21. hari senin

2K 336 75
                                    

“Abangnya, kenapa emang?”

“Anjir lu jauh-jauh gak!” seru Jenan tidak terima.

Nando menatapnya sinis, “Ya apaan lagi harusnya. Disebut berteman juga terlalu deket gue sama Giselle, abang aja udah pas,” sombong Nando.

“Bangsat, Nando!”

Nando tertawa kencang melihat bagaimana Jenan tidak terima Nando menyebut dirinya sendiri sebagai kakak Giselle, yah walaupun itu jelas cuman akal-akalan Nando belaka.




🍃




Pagi-pagi buta di hari senin, Giselle yang lagi duduk di hadapan kaca tengah skincare-an mengrenyit saat Ibun nya dibawah memanggil-manggil dengan suara lantang.

Dengan kesal, Giselle cepat-cepat menyelesaikan urusannya dan keluar turun sambil menyahut.

“Ibun, apaan sih berisik deh masih pagi juga,” ujarnya setengah berseru.

Tanpa sadar seseorang yang sedang duduk di ruang tamu rumahnya mendengar itu dan membuatnya tersenyum simpul.

Namun kemudian saat melihat siapa yang tengah duduk santai di kursi ruang tamu rumahnya membuat Giselle membolatkan bola mata.

“Jenandra!”

Ibun nya berdecak pinggang di tengah pintu antara ruang tamu dan ruang tengah.

“Kelakuan mu, Sell. Kaya gaada adab aja kamu teriak-teriak!”

Giselle menatap Ibun nya cepat, merasa terfitnah, “Plis, Ibun duluan yang mancing teriak-teriak ya aku bales sama dong.”

Ibun nya membulatkan bola mata, “Dibilangin masih njawab kamu?! Di denger Jenan teriak-teriak kamu pikir sopan?”

Giselle memutar bola matanya malas, “Udahla iya aku salah, aku kalah. Udah sana Ibun masuk lanjut masak!” usir Giselle.

Lalu dengan tatapan marahnya sang Ibu menjawer telinga putri tangahnya itu.

“Aaaaa, Ibun—” aduh Giselle.

Jenan yang melihat itu meringis. Lalu saat Ibu Giselle manatapnya dengan senyum, ia ikut tersenyum.

“Maaf ya Jenan, anaknya emang berisik kaya toa masjid!” kata Ibun.

“Apaansih bun, ah!” ujar Giselle yang mendapat lirikan sinis dari Ibun nya yang kini berlalu masuk.

Sekarang ganti Giselle berhadapan dengan Jenan, masih dengan tatapan sinis nya cewek itu duduk di kursi seberang.

“Kenapa kesini? Tau darimana rumah gue?”

“Mau jemput, tau rumah dari Ecal,” jawab Jenan cepat dan terlampau santai.

Giselle mengrenyit, “Dih,” katanya.

Tiba-tiba saja pintu di kamar pertama terbuka, menampilkan Juhan atau yang dirumah biasa dipanggil Uchan oleh Giselle, dengan santai nya keluar kamar bangun tidur dan masih pake kolor.

Jenan, Giselle, dan Juhan saling bertatap, kemudian adik lelaki Giselle itu kaget begitu menyadari eksistensi seorang asing di ruang tamunya.

“Anjir, Giselle gak bilang-bilang ada tamu!!” teriak Juhan sambil berlari masuk kedalam rumah.

Giselle menatap malu kelakuan adiknya itu, lalu menggeleng-geleng tidak habis pikir bagaimana bisa suara Giselle dan Jenan tidak terdengar dari dalam kamar Juhan yang jelas-jelas letaknya berada di depan ruangan.

Jenan malah terkekeh namun hal itu membuat Giselle kembali menatap cowok itu sinis.

“Gue gak mau pulang sama lo!” kata Giselle kekeuh.

tweny's unillusion ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang