15. gue yang disukai

2.4K 396 95
                                    

“Siapa yang lo suka?!”

Itu jelas suara Nando, yang baru saja masuk kedalam rumah dengan wajah kelelahan di tambah ekspresinya yang sedikit sensi setelah mungkin mendengar obrolan tiga teman serumahnya.

“Ndo!”

Giselle berlari mendekat ke arah cowok itu untuk kemudian di hadiahi oleh Nando se-kresek putih yang entah isinya apa.

“Bahan makanan hari ini, gue pengen masak nanti!” kata Nando berubah santai, “Eh, tapi ada apanih pada kumpul-kumpul gini?” tanya Nando lagi.

Semuanya terdiam.

Giselle yang berdiri disamping Nando masih melayangkan tatapan bengisnya pada Jenan yang berdiri di sebrang cukup jauh bersama Karin.

“Oh ya, siapa yang lo suka? Jenan suka Karin?” tanya Nando menatap Jenan dan Karin bersamaan di seberang.

Giselle buru-buru memegang lengan baju cowok itu, “Ndo, kita harus ngomong.”

Nando sedikit penasaran sih, tapi kemudian ia menghela napas lalu memegangi lehernya dan menggerakkannya beberapa kali, “Nanti maleman aja deh ya, gue gak tidur nih semalem,” kata Nando.

Giselle menelan ludahnya gugup, “Penting, Andoo!”

Nando menatap Giselle serius, “Iya nanti, penting tapi gak urgent kan? Gue kalo ngobrol serius sekarang malah gak konsen,” kata Nando sedikit merengek.

Giselle menelan ludah lagi dan mengangguk, dipikir-pikir kasihan juga anak kedokteran satu ini, baru pulang nge-lab masa langsung disuruh ngurusin masalah teman-teman serumahnya.

Melihat Giselle nurut Nando tersenyum, lalu majuin kepalanya deket telinga Giselle dan berbisik.

“Nanti malem keluar sama gue, gue punya surprise!” bisik Nando.

Giselle menjinak, akhirnya nurut aja.

“Yaudah gue beberes dulu!” kata Nando lalu cabut dari ruang tengah.

Sepeninggal Nando masuk kamar Giselle langsung buru-buru melenggang naik ke lantai dua menuju kamarnya setelah sebelumnya menaruh bahan makanan yang Nando beri di dalam kulkas.

Sekarang tinggal siapa yang ada di ruang tengah? Yap, benar, Jenan dan Karin.

Mereka berdua berdiri awkward, sampai kemudian Karin membuka suara.

“Gue emang maafin lo, tapi kalo lo sampe nyakitin Giselle, gua gak bakal diem aja!” kata Karin kemudian berlalu.

Jenan berdeham, “Maaf Rin!” serunya.

Karin yang berjalan di tangga berhenti, kemudian noleh dan tersenyum mengangguk. Keduanya pun sama-sama kembali ke masuk kamar.

Gadis itu melenggang naik ke kamarnya, bersama dengan perasaan abu-abunya pada Jenan yang sekarang ini akan ia lepaskan seutuhnya.

Gadis itu tidak tahu pasti, apakah ia benar-benar menyukai Jenan, atau itu hanya rasa getar yang hadir sementara saat cowok itu memperdulikannya. Baiknya untuk sekarang, hatinya masih retak, masih bisa diperbaiki walau Karin juga tidak tahu bagaimana caranya.

Begitu sampai sendirian di dalam kamarnya, Karin menghela napas, sekarang yang dia butuhkan hanya distraksi dan kedamaian hati supaya hatinya yang retak dapat membaik dengan cepat tanpa perlu menyakiti.

Sedangkan dalam lubuk hati Jenan yang paling dalam, dia merasa sangat bersalah pada Karin (untuk yang kedua kalinya). Terlebih kini, dia menyakiti seorang cewek dan sahabat baiknya. Jenan tahu dia brengsek, tapi dia masih punya hati dan entah kenapa, perasaan bersalah selalu hadir antara dia sama Karin.

tweny's unillusion ✓Where stories live. Discover now