya. Ahh ... rasanya Kise ingin memeluk wanitanya erat hingga kehabisan nafas, tapi melihat betapa damainya wajah F/N, ia mengurungkan niat.

"Imutnya ..." gumam Kise saat F/N menggesek hidungnya di lengan Kise lalu mendekat dan merebahkan kepala di bahunya. "F/Ncchi, jangan menggodaku seperti ini."

Gumaman Kise tidak terdengar oleh siapapun selain telinganya sendiri. Ia menghela nafas puas saat F/N mendekatkan tubuhnya dengan tubuh Kise, berbagi kehangatan di pagi yang dingin. Alih-alih bangun dan membuat sarapan, Kise memilih untuk berbaring menyamping dan mengamati wajah wanita yang telah dinikahinya selama beberapa bulan terakhir.

"F/Ncchi, kawaii-ssu yo," bisik Kise. F/N mengerang kecil sebagai respon. "Saat tertidur begini, F/Ncchi terlihat lebih jinak. Tidak seperti saat bangun, F/Ncchi bahkan bisa menyikutku kalau mengganggu saat berada di dapur."

Lagi-lagi tidak mendapat balasan. F/N tidak bergerak atau memberikan reaksi yang berarti selain menyusupkan wajahnya di lekukan leher Kise. Bibirnya menempel samar pada bahu Kise hingga ia bisa merasakan helaan nafas hangat di lehernya.

"F/Nchhi, tahu tidak?" tidak ada yang membalas. Kise menyibak rambut yang menutupi wajah F/N lalu membelai pipi wanitanya dengan punggung jari. "F/Ncchi sangat mengagumkan juga memesona. Aku tahu banyak wanita yang merasa dirinya lebih gemuk atau tidak cantik, tapi kenapa F/Ncchi juga merasakannya? Apa karena aku kurang memuji F/Ncchi?"

Kise terdiam sejenak, menyusun setiap kata yang akan ia ucapkan di kepala. Jarang sekali ia bisa bangun lebih pagi dari istrinya dan menikmati momen hangat seperti ini. Memang, sebagai seorang pilot ia diharuskan terjaga di jam yang aneh. Saat menjadi model dulu, Kise harus bangun di jam yang terlalu pagi untuk remaja normal, tapi dari sekian banyak momen ia terjaga lebih dulu dari istrinya. Momen manis ini adalah satu dari beberapa pagi ia bisa memandangi wajah F/N tanpa terganggu.

"Sepertinya tidak," Kise menyahut pertanyaannya sendiri. "Aku selalu berkata F/Ncchi manis atau F/Ncchi imut saat pulang dan ingin tidur. Bahkan F/Ncchi sendiri yang bilang bahwa aku terlalu sering memuji lalu memukul kepalaku. Tidak terlalu sakit, tapi memang sering mengejutkanku."

Kise mencubit hidung F/N jahil. Ia terkekeh pelan saat tangannya ditepis kasar. "Atau F/Ncchi lebih suka kupanggil seksi?"

Seperti merespon ucapan Kise, F/N menggesek hidungnya di kulit leher Kise seraya menggumamkan sesuatu. Ia tidak tahu apa yang F/N ucapkan, tapi melihat tingkah istrinya yang menggemaskan saat masih tertidur, Kise tidak bisa menahan diri untuk tidak mencubit kecil pipi F/N.

"Tidak, tidak. F/Ncchi tidak cocok dengan kata seksi," gumam Kise. "Imut atau manis cukup untuk menggambarkan tingkah F/Ncchi sehari-hari."

Kise mendekatkan wajahnya, menghujani wajah F/N dengan ciuman kecil. Ia membiarkan sebelah lengannya memeluk erat pinggul istrinya, memangkas jarak di antara mereka. F/N tidak menolak gestur Kise, wanita itu hanya mengerang kecil lalu kembali pada alam mimpinya.

"F/Ncchi, ayo bangun," Kise mendorong pelan pipi F/N dengan hidungnya. "Percuma saja aku memuji F/Ncchi kalau F/Ncchi tidak mendengarkan."

"Ry-Ryouta," F/N menggumam lalu membenamkan wajahnya di dada Kise. "Ryouta ..."

"Eeh!? Memimpikan aku!?" Kise menutup mulutnya dengan sebelah tangan, menahan pekikan terkejut. Ia mengamati wajah istrinya dalam diam lalu mengerang. "Aku bisa mati kalau begini terus. F/Ncchi! Terlihat imut saat tidur adalah tindakan kriminal! F/Ncchi bangun! Aku takut tidak bisa menahan diri lebih lama lagi."

Sia-sia. F/N memilih untuk tetap berada di alam mimpinya. Kise menarik nafas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri agar tidak menyerang istrinya dalam keadaan terlelap. Ia menyisir rambut F/N dengan jarinya, salah satu cara untuk menenangkan diri.

"Aku menyayangimu," bisik Kise di puncak kepala F/N, berharap istrinya akan mendengar. "Amat sangat menyayangimu."

Sebelah tangan Kise mengusap punggung F/N. Setengah berharap wanitanya akan segera terjaga. "F/Ncchi tidak perlu diet ketat atau membeli berbagai macam produk kecantikan," sudut mata Kise menangkap berbagai macam botol di meja rias yang dibeli F/N dengan alasan untuk perawatan. "Tanpa menjadi kurus atau memoles wajah dengan kosmetik saja F/Ncchi sudah sangat cantik. Jadi, tidak perlu menyiksa diri."

"Aku jatuh cinta pada F/Ncchi yang selalu tersenyum. Aku menikahi gadis yang tidak mempedulikan statusku, tapi diriku yang sebenarnya. Dan sekarang, aku tetap mencintai F/Ncchi bahkan ketika F/Ncchi berubah gemuk dan menua. Apapun yang terjadi aku akan selalu menyayangi F/Ncchi," aku Kise dengan suara berbisik.

Kise mematung saat mendengar erangan F/N lagi. Kali ini dibarengi dengan kedua lengan F/N terangkat, meregangkan tubuhnya yang sedikit kaku. Bibirnya mengulas senyum lebar begitu melihat F/N mengerjap lalu mengucek matanya dengan sebelah tangan.

"Selamat pagi, F/Ncchi. Tidur nyenyak?" Kise mencium cepat hidung F/N, bersikap seperti ia tidak mengatakan apapun sebelum istrinya terjaga.

"Ryouta? Hm ... selamat pagi untukmu juga," gumam F/N. "Kenapa kau bangun sepagi ini di hari libur?"

Kise tertawa kecil. "Sudah bukan pagi, F/Ncchi. Sekarang jam sepuluh."

"Matahari terbit jam dua belas siang di hari liburku, Ryouta," ujar F/N. Ia sedikit memanjangkan leher, menempelkan bibir pada pipi Kise sejenak. "Tadi aku bermimpi kalau kau mengatakan sesuatu, tapi aku tidak bisa mendengar jelas apa yang kaukatakan. Aku hanya bermimpi atau kau benar-benar mengatakan sesuatu?"

"Eh? Tidak. Aku tidak mengatakan apapun," sangkal Kise. Ia menyembunyikan wajahnya di bahu F/N, tidak akan membiarkan wanitanya tahu bahwa ia tengah berbohong. "Aku hanya mengamati F/Ncchi yang sedang tertidur saja."

"Benarkah?" mendengar suaranya saja Kise tahu bahwa F/N tidak memercayai ucapannya.

"Baiklah, baiklah. Aku memang tidak bisa berbohong pada F/Ncchi," Kise mengangkat kepalanya. Bibirnya memberengut, mencebik kesal. "Aku hanya berkata 'aku menyayangi F/Ncchi' itu saja."

"Bohong," tukas F/N. "Kau mengatakan sesuatu yang panjang. Katakan apa yang kauucapkan saat aku tertidur."

"Sungguh. Aku hanya mengatakan itu pada F/Ncchi."

Wajah Kise merona samar. Membayangkan kalau ia benar-benar mengulangi semua ucapannya saat F/N terjaga. Mungkin wajahnya sudah berubah seperti kepiting rebus. Namun, bukan berarti ia menyesal mengatakannya pada F/N walau istrinya sedang terlelap. Sebaliknya, ia bersyukur karena bisa mengungkapkan apa yang ada di dalam hatinya.

Momen manis yang hadir setiap kali ia bisa mengamati istrinya tanpa gangguan. Kise menunggu momen manis selanjutnya. 

Omaygatttt!!! udah berdebu kali ya book ini di perpustakaan kalian.

Mohon maaf banget nih sebelumnya karena laptop emang sempet rusak dan sekarang masih adaptasi sama dunia kampus yang katanya nyeremin.

By the way, happy reading guys!! ada yang kangen sama book ini gak yaaa?

Kuroko no Basuke DrabblesWhere stories live. Discover now