23. hehe, halo teman

1.9K 325 47
                                    

Setelah riweh sama kegiatan acara yang menguras banyak waktu dan tenaga Giselle beberapa hari yang lalu, akhirnya gadis itu tepar sepulang kelas di hari Jum’at, untung saja besoknya weekend.

Sebenarnya bukan tepar yang parah sih, gadis itu juga menduga kalau sebenarnya dia juga lagi down biasa karena lagi datang bulan.

Jadilah sepulang dari kelas siang itu dijemput Jenan, dia tergeletak lemas di kursi penumpang mobil.

“Bisa jalan nggak?” tanya Jenan.

Giselle yang bibirnya pucet ngangguk, “Bisa kok. Tapi bentar, Jen,” kata gadis itu menatap Jenan mendadak serius.

Jenan yang ditatap begitu ketar-ketir, “H-hah? Kenapa? Ada yang sakit?”

Giselle menggeleng, “Gue pucet banget?” tanya nya.

Cowok langsung itu mendesah lega karena dikiranya kenapa Giselle, lalu ia mengangguk, “Iya, banget. Coba sini liat dahi nya,” kata Jenan cemas.

Giselle menatap cowok itu sinis sambil menghindar, “Nggak.”

“Ck, sakit beneran ntar. Coba sini dulu, kemarin aja udah baikan gak galak, sini!” ujar Jenan balik galak.

Akhirnya Giselle mendekat dengan cebikan di bibir dan ekspresi wajah ngeselin.

“Panas,” kata Jenan.

Giselle jadi ganti menyentuh dahi dan lehernya, dia memang merasa panas sih dan tenggorokannya juga sakit, baru sadar kalo dia bener-bener mau sakit. Lalu gadis itu mendongak menatap Jenan.

“Gimana?”

Jenan yang ditanya menaikkan alis, “Gimana apa maksudnya?”

“Gimana kalo gue sakit?” tanya Giselle lagi dengan polos.

Jenan tahu ini bukan waktunya buat flirting tapi GISELLE TERLALU IMUT NANYA NYA, GIMANA DONG?

Setelah beberapa saat terdiam karena flirting akhirnya cowok yang ditanya menghela napas penuh kesabaran, “Ya makanya ayo ke klinik kampus, tadi katanya nggak mau.”

Giselle mengangguk, “Iya, gak mau Jen. Ada Nando juga kan, bisa kan dia ngobatin gue?”

“Ck, dia masih mahasiswa, Sell, bukan dokter, plis,” jawab Jenan sambil mendaratkan tangannya di rambut Giselle. Mencoba membujuk gadis itu dengan sabar supaya mau ke klinik.

Jenan tadi memang sempat menawarkan gadis itu untuk pergi ke klinik kampus saat menjemput Giselle dan tahu kalau cewek itu dalam kondisi yang hampir sakit, tapi Giselle kekeuh gak mau dan malah ngomel-ngomel.

Karena tahu Giselle lagi bulanan hari pertama, Jenan nurutin aja maunya, paham sama mood cewek yang bakal naik turun kalau lagi bulanan.

Dan benar saja pas sampe garasi rumah tiba-tiba Giselle bertanya seperti itu padanya, Jenan tebak Giselle baru sadar sama keadaannya.

Giselle masih terdiam berpikir, “Gak usah lah udah. Paling besok baikan,” putusnya, lalu ia melirik tangan Jenan yang bersarang di rambutnya, “Jen, tangan, tangan!” galaknya.

Jenan langsung melepas elusan tangannya di rambut Giselle dengan maklum, ya... walau sudah baikan setelah Giselle melihat sikap Jenan dalam memperlakukannya beberapa hari belakangan, tapi tetap saja terkadang Giselle masih belum terbiasa sama skinship-skinship yang suka Jenan berikan.

Mereka berdua akhirnya masuk kedalam rumah, tapi keduanya sama-sama bertanya-tanya saat melihat seonggok backpack besar yang ada di ruang tengah, lalu setelahnya ada Karin yang turun dari lantai dua dengan pakaian yang... eum... sporty.

tweny's unillusion ✓Where stories live. Discover now