20. persahabatan para cowo

2.1K 364 88
                                    

Pagi-pagi buta di hari sabtu, Nando tersentak bangun saat mendengar pintu gerbang depan rumah di buka. Ia yang tertidur tanpa sadar setelah belajar di ruang tengah terlihat kelelahan untuk berdiri.

Ia melihat jam dinding yang menunjukkan pukul 4 subuh dimana hal itu yang langsung membuatnya tersadar sepenuhnya dan berdiri.

Ia mengintip dari jendela melihat siapa yang sudah pagi-pagi buta berkunjung di rumahnya, bukan, rumah Giselle maksudnya, dia hanya takut-takut jikalau itu adalah orang tua Giselle, atau saudara Karin.

Sebuah honda jaz putih masuk kedalan pekarangan rumah yang sebenarnya sudah gak muat karena ada dua mobil lain yang terparkir disana. Nando belum sempat melihat siapa yang menyetir saat kemudian pintu kamar depan terbuka, Jenan keluar dengan singlet dan celana training panjang darisana.

“Siapa bertamu?” tanya Jenan sambil mengusak rambutnya

Nando menggeleng, lalu kembali melihat ke jendela dimana ada seorang cowok berbalut hoodie serta tudung dengan muka yang setengah tertutup masker kini berjalan ke arah pintu dan mengetuknya.

“Bentarr!!”

Saat ketukan di pintu terdengar, bersamaan itu pula suara Giselle yang jangan diragukan lagi kekuatannya terdengar dari lantai dua rumah.

Lalu disusul suara langkah kaki di tangga, Giselle turun.

Jenan dan Nando kompak menyipit melihat gadis itu dengan bawahan hotpants kain yang cukup tenggelam dalam hoodie kebesaran yang digunakannya.

“Mau ngapain?” tanya Nando pada Giselle.

Gadis itu melihat bagaimana tampang bangun tidur kedua di hadapannya cowok itu lalu mendengus, “Minggir dulu,” kata Giselle sambil mengibas-kibaskan tangan menyuruh keduanya menyingkir karena berdiri di tengah pintu.

Namun daripada menyingkir, Jenan justru menyandarkan tubuhnya di pintu menghalangi, “Bilang dulu siapa diluar?” tanya Jenan dengan suara bangun tidurnya.

Giselle memutar bola matanya malas, “Ya nanti lo tahu sendi—”

“Sell, Allahuma maneh teh berak? Bentar-bentar kapan dibukanya ini dingin!!!”

Mendengar suara itu sontak saja membuat mata Jenan dan Nando membulat, lantas keduanya dengan cepat mengintip lagi dibalik jendela dan menemukan Ecal berdiri dibalik pintu.

“Anjir! Sejak kapan itu bocah punya mobil?” tanya Nando.

Jenan gak nyahut justru berjalan mendekat ke Giselle dan mendorong bahu gadis itu buat masuk kedalam kamarnya.

“Pake training punya gue di lemari, jangan ketemu sama Ecal pake hotpants doang, Sell, buru!” kata Jenan cepat kemudian kembali keluar dan menutup pintunya.

Nando mengrenyit melihat tingkah Jenan itu.

“Gue suruh ganti anaknya,” jawab Jenan dan Nando hanya ber-oh-ria menyetujui tindakan Jenan.

Kedua cowok itu membuka pintu untuk Ecal kemudian. Yang disambut tatapan heran cowok itu untuk keduanya.

“Lah, malah duo bekatan, mana Sisell?” tanya Ecal sambil nyelonong masuk begitu aja.

“Sisel sisel, Giselle!” tegur Nando.

“Yeee kenapa emang, dari SMA gue manggilnya juga Sisel,” jawab Ecal.

Jenan mengrenyit melihat Ecal yang bertamu pagi-pagi buta, “Mau ngapain kesini?” tanya nya.

Bersamaan dengan itu, pintu kamar Jenan terbuka dan keluarlah Giselle— yang masih memakai hotpants nya, membuat Jenan dan Nando kompak mengumpat.

tweny's unillusion ✓Where stories live. Discover now