6. pindah

2.7K 444 25
                                    

Setelah perjanjian abal-abal tertanda tangan oleh ketiga pihak, Jenan dan Nando memulai sesi pindah-pindah barang milik mereka di hari yang sama.

Giselle masih pening sendiri mikirin Karin yang kebetulan anaknya lagi keluar kerja kelompok buat tugas, jadi ya setidaknya gak sensi-sensi banget ngelihat Jenan dan Nando yang lagi pindahan barang.

Sebenernya barang kedua cowok itu juga gak banyak, cuman koper besar itupun masing-masing satu.

“Mobil di parkir garasi lo gak masalah?” tanya Nando.

“Selaw,” jawab Giselle yang lagi goreng piscok di dapur.

Nando cengengesan aja lanjut natain barangnya dalam kamar.

Pas-pasan Giselle selesai sama urusan goreng menggorengnya Nando sama Jenan juga selesai sama urusan barangnya dalam kamar, keluar lah mereka niatnya buat bersantai di depan tv.

“Oh iya masalah di kontrak yang belum jelas, gue paparin satu-satu,” kata Giselle sambil gigit piscoknya.

Nando ngeliat itu jadi pengen, “Eh sebelum itu boleh minta gaa?” tanya nya.

Giselle terpengarah, “Eh iya sori-sori, ambil aja,” katanya.

Jenan geleng-geleng sambil bersidekap tanpa komentar.

“Pertama, masalah keluarga gue,” kata Giselle memotong ucapannya sejenak buat mengunyah piscok, “Karena keluarga gue masih tinggal di kota ini, ada kemungkinan besar buat Ibu atau sodara gue dateng kemari. Dan kalau-kalau nih ya, tapi ya jangan sampe lah, kalau-kalau aja selama 3 bulan kalian tinggal ini mereka datang, gue bakal sebut kalian temen yang lagi butuh kamar biat numpang tidur.”

“Dafuk, numpanh tidur banget yee??” komentar Nando.

Giselle glaring sinis, “Kenapaa? Mau protes?”

Nando geleng-geleng, “Enggak-enggak ini piscok lo panas begitu digigit.”

“Iyalah orang digoreng,” jawab sinis Giselle.

Nando ngangguk-ngangguk doang.

“Tapi kalau bisa, kita sebagai penyewa yang punya hak karena bayar meski cuman sebentar, mau lo sebagai induk semang buat ngelarang atau setidaknya kasih pengertian yang tepat buat keluarga lo kalo mau dateng. Ya misal dateng waktu gaada kita, atau apapun terserah yang penting setidaknha gak membahayakan status kita berdua,” protes Jenan berkelas.

(induk semang = pemilik rumah)

Nando betal-betul doang menyetujui.

Giselle jadi kepikiran ngangguk-ngangguk doang, “Oke-oke, kalian juga berhak dapet keamanan. Oke, nanti gue antisipasi caranya.”

“Emang keluarga lo tinggal di kota ini sebelah mana?” tanya Nando sambil melahap habis piscoknya.

Giselle ikit memasukkan suapaj terakhir piscoknya, “Sebelah selatan, hampir perbatasan keluar kota.”

“Jauh?”

“Jauh, makanya kayanya kemungkinan kecil mereka bakal kesini, tapi tetep aja gak menutup kemungkinan,” jawab Giselle.

“Oke, lainnya?” tanya Nando.

“Oh iya. Selanjutnya yang kedua, masalah pak RT dan warga sekitar kompleks,” jeda Giselle, “Karena lo berdua ada kendaraan pribadi yang bakal keluar masuk rumah, takut-takut selama 3 bulan ini bakal ada apa-apa tapi semoga aja enggak, gue bakal jelasin kalau lo berdua adalah sepupu kandung gue yang sementara tinggal disini, gimana?”

“Terserah,” jawab Jenan.

Nando memangku dagu, “Gue rasa kecil kemungkinan juga mengingat lingkungan kompleks sini yang... individual...?”

tweny's unillusion ✓Where stories live. Discover now